Suara Sumbang Pembelaan Terhadap Palestina 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Suara Sumbang Pembelaan Terhadap Palestina 

Putri Eka

(Pemerhati Masyarakat)

Dunia memang tidak diam saja. Begitu banyak hashtag di media sosial yang terus digaungkan, bahkan demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai belahan dunia, menuntut keadilan bagi Palestina. Menteri-menteri delegasi yang duduk di PBB pun tak kalah menuntut penghentian genosida dengan gencatan senjata. Lebih jauh, boikot produk Israel bahkan terus dilakukan. Hak veto milik Amerika yang menolak gencatan senjata pun sudah beralih menjadi bantuan udara berupa kebutuhan pokok. Hasilnya? Israel tetap berkuasa atas genosida.

Dunia memang tidak diam, tapi dunia siapa yang dimaksud? Bukankah hanya dunia dari individu-individu yang berani?

Mari kita renungkan. Israel menyerang Palestina atas nama yang mereka sebut sebagai Negara Israel. Mereka memiliki Angkatan senjata, memiliki kebijakan politik, memiliki arahan terhadap tentara secara penuh untuk menyerang dengan senjata. Israel didukung oleh negara yang saat ini diakui sebagai negara super power, yaitu Amerika. Lalu, Palestina cukupkah memiliki tentara Hamas yang bahkan bukan dibentuk oleh negara? Cukupkah bantuan makanan menghilangkan rasa lapar dan dahaga mereka bila serangan bahkan dilakukan pada wilayah dan waktu yang tidak diperbolehkan menyerang? Apakah kita menganggap Amerika melunak karena mengirim bantuan udara? Bukankah mereka juga berpotensi mengirim bantuan senjata pada Israel bersamaan dengan pengirimannya ke warga Palestina? Bukankah warga Palestina tidak pergi dari sana karena meraka menjaga tanah yang dijanjikan (Baitul Maqdis) yang dorongannya merupakan akidah? Bukankah upah dari penjagaan mereka adalah hilangnya nyawa? Pantaskah kita diam?

Kaum Muslim Silau oleh Kesatuan yang Semu

Di negara manapun, kesatuan pasti terus dikokohkan dalam bentuk nasionalisme, mementingkan negaranya sendiri demi menghidupi rakyat yang ada di dalamnya. Sekilas hal ini tidak salah, tapi bila kita refleksikan pada Palestina, semua ini disebabkan oleh nasionalisme yang tidak mementingkan agama, perlindungan militer hanya terbatas pada wilayah yang telah diakui. Nasionalisme ini membatasi ikut campurnya negara lain dalam peperangan yang terjadi dimanapun karena khawatir negaranya juga diintervensi.

Memang nasionalisme ini seolah buah penghilangan jajahan yang dulu dilakukan oleh negara Eropa dan Amerika, tapi solusi kesatuan ini menjadi semu bagi kaum muslim yang akan kuat bila dengan persatuan. Seolah rasis dan tidak di jalan tengah? Islam yang benar tidak memerintahkan kaum muslim melakukan genosida meski tidak sedikit sejarah membahasakan dan menomor satukan genosida yang dilakukan oleh Bangsa Mongol yang mayoritas muslim. Padahal itu bukanlah genosida, tetapi futuhat demi menyebarkan keadilan Islam.

Nasionalisme tidak hanya menutup pertolongan militer dari negara lain, tetapi nasionalisme juga mematikan sebagian rasa persatuan dengan akidah/pandangan yang sama, yaitu pandangan Islam. Nasionalisme membuat kaum muslim merasa tidak perlu mempelajari bagaimana dari masa Rasul hingga khalifahnya menyatukan begitu luasnya dunia dengan hukum terpusat yaitu Islam, meski banyak rintangan dari luar dan dalam tapi perlu diingat bahwa sebelum ideologi kapitalisme yang baru berlangsung ratusan tahun, dunia ini pernah dipimpin dengan ideologi Islam yang berumur ribuan tahun dan disegani oleh Eropa sehingga serangan yang dilakukan terhadap Islam pun berusia ratusan tahun. Ideologi Islam tersebut diwadahi oleh yang disebut sebagai Khilafah.

Khilafah Melindungi Seluruh Manusia Berdasarkan Perintah Tuhan yang Menciptakan Manusia Meski catatan sejarah juga mencatat penerapan Islam yang buruk oleh beberapa khalifah, tapi negara yang bergabung dalam perlindungan Khilafah tetap negara yang disegani dunia bahkan Eropa, negara yang mengutamakan pelayanan terhadap masyarakatnya tanpa menghilangkan etos upaya pemenuhan diri oleh masyarakatnya, dan terutama kesatuan yang kokoh sehingga negara-negara yang berada di bawah naungan Khilafah tetap berdaulat. Kedaultan yang dimiliki negara tersebut bukanlah kedaulatan yang diberikan oleh penjajah, melainkan kedaulatan sebagai manusia dan negara yang memenuhi aturan Tuhan sebagai pencipta, bukan menghamba pada manusia.

Solusi terdekat yang bisa kita lakukan selain bersuara kebebasan Palestina tetapi juga mendakwahkan bahwa Khilafah satu-satunya solusi yang perlu segera diwujudkan sebagaimana mewujudkan hadits Rasul bahwa akan kembalinya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Solusi pengiriman bantuan kebutuhkan sebagai solusi singkat tidaklah dilarang, namun hal ini bukan solusi yang menjadi tujuan. Solusi dengan hasil terpanjang yaitu mewujudkan kesatuan dalam negara Khilafah.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *