Risalah Akhir Tahun: Perempuan dan Generasi Menjadi Tumbal Keserakahan, Islam Perisai Hakiki  

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Risalah Akhir Tahun: Perempuan dan Generasi Menjadi Tumbal Keserakahan, Islam Perisai Hakiki

 

Watini Aatifah

Kontributor Suara Inqilabi

Di penghujung Desember 2023, bertepatan hari Ahad, telah sukses terselenggara agenda yang luar biasa yaitu Risalah Akhir Tahun dengan mengangkat tema ‘’Perempuan dan Generasi Menjadi Tumbal Keserakahan, Islam Perisai Hakiki’’. Acara tersebut dihadiri banyak orang dari kalangan Muslimah. Mulai dari ibu rumah tangga hingga remaja sekitar Probolinggo.

Acara dipandu oleh Ustadzah Winda sebagai pembawa acara. Beliau membuka acara dengan tayangan video yang menunjukan kerusakan-kerusakan dan perampasan lahan yang terjadi di Rempang sehingga rakyat kehilangan ruang hidup.

Tidak lupa pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan saritilawah yang dibacakan oleh Ustadzah Aisyah dan Ustadzah Surya menambah khidmat acara hari ini. Dilanjut musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Ustadzah Irna dan Ustadzah Sulami. Puisi yang menggambarkan kondisi umat saat ini mampu menggetarkan hati peserta. Umat sengsara, menjerit akibat kehilangan ruang hidupnya.

Hadir Ustadzah Nailurahmi dan Ustadzah Rini membuka diskusi talkshow. Ustadzah Rini menyampaikan bahwa kita adalah ratu yang melahirkan generasi. Para perempuan dan generasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Hal ini dikarenakan sekelompok orang dan juga sistem yang membuat kita menderita. Hal ini adalah buah politik oligarki. Sistem ekonomi kapitalisme hanya menjadi regulator antara pengusaha dan penguasa. Politik oligarki mempraktikkan demokrasi ala kapitalisme dimana mereka membutuhkan industrialisasi sehingga konsekuensinya butuh lahan murah dan dalam jumlah tak terbatas.

Berbagai kerusakan dan penderitaan dialami perempuan dan generasi akibat perampasan ruang dan konflik agraria, salah satunya adalah hilangnya sumber penghidupan yang mengakibatkan kemiskinan hingga kelaparan. Relokasi dan penggusuran juga menghilangkan ruang sosial dan tumbuh kembang anak-anak hingga ancaman hilangnya pendidikan. Bentang alam yang berubah dari hutan menjadi perkebunan dan bekas tambang mengakibatkan bencana berulang hingga karhutla. Selain itu perubahan tata ruang wilayah perkotaan mengakibatkan banjir dan hilangnya ruang hidup (pemukiman warga, kegiatan sosial dan ekonomi).

Di sisi lain jalan tengah yang diberikan oleh penguasa tidak berpihak pada rakyat. Berbagai solusi yang mereka tawarkan justru malah merugikan rakyat. Rakyat hanya mendapat ganti rugi berupa tanah (sebagai properti) namun kehilangan ruang hidupnya. Perempuan dan generasi hidup tanpa rasa aman dan nyaman.

Maka umat butuh solusi yang tepat dan benar. Islam melindungi kepemilikan lahan. Syariat Islam juga menetapkan bahwa warga bisa memiliki lahan dengan cara mengelola tanah mati, yakni lahan tak bertuan yang tidak ada pemiliknya. Rasulullah ﷺ bersabda:

‘’Siapa saja yang lebih dulu sampai pada sebidang tanah, sementara belum ada seorang muslim pun yang mendahuluinya, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR. ath-Thabrani)’

Jika kita melihat fakta yang terjadi saat ini di mana penduduk Rempang yang telah lebih dulu menetap dan menghidupkan tanah itu, maka merekalah yang lebih berhak atas tanah tersebut.

Di dalam Islam tidak hanya lahan, perempuan dan generasi juga dilindungi oleh syariat. Karena perempuan menganut kaidah ‘’al-ashlu fi al mar’ah annaha umm(un) wa rabbatul bayt(in) wa hiya ‘irdh(un) yajibu an yushana’’

‘’Hukum asal perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dan ia adalah kehormatan yang harus dijaga’’ sedangkan generasi Islam adalah aset dan pemimpin. Dengan Khilafah dan syariat Islam, problem perampasan tanah dan konflik agraria akan terselesaikan. Perempuan dan generasi memiliki ruang hidup yang aman dan nyaman. MasyaAllah, pemaparan materi yang disampaikan begitu luar biasa. Ustadzah Rini menutup dengan sebuah hadits,

‘’Barang siapa yang dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya, jika tidak bisa ingkarilah dengan hatinya dan itu merupakan selemah-lemahnya iman’’. (HR. Muslim, No 49)

Ustadzah Rini mengajak kita semua agar beramar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan kita. Setelah pemaparan materi, Ustadzah Nailurahmi pun membuka sesi tanya jawab dan acara diakhiri dengan doa oleh Ustadzah Mufidah.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *