KDRT Terus Berulang, Saatnya Kembali Kepada Sistem Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

KDRT Terus Berulang, Saatnya Kembali Kepada Sistem Islam

Oleh Erna Ummu Azizah

Kontributor Suara Inqilabi

 

Perih, sedih..mungkin itulah ungkapan saat mendengar berita tentang tewasnya seorang ibu di Pati yang diduga alami luka dalam, tepatnya pendarahan otak akibat dihajar suami. Jasadnya ditemukan dalam kondisi terbaring sambil memeluk bayi yang usianya belum genap 1 bulan. Ya Allah…

Dan mirisnya, selain jenazah sang ibu yang memeluk bayinya, di lokasi itu terdapat dua balita berusia 4 tahun dan 2 tahun, keduanya merupakan anak korban juga. Anak-anak itu terlantar sekitar 2 malam tanpa menyadari bahwa ibunya telah meninggal. Mereka bertahan hidup dengan makan seadanya yang ada di kulkas hingga akhirnya ditemukan.

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pati Kompol Onkoseno G Sukahar, korban (31) tewas usai dianiaya suami sirinya (45). Luka-luka memar akibat sering dipukuli hingga muncul luka dalam yang memicu korban meninggal. Terlebih korban kondisinya belum fit usai melahirkan. (Kompas, 20/6/2023)

Diketahui dari ayah korban bahwa pelaku berwatak keras dan mudah marah, juga sering mabuk-mabukan dan berjudi. Polisi mengungkap motif suami menganiaya istrinya hingga memicu kematian korban. Dia mengatakan tersangka diduga cemburu buta terhadap istrinya. Sontak tersangka lalu menganiaya korban. (Detiknews, 20/6/2023)

Kasus ini tentu bukanlah kali pertama. Entah berapa banyak kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang berujung kematian dan tak jarang anak-anak pun turut menjadi korban. Semakin hari jumlahnya pun kian meningkat. Maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan semakin membuktikan gagalnya sistem saat ini dalam melindungi perempuan.

Ya, banyaknya kasus KDRT ini tak lepas akibat diterapkannya sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Maka tak heran jika manusia yang hidup di dalamnya jauh dari kata iman. Jangankan takut dosa dan siksa neraka, apapun dilakukan yang penting nafsu terpuaskan.

Padahal negeri ini penduduknya mayoritas muslim, seharusnya iman dan takwa jadi benteng dari perbuatan dosa dan nista. Namun sungguh ironis, banyak tindak kejahatan dan kriminal terjadi. Termasuk KDRT yang membuat seorang suami tega merenggut nyawa istrinya sendiri.

Dan kondisi inipun diperparah dengan diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Segala sesuatu dinilai dengan materi, semuanya serba uang. Begitupun hubungan rakyat dan penguasa, tak ubahnya seperti penjual dan pembeli. Semua hal, termasuk yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikomersialkan, seperti air, listrik, jalan tol, dan sebagainya.

Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok terus merangkak naik, lapangan pekerjaan sulit dan ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan yang semakin mencekik. Dari kondisi ini lahirlah manusia-manusia gelap mata yang menghalalkan segala cara. Bahkan parahnya lagi, muncul fenomena “masyarakat sakit”, mereka mudah tersulut emosi, rentan depresi, dan tak sedikit yang berakhir membunuh atau bunuh diri. Na’udzubillah.

Islam Mencegah Terjadinya KDRT

Jika saja sistem Islam yang diterapkan, tentu kasus KDRT yang berujung maut ini bisa dicegah. Karena Islam mempunyai seperangkat aturan kehidupan yang sempurna dan paripurna. Semua aturan tersebut saling menunjang satu sama lain. Sehingga ketika diterapkan akan lahir kesejahteraan, keadilan dan kebaikan. Inilah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, maka akidah Islam akan menjadi pondasi. Keimanan kepada Allah, akhirat, dan yaumil hisab (hari pembalasan), akan membuat seseorang senantiasa berhati-hati dalam berpikir maupun bersikap. Dia akan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Maka tak ada ceritanya seorang suami berani melakukan KDRT terhadap istrinya. Apalagi sampai merenggut nyawanya.

Dalam Islam, keluarga adalah institusi terkecil, dimana di dalamnya adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga yang dipenuhi dengan kasih sayang, saling menjaga, saling memotivasi dan saling mendoakan. Suami istri hidup sakinah mawaddah wa rahmah di dalamnya. Sehingga lahirlah generasi-generasi terbaik buah dari rumah sebagai madrasatul ula (sekolah pertama dan utama).

Hal inipun ditunjang dengan sistem pendidikan Islam, dimana tujuannya adalah mencetak generasi berkepribadian Islam yang takwa, tangguh, dan cemerlang. Sarana dan prasarana pendidikan pun dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dijamin oleh negara. Sehingga semua rakyatnya bisa menikmatinya dengan cuma-cuma, tanpa perlu pusing memikirkan biaya.

Dan tentunya ditopang dengan sistem ekonomi Islam. Dimana negara menjamin terpenuhinya kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan, juga hak pendidikan, kesehatan dan keamanan bagi setiap warga negaranya. Teknisnya dengan cara membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para laki-laki, tentunya dengan upah yang layak. Karena di pundak ayah/suamilah beban nafkah berada. Sehingga tak ada lagi cerita “suami nganggur, kepala ngebul” yang menyebabkan terjadinya KDRT.

Semua ini hanya akan terwujud jika sistem Islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam kehidupan. Maka, sudah saatnya kita campakkan sistem sekulerisme-kapitalisme yang jelas-jelas rusak dan membawa kerusakan. Mari kita ganti dengan sistem Islam. Karena sejarah telah membuktikan, selama kurang lebih 13 abad, manusia baik muslim maupun non-muslim hidup sejahtera di bawah naungan sistem Islam.

Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *