Ketika Wabah Berakhir

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Siti Maftukhah

Wabah virus corona (covid-19) yang melanda dunia saat ini yang disinyalir berasal dari Wuhan China, hingga detik ini tak ada yang memprediksi kapan berakhir. Di Indonesia sendiri, penyebaran wabah ini setiap harinya mengalami peningkatan. Sejak awal kemunculannya, pemerintah sendiri terlihat tak serius menangani. Setelah jumlah korban mulai terlihat signifikan, pemerintah mulai memberlakukan beberapa kebijakan. Salah satunya adalah stay at home, tetap di rumah. Termasuk belajar di rumah.

Masyarakat pun ada yang terkaget-kaget dengan kebijakan untuk tetap di rumah dan belajar di rumah. Bagaimana tidak, orang tua yang selama ini menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada guru di sekolah, kini harus mengajarnya sendiri di rumah. Seabrek tugas hampir tiap hari ada. Kondisi ini memunculkan berbagai macam keadaan. Ada yang stres karena harus menjadi guru, yang sebenarnya orang tua tidak siap. Ada yang terlalu santuy, entah karena tidak paham arti penting pendidikan anaknya atau mungkin juga karena tidak memiliki waktu untuk membersamai anak-anak belajar di rumah.
Semua memang berpulang pada cara berfikir orang tua saat ini. Yang tidak menyadari bahwa peran orang tua harus ada dalam mewarnai pendidikan anak-anaknya.

Lepas dari itu semua, ada yang menarik yang ingin penulis ungkapkan terkait kebijakan stay at home. Kebijakan ini membuat orang tua dan anak lebih banyak ada di rumah. Maka apa yang ingin dicapai saat berlangsungnya kebijakan ini. Rencana-rencana untuk mengisi waktu saat berada di rumah. Mau digunakan untuk hal-hal yang positif atau negatif, maka semua kembali pada kita masing-masing.

Sebagai orang tua, maka ini adalah saat yang tepat untuk memahami peran sebagai orang tua dengan sungguh-sungguh. Bahwa orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya. Berperan lebih banyak untuk mewarnai anak-anak dengan karakter-karakter yang diinginkan orang tua dengan mengacu pada agama. Jadi, gunakan kebersamaan itu untuk belajar menjadi orang tua.
Begitu juga dengan anak. Jadikan momen stay at home untuk menyelami dan belajar menjadi anak kebanggaan orang tua.

Maka, jika selama ini kita sebagai orang tua jarang membersamai anak, saat inilah waktunya. Mungkin bisa belajar menghafal surat-surat pendek, hadist ataupun yang lainnya. Mencari aktivitas-aktivitas yang bisa menambah keahlian. Bagi ibu, yang harus menyediakan hidangan buat keluarga, mungkin selama ini kurang mahir maka saat inilah mencoba hal-hal baru terkait memasak hidangan. Dan masih banyak aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan, atau menciptakan inovasi-inovasi dalam hal masak memasak. Dan yang lebih penting belajar menjadi orang tua sejati.

Maka anak pun juga demikian. Mungkin yang selama ini tidak pandai membaca, maka saatnya belajar membaca. Menghafal ayat-ayat al-Qur’an, hadist, belajar sholat dan lain sebagainya.
Jika perlu, ada kajian intens yang bisa dirutinkan dalam keluarga. Mungkin selama ini sulit bertemu maka bisa membiasakan sholat berjamaah, membaca al-Qur’an secara rutin. Dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa dilakukan di dalam rumah selama masa pandemi.

Maka, saat wabah berakhir, mungkin ada yang sudah khatam al-Qur’an dimana pada hari-hari normal jangankan untuk khatam, untuk membaca saja sepertinya tidak ada waktu. Mungkin juga ada yang sudah pandai membaca, memiliki hafalan ayat-ayat atau surat-surat pendek dan lain sebagainya.

Masa stay at home karena wabah bukan berarti masa bersantai, tapi masa untuk belajar menjadi orang tua sejati dan anak yang berbakti. Stay at home, masa untuk membekali diri sebagai makhluk Ilahi. Wallahu a’lam[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *