Angka Perceraian Sangat Tinggi, Negara Makin Tak Peduli

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Angka Perceraian Sangat Tinggi, Negara Makin Tak Peduli

Oleh Bunda Erma E., S.Pd.

(Pemerhati Keluarga & Generasi)

 

Negeri ini tengah menghadapi gelombang perceraian yang cukup tinggi. Dikutip dari www.republika.id, setidaknya ada 516 ribu pasangan yang bercerai setiap tahun. Sementara, angka pernikahan semakin menurun, dari 2 juta menjadi 1,8 peristiwa nikah juta setiap tahun. Hal itu disampaiakan oleh Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Kamaruddin Amin, dalam agenda Rakornas Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) 2023, di Jakarta, Kamis (21/9/2023).

Ketua Umum Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perwakilan (BP4), Prof. KH. Nasarudin Umar mengatakan, penyebab utama perceraian hingga 55 persen jumlahnya adalah karena percekcokan. Meski perceraian akibat KDRT hanya 6000-an, angkanya makin meningkat dari tahun ke tahun. (republika.id)

Rapuhnya Bangunan Keluarga

Banyaknya kasus perceraian menunjukkan rapuhnya bangunan keluarga. Ada berbagai sebab yang menjadi pemicu perceraian. Hal ini juga menjadi tanda lemahnya visi keluarga saat ini yang hanya berorienatasi kepada duniawi. Juga lemahnya negara sehingga tak mampu mewujudkan perlindungan terhadap anak.

Tingginya perceraian adalah bukti nyata kegagalan sekulerisme kapitalisme dalam mengatur masyarakat. Kehidupan yang jauh dari agama menciptakan masyarakat hanya mencari kesenangan, kenyamanan, dan kebebasan. Akhirnya pernikahan pun dipandang sebagai sarana untuk melampiaskan hasrat jasadiyah (fisik) semata, karena memperhatikan hukum-hukum turunan darinya.

Kehidupan sekulerisme kapitalisme juga tidak menyiapkan generasi sadar harus mempersiapkan pernikahan dengan ilmu, yang ada justru dilihat dari tampang, kemapanan dan rasa cinta. Bahkan ada pernikahan yang didasari karena perintah orang tua atau hanya sekedar dorongan kecukupan umur. Sehingga ketika pernikahan itu dirasa tidak ada manfaat, mereka mudah memutuskan untuk bercerai. Ketika terjadi perselingkuhan, mudah sekali melakukan kekerasan. Inilah penyebab keroposnya bangunan pernikahan saat ini. Karena itu perceraian bukan hanya masalah individu yang bisa diselesaikan dengan penyuluhan pra nikah dari KUA. Namun sudah menjadi masalah sistemik, sehingga penyelesaiannya pun harus sistemik.

Islam Punya Solusi 

Satu-satunya sistem yang mampu mencetak pasangan suami istri yang akan memuliakan peradaban hanyalah sistem Islam, yakni Kh!l4f4h. Islam memiliki pandangan yang khas mengenai pernikahan. Pernikahan dalam Islam disebut sebagai mitsaqan ghalidza (perjanjian agung), sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 21.

Dengan menyebut pernikahan sebagai mitsaqan ghalidza artinya pernikahan bukanlah perjanjian yang bisa dipermainkan dan bisa diambil dengan sembarangan tanpa ada persiapan. Tak hanya itu, dalam Islam juga memiliki tujuan yang jelas lagi mulia terkait pernikahan, yaitu sebagai sarana agar kehidupan masyarakat tetap dalam kesucian dan kemuliaan, mewujudkan jalinan cinta kasih dan tercapainya ketentraman (sakinah) sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21, melanjutkan keturunan dan menghindarkan dosa, mempererat tali silaturahim, sebagai sarana dakwah, dan menggapai mardhatillah.

Islam juga memiliki tuntunan yang jelas ketika menjalani kehidupan suami istri. Kehidupan suami istri adalah kehidupan persahabatan, seperti yang dijelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 21. Ketika pasangan suami istri ini dikaruniai keturunan, Islam juga memberikan tuntunan agar mereka saling bekerja sama untuk mendidik anak-anak mereka dengan benar sesuai tuntunan syariah. Anak laki-laki dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan anak perempuan dipersiapkan untuk menjadi pencetak para pemimpin peradaban.

Ketika individu memahami konsep-konsep pernikahan dalam Islam seperti ini, maka Islam akan mendapat kemuliaan dari pernikahan ini. Salah satu contohnya adalah pernikahan kedua orang tua Muhammad Al Fatih sang pembebas Konstantinopel. Tujuan pernikahan mereka adalah mencetak generasi yang akan dididik menjadi pembebas Konstantinopel. Hanya saja, yang perlu difahami konsep-konsep ini tidak akan bisa serta merta dijalankan individu dengan sempurna tanpa ada peran negara.

Maka Islam memerintahkan agar negara juga turut mengambil peran untuk menciptakan generasi berikualitas. Untuk merealisasikannya, Kh1l4f4h akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Hasil dari pendidikan Islam adalah generasi yang memiliki kepribadian Islam (syaksiyah Islam). Mereka memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) sesuai tuntunan syariat Islam. Tak hanya itu, pendidikan Islam juga akan membekali generasi dengan ilmu alat kehidupan sehingga mereka mampu memenuhi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan.

Lebih detail lagi Syaikh Atha’ bin Kholil dalam kitabnya Dasar-dasar Pendidikan Kh1l4f4h menjelaskan, bahwa khusus bagi siswa perempuan ada kurikulum kerumahtanggaan. Dengan demikian generasi yang terlahir adalah generasi yang paham konsekuensi dan siap mengemban amanah besar. Sehingga ketika mereka menikah mereka akan paham konsekuensi dan amanah menjadi suami istri dan orang tua. Maka ketika terjadi ketidak selarasan, mereka akan mengembalikan semua perkara pada hukum syariah. Mereka akan berinteraksi dengan makruf kepada pasangan dan menjaga pernikahan dari hal-hal yang menyebabkan perceraian.

Tak hanya itu, Kh1l4f4h juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang menjamin setiap laki-laki mendapatkan pekerjaan. Sehingga para suami bisa memenuhi nafkah keluarga dengan makruf sesuai kelaziman di daerah tempat tinggalnya. Pun Kh1l4f4h akan menerapkan sistem pergaulan Islam yang akan menjaga interaksi antara laki-laki dan perempaun dalam kehidupan publik. Sehingga masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat yang suci lagi mulia jauh dari perselingkuhan, kekerasan, perzinahan, dan kemaksiatan lainnya. Inilah solusi hakiki yang Kh1l4f4h tawarkan agar perceraian bisa teratasi.[]

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *