Kembalikan Peran Perempuan untuk Menjadi Negara Maju

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kembalikan Peran Perempuan untuk Menjadi Negara Maju

Fitria Rahmah, S.Pd.

Aktivitas Pendidik Generasi dan Aktivis Muslimah

 

Selebrasi tahunan yang dirayakan setiap tanggal 22 Desember dalam Peringatan Hari Ibu (PHI) adalah bentuk terima kasih, penghargaan dan penghormatan atas jasa Ibu di seluruh Indonesia. Seperti perayaan tahunan sebelumnya yang mengangkat sebuah tema tertentu, begitu pun tahun ini. Dikutip dari laman cnnindonesia.com, Minggu (17/12/2023) bahwa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA) telah merilis tema Hari Ibu 2023 yaitu ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Maju.’

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga dalam Konferensi Pers Kick Off PHI ke-95 Tahun 2023, Jumat, 10 November 2023 menyatakan bahwa PHI bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi para perempuan selalu menjadi momen khusus, bukan saja sebagai peringatan untuk mengucapkan terima kasih atas jasa ibu yang begitu istimewa bagi seluruh masyarakat Indonesia, tetapi lebih dari itu. PHI sesungguhnya merupakan suatu bentuk apresiasi bagi semua perempuan Indonesia, atas peran, dedikasi, serta kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pada saat yang sama, Menteri PPPA menambahkan bahwa melalui kegiatan “Merayakan Perempuan” ini diharapkan menjadi ruang untuk menunjukkan kepada publik tentang kekuatan perempuan sebagai pilar yang berkontribusi mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa. Bahwa dari waktu ke waktu sudah banyak kemajuan dan prestasi yang ditorehkan dan dicapai oleh perempuan.

Merayakan perempuan tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan selebrasi saja, tetapi harus menjadi motivasi khususnya perempuan untuk tidak berpuas diri namun terus meningkatkan kapasitas, kompetensi dan prestasinya untuk berkontribusi mewujudkan tujuan nasional. Kegiatan Merayakan perempuan juga melibatkan anak-anak muda dari segi konsep hingga pelaksanaannya. Ini sebagai upaya kami untuk mengajak anak-anak muda sebagai penerus masa depan bangsa untuk ambil bagian melalui gagasan dan ide-ide kreatifnya dalam mendukung pergerakan dan kemajuan perempuan masa kini dan mendatang.

PHI juga harus menjadi momentum untuk mengingatkan semua perempuan Indonesia untuk selalu menanamkan dalam diri dan pikirannya, bahwa mereka adalah sosok yang kuat, tangguh, dan berdaya. Sosok yang berani bermimpi dan mampu mewujudkannya. Dilansir dari kemenpppa.go.id, Jumat (10/11/2023)

Dari penuturan diatas, tampak jelas yang dimaksud dengan perempuan berdaya adalah menjadi perempuan produktif dari sisi memiliki penghasilan, punya karier, jabatan, kedudukan secara sosial ekonomi ataupun politik, dan mampu bersaing dengan kaum laki-laki di berbagai sektor kehidupan.

Pada kenyataannya, saat ini banyak perempuan yang mengambil peran di ranah publik. Mereka bersaing dengan kaum laki-laki di berbagai sektor kehidupan dan meninggalkan peran domestik. Berbagai macam hal melatarbelakangi mereka untuk go public, baik karena kebutuhan ekonomi atau mengejar karier demi kedudukan dan materi.

Alhasil, bukan kemajuan namun sebaliknya kemunduran yang didapat. Peran perempuan sesungguhnya adalah sebagai ummu wa rabbatul bayt (ibu pengatur rumah suaminya), sebagai ummu ajyal (pendidik generasi). Maka ketika peran ini ditinggalkan, selanjutnya dampak yang terjadi adalah terciptanya generasi yang lemah, rapuh, dan tidak berkualitas. Sebab pendidikan dan pengasuhan mereka dialihkan kepada pengasuh yang memiliki ilmu ala kadarnya dalam mendidik dan mengasuh.

Lantas bagaimana kemajuan sebuah negara akan tercipta, jika generasi penerus sebuah peradaban adalah generasi yang rusak?

Sesungguhnya, perempuan saat ini terpedaya oleh fatamorgana kesuksekan ala sekuler dan kapitalisme. Kesetaraan gender yang diusung oleh kaum feminisme sejatinya adalah ide yang menyesatkan kaum perempuan. Sebab ide inilah yang menyebabkan para perempuan saat ini berbondong-bondong meninggalkan peran mereka sesungguhnya.

Harus disadari oleh semua perempuan, bahwa pemikiran feminisme berasal dari pemikiran asing yang haram hukumnya untuk kita adopsi. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya ada banyak kemudharatan dan tidak ada kemaslahatan.

Jika kita telisik lebih dalam, pemikiran feminisme ini memiliki misi tersembunyi, yaitu menghilangkan peran perempuan sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan negara mereka sebagai negara adidaya. Karena mereka paham betul, bahwa kaum Ibu memiliki peran sentral dalam menciptakan generasi emas sebagai unsur penting dalam terciptanya sebuah peradaban gemilang.

Sebab wanita adalah tiang negara, sebagaimana sabda Rasulullah saw. bahwa “wanita adalah tiang agama, jika baik Wanita maka baiklah negaranya dan jika rusak maka rusak pula negaranya.” Dalam kitab Adabun Dunya wad Din, Imam Mawardi mengatakan, untuk menghancurkan suatu bangsa dan negara adalah dengan menghancurkan akhlak generasi muda.

Maka jelas bahwa pemikiran Feminisme ini harus dibuang jauh-jauh dan mengembalikan peran perempuan sesuai fitrahnya, agar tercipta generasi khairu ummah, yaitu generasi terbaik yang mampu membangun peradaban emas. Sebagaimana pada saat Daulah Islamiyah menjadi negara adidaya dengan menguasai dua per tiga belahan bumi, sebab diterapkannya Islam secara sempurna.

Hanya Islam yang memandang kaum laki-laki dan kaum Perempuan sama. Tidak ada pelabelan kaum superior atau pun kaum inferior di antara keduanya. Mereka sama-sama bisa berkontribusi dalam memajukan negara, artinya, keduanya memiliki peranan yang sama pentingnya tanpa harus bersaing atau merendahkan pihak mana pun.

Hal ini dikarenakan kedudukan Perempuan dan laki-laki sama dalam Islam, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat : 13 “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Jadi jelas bahwa nilai kemuliaan seseorang di mata Allah tidaklah diukur dari jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan, melainkan karena ketakwaan dan ketundukannya kepada Allah Taala, bukan yang lain.

Laki-laki dan perempuan, keduanya adalah hamba Allah yang berkewajiban untuk melaksanakan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai fungsi dan peran masing-masing. Posisi, kedudukan, dan fungsi keduanya di tengah masyarakat memang berbeda, tetapi tidak berarti yang satu lebih tinggi atau lebih mulia dari yang lainnya. Semua sudah Allah tetapkan sesuai fitrahnya masing-masing, semata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia.

Meskipun fitrah seorang Perempuan berada di ranah domestik, tetapi Islam tidak mengharamkan perempuan untuk mengambil peran di ranah publik. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, banyak wanita muslimah yang mengambil peran di ruang publik, tapi mereka tetap bisa mencetak generasi khairu ummah, generasi terbaik. Sebut saja ummul mukminin yang mendapat gelar At-Thaahirah, yaitu Khadijah binti Khuwailid ra. sebagai pebisnis wanita yang sukses, Asy-Syifa binti Abdullah al-Quraisyiyah yang menjadi perawat, Rufaydah Al-Islamiyya sebagai dokter pertama dalam Islam, dan banyak lagi yang lainnya.

Hal ini dikarenakan mereka tidak meninggalkan apalagi melupakan fitrahnya sebagai ummu wa rabbatul bayt dan sebagai ummu ajyal. Maka tak heran jika saat itu tercipta generasi emas yang mampu mempertahankan kejayaan Daulah Islamiyah selama kurang lebih 13 abad lamanya.

Maka sudah semestinya untuk menciptakan negara maju adalah dengan mengembalikan peran perempuan sesuai fitrahnya dengan penerapan Islam Kaffah dalam bingkai Daulah Islamiyah.

Wallahualam bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *