Angka Pengangguran Membludak, Kok Bisa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Angka Pengangguran Membludak, Kok Bisa?

Munamah

Ibu Rumah Tangga

 

 

Indonesia masih menghadapi masalah pengangguran yang dapat dikatakan tergolong tinggi bahkan bisa dikatakan membludak. Digadang-gadang bisa diselesaikan dengan kartu prakerja yang dulu digembar-gemborkan Presiden Jokowi, akan tetapi tidak ada hasil yang terlihat secara signifikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data Februari 2023 masih ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia. Angka ini 5,45 persen dari total angkatan kerja per tahun sebesar 146,62 juta tenaga kerja. Meski masih banyak pengangguran, namun menurut BPS angka ini lebih baik dari jumlah pengangguran tahun 2022.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada periode ini turun 5,68 persen dibandingkan tahun lalu. Tercatat, jumlah pengangguran terbuka pada 2022 kemarin mencapai 8,42 juta orang.

“Realisasi angka pengangguran dari tahun ke tahun tercatat turun. Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil dan masih terjaga di angka 5 persen,” kata Edy dalam paparannya, Jumat (5/5/2023).

Secara jenis kelamin, pengangguran terbanyak ada pada laki-laki sebesar 5,83 persen dan perempuan sebanyak 4,86 persen. Hal ini sejalan dengan angkatan kerja yang masih didominasi oleh laki-laki, dikutip dari Republika.co.id (5/5).

Jika jutaan orang tidak memiliki pekerjaan, bisa dikatakan jutaan orang Indonesia mengalami kelaparan. Bagaimana bisa ini terjadi di negara khatulistiwa yang kaya sumber daya alamnya melimpah?

Yang sangat disesalkan pengangguran terbanyak pada laki-laki. Lagi-lagi ini sebuah ironi, karena laki-laki yang sejatinya memiliki tugas menafkahi keluarga justru menghadapi kesulitan karena langkanya lapangan pekerjaan. Di lain sisi, kesempatan kerja justru lebih banyak menyerap tenaga kerja wanita, yang fitrahnya mengurus anak dan rumah tangga.

Inilah fenomena yang terjadi, jika kapitalisasi industri yang diterapkan dalam mengelola ekonomi. Maka, bukan solusi yang didapat tapi malah kebobrokan yang merajalela.

Industri sekarang yang dikejar hanyalah asas manfaat untuk meraih keuntungan semata. Terbukti dengan banyaknya industri milik asing yang mempekerjakan para buruh wanita untuk dieksploitasi tenaganya dengan upah yang rendah.

Parahnya, banyaknya tenaga kerja asing ilegal yang bekerja di Indonesia, walaupun itu untuk posisi pekerja kasar. Lalu, dimana peran wakil rakyat yang duduk di kursi pemerintahan melihat fakta-fakta yang terjadi di depan mata ini? Apa yang mereka lakukan sementara mereka mengaku sebagai wong cilik?

Hal ini tidak akan terjadi jika negara mengatur berdasarkan aturan yang bersumber dari sang pencipta yakni Allah SWT. Pengangguran akan ditekan dengan menyediakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk pekerja Indonesia, terutama kaum laki-laki.

Independen dalam pengelolaan SDA yang begitu melimpah tanpa campur tangan asing. Dengan demikian penyerapan tenaga kerja Indonesia bisa dilakukan dengan skala besar dan Indonesia bisa mandiri mengurus SDA.

Aturan dan sanksi yang tegas bagi pekerja asing ilegal. Selama rakyat Indonesia masih banyak yang menganggur pemerintah harus melarang keras pendatangan TKA yang menguasai lapangan kerja di Indonesia.

Penerapan Islam kaffah di seluruh aspek kehidupan, tidak hanya aspek ekonomi dengan penerapan Islam secara menyeluruh akan menciptakan sistem yang komprehensif karena pengangguran adalah bagian dari politik ekonomi kapitalistik yang sejatinya rusak sehingga sistem Islam menjadi solusi bagi pengangguran yang membludak.

 

Wallahu a’lam bisshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *