Mengapa Kebakaran Hutan kembali berulang?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Mengapa Kebakaran Hutan kembali berulang?

Oleh Ummu Asma’

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) BPBD Kalimantan Selatan melaporkan luas total sementara kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalsel mencapai 163,15 hektare hingga Sabtu (24/6) kemarin.(https://kumparan.com/kumparannews/bpbd-kebakaran-hutan-dan-lahan-di-kalsel-capai-163-hektare-20eS31VaA4l)

Ratusan pasukan dan seluruh peralatan yang ada sudah dikerahkan untuk memadamkan api,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kalsel, Raden Suria Fadliansyah, dilansir Antara, Minggu (25/6).

Berdasarkan data yang dihimpun tim BPBD, karhutla telah melanda sebagian wilayah pada satu kota dan enam kabupaten di Kalsel.

“Tim lapangan melakukan observasi dan pendataan di lokasi kejadian serta menjamin karhutla tidak menyebar ke permukiman,” katanya.

Sementara itu, Manager Pusdalops-PB BPBD Kalsel Ricky Ferdyanto memaparkan wilayah yang telah dilanda karhutla, yakni Kota Banjarbaru dan 6 kabupaten lainnya.

Lebih lanjut, wilayah kabupaten tersebut, yakni Tanah Laut, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.

“Ada sebanyak 2.168 titik api yang menyebar di 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan,” ucapnya.

Hal ini berpotensi mengancam kesehatan warga, dan keselamatan penerbangan. Berulangnya karhutla menunjukkan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat dan gagalnya edukasi masyarakat. Prilaku tersebut bisa jadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya yang tidak dijamin negara. Sementara negara justru dengan mudah memberi konsesi hutan pada perusahaan besar. Terlebih adanya kebutuhan untuk memperbanyak perkebunan sawit yang menjadi sumber biofuel.

Sikap yang dilakukan para pemilik perusahaan besar ditambah adanya peraturan yang lemah cenderung berpihak kepada para pemilik modal, maka rakyatlah yang kembali dirugikan dan dikorbankan. Dari sinilah bisa kita rasakan bahwa sikap negara yang cenderung tebang pilih, kita tidak punya harapan lagi selain berharap pada sistem yang mampu menjamin keselamatan dan keamanan rakyat.

Oleh karena itu disinilah kita membutuhkan adanya solusi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendeknya edukasi kepada masyarakat baik kepada para pengusaha maupun rakyat tentang pentingnya menjaga kestabilan lingkungan agar tidak terjadi kerusakan alam yang dapat merugikan masyarakat luas. Sedangkan target jangka panjangnya, untuk menjaga kestabilan edukasi, membutuhkan adanya sebuah sistim pendidikan yang mampu membentuk pribadi yang berpola pikir dan berpola sikap yang benar yakni dengan landasan Aqidah Islam.

Islam juga mengharuskan negara perlu melakukan langkah antisipasif secara komprehensif dan totalitas sebagai bentuk tanggung jawab negara untuk mencegah kemudhorotan bagi semua fihak dan menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap kehidupan rakyat.

 

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *