Banjir Kembali Melanda, Benarkah Penyebabnya Faktor Alam Semesta?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Banjir Kembali Melanda, Benarkah Penyebabnya Faktor Alam Semesta?

 

Susi Susilawati

Aktivis Muslimah 

 

Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung menjadi salahsatu daerah di Cekungan Bandung yang bermasalah dengan air. Saat musim hujan, banjir selalu menggenang beberapa desa di daerah timur Kabupaten Bandung tersebut. (Ayo bandung.com)

Rancaekek juga bermasalah dengan sulitnya mendapat air bersih. Bukan hanya saat musim kemarau, saat musim penghujan pun air bersih menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat. Sebagian besar warga Rancaekek, kesulitan mendapat air bersih, karena sumur-sumur yang digali dengan kedalaman puluhan meter berwarna kuning dan mengeluarkan bau. “Rata-rata, warga disini harus menyaring dulu air sumur,” ujar Ahyar, salah seorang warga Rancaekek, Minggu 30 April 2023.

Meskipun banyak bencana dan Kesulitan yang terjadi pada masyarakat saat ini, tetapi sayangnya penguasa tidak serius melakukan upaya antisipasi mitigasi bencana

sulitnya mendapatkan air bersih salah satunya oleh pengambilan air tanah secara berlebih, sehingga merusak tatanan air yang terkandung di dalam tanah. Menurut mereka untuk bisa mendapat air tanah yang bersih dan layak pakai, harus menggali dengan kedalaman lebih dari 70 meter. Tingginya intensitas curah hujan atau lamanya musim kemarau serta tingginya suhu yang terjadi di musim ini, selalu di tuding menjadi penyebab atas bencana yang menjadi faktor penyebab bencana sesungguhnya, baik itu bencana banjir, longsor ataupun kekeringan adalah eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.

Penebangan hutan secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhan sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan, peternakan, atau permukiman, sehingga menyebabkan banjir, tanah longsor, dan berkurangnya daya serap tanah yang akan menyebabkan kekeringan di musim kemarau. Aktivitas seperti ini membuat daya dukung lingkungan menjadi tidak baik, yang berakhir pada bencana alam. Analisis dampak lingkungan dalam pembangunan pun seakan formalitas yang pada akhirnya menguap mengikuti kepentingan para kapitalis.

Sejatinya, Umat butuh sistem Islam karena cara pandang sistem Islam bertentangan dengan sistem kapitalisme yang diterapkan sekarang. Dalam sistem kapitalisme, kebijakan penguasa yang merepresentasi kepentingan para pemilik modal justru jadi sumber kerusakan, sementara sistem Islam lahir dari keimanan dan ketundukan pada Zat Pencipta dan Pemelihara seluruh alam.

Penguasa dalam Islam betul-betul berperan sebagai pengurus dan penjaga umat. Semuanya bisa berjalan saat syariat Islam diterapkan secara keseluruhan. Syariat inilah yang mengatur halal haram, alias yang boleh dan terlarang hingga kerahmatan bisa dirasakan oleh seluruh alam.

Islam misalnya, menetapkan sumber daya alam termasuk hutan, sungai, dan tambang sebagai milik rakyat. Islam mengatur soal penggunaan tanah dan pentingnya memperhatikan tata ruang. Lalu memberikan kewenangan pengelolaannya kepada negara sebagai pemelihara urusan rakyat, seraya dengan tegas melarang eksplorasi dan eksploitasi secara serampangan sebagaimana biasa dilakukan dalam sistem sekarang. Itulah kenapa saat sistem Islam ditegakkan, tidak pernah terjadi bencana yang penyebabnya di luar faktor alam. Oleh karena itu, seluruh bencana yang terjadi pada masa itu statusnya benar-benar sebagai musibah dan ujian, bukan dampak dari kerakusan manusia terhadap lingkungan.

Wajar jika musibah seperti ini justru memberi hikmah yang banyak, terutama membuat umat manusia makin dekat kepada Allah Taala. Bukan malah menambah jauh umat manusia dari syariat Rabbnya. Juga membuat penguasa lebih bersungguh-sungguh mengurus rakyatnya. Dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk mencegah terjadinya bencana, dan melakukan mitigasi sebaik-baiknya saat bencana tidak terhindarkan. Sebagaimana tampak ketika Sayyidina Umar ra. begitu khawatir akan Allah tanya ketika ada kambing yang terperosok akibat jalan berlubang sedikit saja.

Sungguh umat Islam hari ini harus segera bertobat kepada Allah Swt. Kedurhakaan mereka sudah sedemikian parah hingga Allah Swt. tidak henti menurunkan bencana sebagai peringatan dalam berbagai bentuknya.

Adapun cara tobatnya adalah dengan serius berjuang mengembalikan sistem kepemimpinan Islam. Yakni dengan jalan dakwah membangun kesadaran di tengah umat tentang rusaknya sistem kapitalisme sekuler neoliberal sekaligus tentang urgensi hidup di bawah naungan syariat Islam.

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *