Problematika Pelajar, Parenting Solusinya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Problematika Pelajar, Parenting Solusinya?

Oleh Yaya Umi

Kontributor Suara Inqilabi

Masalah Bullying, sex bebas, pelecehan, pornografi, pornoaksi, kecanduan game adalah topik-topik yang banyak didiskusikan orang tua, dan banyak dibahas dalam berbagai kajian parenting. Topik-topik tersebut ramai dibahas memang karena faktanya saat ini banyak terjadi.

Belum lama ini terjadi kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) oleh temannya dikarenakan terjerat pinjol. Kasus korban bullying yang melakukan pembalasan kepada temannya yang kerap membully. Ataupun kasus siswa yang kedapatan merokok oleh gurunya, kemudian guru menendang siswa, orang tua siswa marah mengetapel mata guru tersebut hingga buta permanen. Juga kasus Perzinaan di kalangan pelajar, dan LGBT yang semakin marak. Semua kasus-kasus ini membuat orang tua menjadi kebingungan, ketakutan, dan putus asa karena problematika pelajar terus bertambah banyak.

Apa yang salah? Kenapa problematika pelajar semakin marak?

Maraknya problematika pelajar yang sama di berbagai daerah, dan munculnya berbagai jenis masalah pelajar menunjukkan adanya kerusakan sistem pendidikan dan juga kerusakan sistem sosial, sebab pelajar adalah bagian dari sistem pendidikan dan juga sistem sosial.

Oleh karena itu harus diperhatikan apa kesamaan yang dimiliki sistem pendidikan dan sistem sosial saat ini sehingga berujung pada problematika pelajar. Untuk memahaminya perlu diketahui terlebih dahulu apakah sistem atau aturan itu? Sistem atau aturan merupakan pancaran dari suatu pemikiran mendasar. Maka kesamaan antara sistem pendidikan dan sistem sosial saat ini tentu adalah pemikiran mendasarnya.

 

Pemikiran mendasar dari sistem pendidikan dan sistem sosial saat ini adalah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Ketika agama dipisahkan dari kehidupan maka standar kebenaran dalam kehidupan tersebut bukanlah agama. Lantas jika bukan agama, apakah standar kebenarannya? Tentu saja seperti slogan “suara rakyat adalah suara tuhan”, standar kebenaran dalam masyarakat saat ini adalah suara rakyat.

“Suara rakyat” sepintas terdengar sangat indah karena seolah sistem ini memperhatikan aspirasi rakyat keseluruhan, namun yang dimaksud suara rakyat bukanlah demikian, melainkan suara perwakilan rakyat melalui wakil rakyat yang sudah dan akan dibakukan dalam aturan atau sistem yang akan dibuat oleh wakil rakyat tersebut, dimana aturan atau sistem yang akan dibuat tersebut tentu saja sesuai dengan pemikiran mendasarnya yaitu pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Maka aspirasi (baca: suara) rakyat yang menginginkan penerapan aturan Islam dalam kehidupan bermasyarakat sudah pasti tertolak dalam sistem saat ini. Baik sistem pendidikan dan sistem sosialnya. Jelas sistem pendidikan dan sistem sosial yang diterapkan saat ini tidak mengindahkan aturan agama.

Sistem pendidikan saat ini tidaklah bertujuan untuk menjadikan anak didik sebagai manusia yang berkepribadian Islam, sistem sosial yang berjalan saat ini tidak mengindahkan aturan-aturan Islam terkait pergaulan pria dan wanita. Maka jelas saja hasil dari sistem pendidikan saat ini tidak menghasilkan anak didik yang berkepribadian Islam melainkan anak dIdik berkepribadian sekular, dan sistem sosial saat ini tidak menghasilkan pergaulan yang islami melainkan pergaulan yang sekular. Maka problematika pelajar saat ini akibat dari pribadi-pribadi pelajar yang sekular dan pergaulan yang sekular, hasil dari sistem pendidikan sekular dan sistem sosial sekular.

Maka jelas problematika pelajar ini bukanlah masalah individu-individu pelajar saja, maka tidak bisa diselesaikan dengan orang tua mati-matian memperbaiki diri atau menjaga anaknya saja, melainkan membutuhkan perubahan yang mendasar yaitu mengubah dasar pemikiran dari sistem pendidikan dan sistem pergaulan saat ini, yaitu sekularisme.

Sekularisme ini harus diganti menjadi Islam. Sistem pendidikan yang berdasarkan Islam akan menghasilkan anak didik berkepribadian Islam, dan sistem pergaulan yang berdasarkan Islam akan menghasilkan pergaulan Islami.

Sistem pendidikan Islam dan sistem pergaulan Islam tidak dapat diterapkan sendirian melainkan harus bersamaan dengan seluruh sistem Islam lainnya seperti sistem ekonomi dan keuangan, juga sistem peradilan dan persanksian. Dengan mengubah keseluruhan sistem sekular menjadi sistem Islam, maka akan terwujud kehidupan yang penuh berkah sebagaimana firman Allah:

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al anbiya:107)

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *