Menyingkap Tabir Nestapa di Bumi Papua

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Menyingkap Tabir Nestapa di Bumi Papua

Oleh Irma Faryanti

Member Akademi Menulis Kreatif

Sedikitnya 25 orang warga Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua dievakuasi Tim gabungan TNI dan Polri beberapa waktu yang lalu. Mereka merupakan korban intimidasi dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan bahwa proses penyelamatan itu dilakukan sejalan dengan pencarian pilot Susi Air yang diduga menjadi korban penyanderaan kelompok yang sama. (Liputan6.com, 10 Februari 2023)

Selain penyerangan yang dilakukan KKB, adanya bentrok antar warga membuat kondisi Papua semakin tidak kondusif. Terjadinya pembakaran, perusakan bahkan menelan korban jiwa, menjadi buntut dari bentrokan tersebut. Seperti peristiwa di Kigamani beberapa waktu lalu, di mana warga menyerang seorang kontraktor PU karena masalah kecelakaan lalu lintas, hingga tewas.

Berbagai tindak kekerasan yang dilakukan KKB dan warga tersebut tentu berdampak besar bagi pembangunan wilayah setempat. Seperti yang diketahui bersama, saat ini di Papua tengah masif dilakukan pembangunan jalan dan telekomunikasi, otomatis proyek tersebut terganggu akibat penyerangan kelompok tersebut hingga memakan banyak korban. selain warga sipil, investor dan perusahaan pun sangat merasakan ketidaknyamanan ini.

Selain KKB, Papua pun tengah dirundung duka karena dilanda gempa. Pada hari Kamis 9 Februari 2023 pada pukul 13.28 WIB, gempa berkekuatan 5,2 skala richter mengguncang Jayapura. Dwikorita Karnawati selaku kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa guncangan telah terjadi setidaknya 1.079 kali dan 132 diantaranya dirasakan oleh masyarakat. Sering terjadinya gempa di Papua, dikarenakan kondisi batuan yang ada wilayah itu sangat rapuh dan sensitif bergetar, sementara beberapa porsi energi yang tertahan akan terlepas menyesuaikan kerapuhan batuan tadi.

Pulau yang juga disebut surga kecil yang jatuh ke bumi faktanya tidak seindah julukannya. Dengan kekayaan alam yang melimpah, nyatanya penduduknya jauh dari kata sejahtera. Bahkan provinsi Papua menjadi penduduk miskin tertinggi pada September 2022 yaitu mencapai 26,80%, lebih tinggi 0,24% dibanding bulan Maret di tahun yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh ekonomi Papua yang mengalami kontraksi sebesar 0,76%.

Semakin rumitnya permasalahan yang dialami Papua tidak bisa dilepaskan dari campur tangan asing yang mencengkeram wilayah tersebut. Bertahannya KKB yang sejatinya merupakan kelompok separatis ternyata sangat alot ditaklukan karena ternyata memiliki jaringan suaka politik dengan negara-negara besar. Alih-alih pemimpinnya ditangkap, mereka justru aman dan mendapatkan perlindungan politik dari pihak luar.

Sering terjadinya konflik dan pelanggaran HAM di wilayah itu menjadi celah bagi AS untuk lebih dalam melakukan intervensi. Papua yang begitu kaya dengan SDA menjadi alasan utama mereka semakin kuat menancapkan hegemoninya, sehingga konflik berupa gerakan separatis seolah dipelihara dan dibiarkan tetap ada. Sayangnya, penguasa negeri seolah bungkam dalam diamnya, mereka tidak sanggup melakukan apapun karena kepentingan asing begitu nyata.

Itulah realita hidup dalam naungan kapitalis, apapun dilakukan demi mendapatkan tujuannya, walau harus mengorbankan kepentingan masyarakat. Melindungi para pemilik modal dan menyerahkan pengurusan kekayaan alam milik rakyat, membiarkan mereka menguasai dan menancapkan pengaruh disana untuk meraup keuntungan materi sebesar-besarnya. Wilayah sekaya Papua harus menjadi korban dari ketamakan sistem yang menjadi biang keladi munculnya berbagai masalah seperti kemiskinan, kerusakan generasi, dan lain sebagainya.

Padahal jika saja mau merujuk pada Islam, Allah Swt. menjanjikan keberkahan jika saja manusia mau diatur oleh ketetapanNya. Dalam QS al A’raf ayat 96 Allah berfirman, yang artinya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Inilah yang terjadi jika membiarkan negeri jauh dari aturan Allah Swt. Orang-orang kafir akan merongrong bak hidangan di atas meja yang siap diperebutkan. Tidak ada yang bisa diharapkan dari sistem batil seperti kapitalisme ini. Saatnya kembali pada Islam, memperjuangkan tegaknya syariat Allah di muka bumi di seluruh aspek kehidupan dalam naungan sebuah kepemimpinan Islam.

Wallahu a’lam Bishawwab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *