HANCURNYA MENTAL IBU   

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

HANCURNYA MENTAL IBU 

 

Irawati Tri Kurnia

(Aktivis Muslimah)

 

Memprihatinkan. Muncul lagi kasus ibu membunuh anaknya. Siti Nurul Fazila (26) menjadi tersangka pembunuhan anak kandungnya, AAMS (5). Ibu rumah tangga ini terindikasi menderita skizofrenia berdasarkan asesmen psikologi (www.kompas.id, Jumat 8/3/2024) (1). Setidaknya ada 20 luka tusuk di tubuh korban (www.megapolitan.kompas.com, Kamis 7/3/2024) (2). Sang ibu mulai bergelagat aneh selama dua bulan belakangan (www.megapolitan.kompas.com, Jumat 8/3/2024) (3) dan hingga kini masih sering berhalusinasi (www.megapolitan.kompas.com, Senin 11/3/2024) (4).

Kesehatan mental ibu yang rapuh dan terganggu menjadi penyebab marak terjadi kasus pembunuhan anak oleh Ibu. Ini sudah terjadi kesekian kalinya. Ini dipicu oleh banyak hal. Problem ekonomi biasanya menjadi pemicunya. Harga kebutuhan yang semakin mahal, sedangkan pendapatan suami tidak kunjung bertambah. Tentu sebagai ibu yang mengurus keuangan rumah tangga, dia akan stres mengaturnya.

Bisa jadi penyebabnya problem rumah tangga lainnya, bisa problem dengan suami ataupun dengan anak , problem pengasuhan anak, sosial (tekanan lingkungan, keluarga), bisa jadi karena pengaruh narkoba, dan juga memang ada yang karena kerusakan struktur otak. Sekularisme kapitalistik membuat masyarakat semakin jauh dari Islam, akhirnya iman melemah, sehingga keterikatan hubungan dengan Allah menjadi hilang. Akhirnya memperburuk kondisi kesehatan mental ibu.

Berbeda dengan Islam yang memberikan solusi yang tuntas berkaitan dengan kondisi mental ibu. Ini karena Islam berasal dari Allah Yang Maha Menciptakan manusia, yang jelas Maha Mengetahui aturan yang terbaik untuk manusia. Sehingga manusia beriman pada Allah, menuai konsekuensi untuk taat pada semua aturan-Nya, alias berIslam secara kafah (menyeluruh). Islam kafah bisa terwujud nyata jika Khilafah tegak, yang akan menjaga syariatNya terlindungi dan akan menjadi pelindung (junnah) bagi Islam dan kaum muslimin.

Akan ada tindak pemastian oleh kepolisian melalui dokter ahli, bahwa memang si ibu mengalami gangguan jiwa (www.kompas.megapolitan.com, Sabtu 9/3/2024) (5). Jika benar, maka ia tidak dihukum.  Karena sanksi diberikan pada pelaku yang berakal. Landasannya pada hadit Nabi :

”Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari orang gila sampai ia sadar, dari orang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia baligh,” (HR Tirmidzi no. 693 ).

Maka selanjutnya ia harus diberikan perawatan untuk menyembuhkan penyakitnya. Semua ditanggung dan difasilitasi oleh Khilafah sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menjaga jiwa rakyatnya. Namun apabila dari hasil pemeriksaan ahli, ia terbukti hanya pura-pura gila, maka hukuman qishas yang berlaku.

Kesehatan mental seorang ibu tidak bisa dipandang remeh. Karena dalam Islam, ibu memiliki peran strategis sebagai ummu warabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah tangga), pencetak generasi tangguh, dan memiliki peran di umat untuk menyampaikan kebenaran. Maka sudah seharusnya kesehatan mental ibu menjadi perhatian semua level masyarakat mulai dari individu sampai negara. Oleh karenanya Khilafah, akan menuntaskan problem ini mulai dari akarnya (segala hal yang menyebabkan kesehatan mental ibu terganggu harus dihilangkan). Khilafah akan memberikan sistem pendukung yang nyaman untuk seorang ibu dalam menjalankan perannya, dengan menjamin kesejahteraan ibu dari segala sisi.

Khilafah akan membuka lowongan pekerjaan seluas mungkin, sehingga ayah sebagai kepala keluarga akan bisa memberi nafkah yang layak bagi keluarganya. Khilafah juga akan memberikan jaminan untuk mencukupi semua kebutuhan dasar rakyat; mencakup sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan.  Semua bersumber dari Baitul Mal, di mana salah satu sumber dana terbesar adalah dari SDA (Sumber Daya Alam) yang berlimpah di negeri-negeri Islam. Dengan demikian ekonomi tidak akan menjadi beban keluarga. Maka kondisi mental ibu terjaga dan sehat.

Khilafah juga menerapkan sistem pendidikan berdasar akidah Islam. Maka ini akan membentuk kepribadian Islam di tengah masyarakat, di mana pola pikir dan pola sikap semuanya Islami. Maka ini akan membuat kaum ibu imannya kuat, tidak akan mudah goyah karena ujian hidup yang berat. Dengan ini akan terbentuk sosok ibu tangguh yang akidahnya kuat, mentalnya sehat dan mampu menjalankan peran strategisnya dengan optimal.

Wallahu’alam Bish-shawab

 

Catatan Kaki :

(1)       https://www.kompas.id/baca/metro/2024/03/08/ibu-bunuh-anak-di-bekasi-terindikasi-skizofrenia

(2)       https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/07/17201121/ada-20-luka-tusuk-di-tubuh-bocah-5-tahun-yang-ditemukan-tewas-di

(3)       https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/08/16594011/ibu-yang-bunuh-anak-di-bekasi-bergelagat-aneh-sejak-dua-bulan-lalu

(4)       https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/11/09520551/ibu-yang-bunuh-anak-kandung-di-bekasi-masih-sering-berhalusinasi

(5)       https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/09/20414011/kriminolog-minta-polisi-hati-hati-soal-kasus-ibu-bunuh-anak-di-

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *