Liberalisasi Penyebab Utama Sifilis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Liberalisasi Penyebab Utama Sifilis

 

Oleh Fitri Ummu Hisbi

Kontributor Suara Inqilabi 

Kemenkes resmi merilis kasus sifilis atau penyakit raja singa yang ada di Indonesia. Diketahui, daerah Jawa Barat masuk ke posisi dua untuk kasus sifilis terbanyak se-Indonesia. Dalam hasil data yang di rilis Kemenkes, posisi pertama yakni Papua sebanyak 3.864 kasus. Lalu, posisi kedua disusul oleh Jawa Barat sebanyak 3.860 kasus.

Masyarakat Kota Bandung, Jawa Barat, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit sifilis atau raja singa. Data skrining penyakit sifilis yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) pada periode 2018-2022 menunjukkan bahwa Kota Bandung memiliki angka kasus tertinggi di wilayah tersebut.

Dilansir Republika, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Rochady HS Wibawa, menjelaskan bahwa skrining ini dilakukan di beberapa area yang telah ditentukan di kabupaten dan kota di Jawa Barat. Hasilnya, terdapat jumlah kasus sifilis yang paling tinggi di Kota Bandung.

“Di Kota Bandung, dari 29.552 pemeriksaan yang dilakukan, terdapat 830 orang yang dinyatakan positif mengidap sifilis. Meskipun pemeriksaan juga dilakukan di wilayah lainnya, angkanya fluktuatif tergantung pada kepadatan penduduk. Namun, Kota Bandung memiliki angka tertinggi,” ungkap Rochady pada Sabtu (10/6/2023).

Sifilis atau penyakit raja singa adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. Dr. Idham Choliq Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menyebut, sifilis menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis, yang dikenal sebagai chancre. Chancre dapat terjadi pada sekitar area alat kelamin laki-laki maupun perempuan, anus, rektum, dan bibir atau mulut. Karenanya, sifilis dapat menyebar selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Orang hamil dengan sifilis juga dapat menularkan infeksi kepada anaknya yang belum lahir.

Fakta membuktikan bahwa saat ini Raja Singa diderita orang-orang yang memiliki perilaku seks bebas, seks berisiko dan menyimpang, yakni oral seks dan anal seks. Penularan penyakit ini juga nyatanya banyak melalui aktivitas zina. Sebab, kuman “Treponema Pallidum” penyebab sifilis merupakan bakteri parasit obligat yang tidak bisa hidup di luar tubuh dan berkeliaran bebas.

Oleh sebab itu, penularan sifilis hanya akan terjadi melalui penularan langsung. Pertama, sifilis menular melalui hubungan seksual dan pertukaran cairan tubuh. Kedua, penularan sifilis pada bayi ketika masih berada di dalam rahim atau ketika dilahirkan melalui vagina.

Namun hingga saat ini pemerintah hanya fokus menekan penyebaran penyakit ganas ini melalui skrining sifilis, berbagai penyuluhan, dan fokus pada pengobatan sifilis, bukan pada aspek pencegahannya. Padahal, Sifilis sangat berkaitan erat dengan pergaulan bebas yang saat ini terjadi terutama di kalangan anak muda.

Sudah bisa dipastikan seseorang bisa terjangkit sifilis karena pergaulan bebas yang sekarang dianggap lumrah bahkan tren oleh sebagian orang khususnya para remaja. Kelumrahan pergaulan bebas tidak bisa dilepaskan dari pengaruh paham liberalisme yang terus mencengkeram negeri ini.

Paham liberalisme yang mengusung beragam kebebasan termasuk kebebasan berperilaku justru pintu awal munculnya berbagai kasus penyakit menular seks seperti HIV-AIDS dan sifilis. Oleh karena itu, menjadi aneh saat pemerintah membuat program pencegahan penyakit menular seks melalui kampanye seks aman dengan kondom yang sudah terbukti tidak mampu mencegah penularan virus maupun bakteri akibat seks bebas. Begitu juga dengan mengintensifkan pelayanan dan stok obat yang aman jelas tidak cukup sebagai solusi penurunan bahkan pencegahan penyakit sifilis.

Paham liberalisme yang lahir dari peradaban sekuler kapitalistik yang rusak dan merusak jelas dan nyata akan mengantarkan umat dan generasi ke jurang kenistaan dan kehancuran. Masa depan negeri pasti akan semakin suram dan generasi terbelit berbagai persoalan, akalnya terinfeksi ide rusak, fiskinya terancam beragam penyakit menular yang melemahkan bahkan mematikan.

Islam sebagai ideologi yang mengatur segala aspek kehidupan manusia mempunyai mekanisme yang jelas salah satunya adalah menjauhkan generasi muda dari berbagai ide rusak, termasuk sekularisme, liberalisme dan turunannya. Islam mengarahkan umat manusia senantiasa terjaga ketakwaannya secara individu dan menumbuhkan aktivitas amar makruf nahi mungkar di lingkungan sosial.

Penerapan sistem Islam secara sempurna melahirkan sistem pergaulan yang khas yang mengatur interaksi laki-laki dan perempuan. Dalam koridor syariat, laki-laki dan perempuan wajib menutup aurat; terpisahnya kehidupan laki-laki dan perempuan, kecuali dalam perkara tertentu; larangan berkhalwat; dan aturan menundukkan pandangan bagi keduanya.

Begitu juga sistem sanksi dalam Islam, mampu mencegah manusia dari perbuatan yang mengarah pada tindakan amoral. Perzinaan diharamkan dan pelakunya akan mendapatkan sanksi berat. Pelaku zina yang belum pernah menikah akan mendapat hukuman berupa hukum cambuk 100 kali (lihat QS An-Nur: 2). Sedangkan yang sudah menikah akan dirajam sampai mati.

Inilah sistem Islam yang memiliki mekanisme begitu efektif dalam menjaga generasi mudanya dari arus liberalisme yang melenakan. Melahirkan generasi unggul yang tidak hanya sehat jasmaninya, tetapi juga akal dan rohaninya. Generasi yang akan mengantarkan umat ini pada kebangkitannya sebagai pemimpin peradaban dunia dan masa depan.

Wallahualam bisshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *