Meninggalkan Islam: Performa Ibu Padam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Meninggalkan Islam: Performa Ibu Padam

 

Aulia Rahmah

Kelompok Penulis Peduli Umat

 

Mengejutkan, Indonesia yang dihuni oleh mayoritas Muslim terbesar di dunia, menempati urutan ketiga dengan gangguan kesehatan mental pada ibu hamil, menyusui, dan dengan anak balita. (republika.co.id, 28/5). Perubahan perasaan akibat perubahan hormon saat hamil, menyusui dan mengasuh balita sangatlah menguras tenaga.

Hingga ibu baru mengalami kelelahan dan stres. Akibatnya, seorang ibu atau calon ibu tiba-tiba merasa sedih, takut, cemas, insomnia, dan uring-uringan.

Memang, menjadi ibu merupakan tugas berat bagi seorang wanita. Menanggung beban saat hamil, bertaruh nyawa saat melahirkan, berkorban harta dan tenaga saat mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Namun Allah Maha adil. Memberikan tugas berat kepada ibu sebanding dengan penghargaan yang diberikan. Allah menempatkan surga di bawah telapak kakinya. Allah juga memberi derajat kemuliaan kepada ibu tiga kali lebih tinggi daripada ayah.

Beratnya tugas ibu tergambar di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman;

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu”. (QS. Luqman: 14).

Untuk menjalani tugas berat sebagai ibu perlu persiapan. Dari persiapan yang bersifat internal juga eksternal. Internal misalnya dengan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Sedangkan persiapan yang bersifat eksternal adalah dari suami, keluarga terdekat, masyarakat, lebih-lebih dari negara.

Kesiapan secara internal dapat ditempuh dengan mengenalkan kepada anak didik, laki-laki dan perempuan tentang hakekat dan tujuan penciptaan dirinya. Potensi naluri dan kebutuhan jasmani, juga fungsi masing-masing dalam kehidupan berumah tangga.

Tentu saja dengan menggunakan pola pendidikan yang berasaskan Islam, yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Dengan pola pendidikan Islam, akan timbul dari kedua insan yang berlainan jenis yang telah disatukan dalam hubungan suami istri, akan menyadari tugas berat sebagai seorang ibu. Suami dan istri akan saling memotivasi agar kuat menjalani hidup demi kebahagiaan bersama sesuai apa yang dituntut dalam Islam. Mereka akan bangga saat dapat meraih Ridho Allah melalui upayanya untuk sabar dan telaten menjalani masa sulit saat hamil, menyusui dan membesarkan buah hatinya.

Jika hari ini sindrom baby blues tersebar luas hingga negeri ini menempati posisi ke tiga tertinggi se-Asia, itu karena pola pendidikan yang dijalankan sangat jauh dari Islam. Beraroma Sekulerisme, mencontoh Barat dengan seabrek pandangan hidupnya yang merusak. Kapitalisme, Hedonisme, Liberalisme, Individualisme membuat seorang wanita jauh dari fitrah keibuannya. Minim pula persiapannya saat melangkah ke jenjang hidup berumah tangga. Terjadilah pada ibu-ibu baru saat hamil, menyusui, dan mengasuh balitanya, mereka dirundung kebingungan, kecemasan, ketakutan, stres dan uring-uringan. Dalam kondisi seperti ini tak akan mungkin seorang ibu baru mampu menjalani perannya sebagai ibu. Sebab, ia minim ilmu pengetahuan, juga minim perhatian. Meninggalkan pola pendidikan Islam, baby blues akan menyerang dan performa ibu pun padam.

Maka dari itu, dibutuhkan pola pendidikan komprehensif yang akan menyiapkan ibu-ibu baru agar siap menjalani perannya. Mengingat rumah tangga merupakan struktur terkecil dari sebuah negara. Jika ibu lemah, rumah tangga lemah, negara pun akan lemah. Akibatnya, penjajah akan mudah menyerang dan menguasai segala sumber daya yang ada.

Na’udzubillahi min dzalik.

Yang lebih penting dari semua itu adalah peran negara. Agar rumah tangga kokoh, suami bangga, istri bahagia, anak-anak sehat, lingkungan masyarakat harmonis, maka sistem kenegaraan yang dijalankan haruslah kompeten. Sistem ekonomi yang mampu menyejahterakan, juga sistem politik yang mampu membendung pemikiran-pemikiran asing yang merusak. Hanyalah dengan penerapan Sistem Islam kaffah gejala baby blues dapat diminimalisasi bahkan hilang sama sekali.

Wallahu a’lam bi ash-Shawaab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *