Harga Bahan Pokok Meroket Kembali, Mengapa Bisa Terjadi?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Harga Bahan Pokok Meroket Kembali, Mengapa Bisa Terjadi? 

Cucu Juariah

(Aktivis Dakwah)

 

Resesi di akhir tahun 2023 ternyata tidak mereda, bahkan harga bahan-bahan pokok seperti saling berlomba untuk naik. Masyarakat umum tentu merasakan dampak kenaikan harga ini. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang warga di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan bernama Waluyo. Dia mengaku cukup terbebani dengan kenaikan harga pangan, utamanya yang sering dikonsumsi. Menurut penuturannya biasanya untuk memenuhi keperluan belanja bulanan dapat terpenuhi dengan biaya Rp 1 juta. Namun dengan adanya kenaikan ini harus mengambil dari alokasi dana lainnya.

Dalam hal ini Sekretaris Jenderal IKAPPI (Ikatan Pedagang Pasar Indonesia) Reynaldi Sarijowan mengaku heran kenaikan harga pangan terjadi jauh hari sebelum Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Beberapa diantaranya yaitu beras kualitas medium masih dijual dengan harga Rp 13.000 per kilogram (kg). Lalu, ada bawang merah yang masih bertengger di angka Rp 35.000 per kg, cabai merah keriting sudah di angka Rp 88.500 per kilo, cabai besar tw Rp 82.000 (per kg), cabai rawit merah Rp 110.000 per kilo. Sementara bawang putih harganya di angka Rp 41.000 (per kg). Selanjutnya, harga daging ayam pun terpantau mengalami kenaikan di pasar tradisional dengan kisaran harga Rp 41.000-42.000 per kg, telur ayam dijual sekitar Rp 28.000 per kg. Tidak ketinggalan gula pasir yang mengalami kenaikan sepanjang sejarah Indonesia berdiri, hari ini harganya Rp 16.000-16.500 per kilo (Liputan6.com, 24/11/2023).

Penyebab Kenaikan Harga Bahan Pokok yaitu terjadinya kenaikan harga barang pokok peran pemerintah yang tidak mampu menjaga stabilitas harga yang terjangkau oleh rakyatnya, dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan masyarakatnya. Seperti biasa saat terjadi kelangkaan barang, harganya pun akan naik. Belum lagi ditambah dengan para oknum yang sengaja menimbun barang demi meraup keuntungan.

Dalam sistem kapitalisme, negara memang tidak akan mengedepankan kepentingan masyarakat. Negara hanya akan menjadi regulator yang memfasilitasi para pengusaha besar untuk memainkan harga sesuai keinginan para kaum oligarki. Oleh karena itu, fenomena seperti ini akan terus terjadi, selama sistem kapitalisme ini masih diemban oleh negara.

Solusi Islam Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Pokok. Dalam Pandangan Islam, peran negara adalah pelayan rakyat. Wajib secara menyeluruh mengurusi kemaslahatan masyarakat, termasuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka. Hal ini hanya dapat diterapkan dalam sistem Islam.

Berbeda dengan sistem kapitalisme, dalam penerapan sistem Islam juga tidak akan ada tempat bagi para pelaku KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) untuk bisa duduk di kursi-kursi pemerintahan. Seperti yang terjadi saat ini yang telah menyengsarakan rakyat.

Maka dari itu para penguasa dalam sistem Islam akan memahami bahwa setiap ada masyarakat yang kelaparan tentu harus mereka pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Dalam pemerintahan Islam, negara juga akan berusaha mengadakan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau dan mendistribusikannya ke setiap wilayah sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Selain itu, negara akan menjaga mekanisme pasar agar berjalan dengan baik dan sehat. Menanggulangi berbagai hal yang akan membahayakan perekonomian negara, seperti penimbunan, monopoli, dan penipuan, membatasi impor-impor yang tidak dibutuhkan, ketergantungan terhadap luar negeri, dan yang lainnya.

Maka hanya dengan penerapan sistem pemerintahan yang Islami, kesejahteraan rakyat bisa diraih. Karena dengan sistem Islam, negara akan mengurus rakyat dengan berpedoman pada aturan yang berasal dari Allah SWT.

Wallahu a’lam bishshawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *