Sekularisme, Biang Kerusakan 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Sekularisme, Biang Kerusakan 

Oleh Khadijah, S. Si

(Pemerhati Sosial)

 

Untuk kesekian kalinya, kekerasan kembali terjadi dalam lingkungan keluarga. Seorang remaja laki-laki berinisial MR berusia 13 tahun di Subang Indramayu, harus meregang nyawa di tangan ibu kandung, paman serta kakeknya sendiri . Kejadian ini dipicu oleh persoalan sepele yakni HP. Korban ditemukan dalam saluran irigasi dalam kondisi sudah tak bernyawa, luka-luka dengan tangan terikat (kompas, 8/10/2023). Kejadian ini menambah catatan panjang kekerasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga saat ini. Sungguh sangat menyedihkan

Keluarga yang diharapkan sebagai tempat bernaung dan berkasih sayang, tak ubahnya sebagai tempat eksekusi mati. Ketenangan dan sifat kekeluargaan yang senantiasa dijunjung sebagai bagian dari adat ketimuran dan agama hilang seiring waktu. Persoalan yang ada dalam keluarga disikapi dengan amarah dan kekerasan. Maka tak mengherankan kasus kekerasan ini senantiasa tinggi.

Data yang dihimpun Simfoni-PPA, jumlah kekerasan secara nasional periode Januari 2023 hingga saat ini mencapai 20.903 jumlah kasus dengan 4.250 korban laki-laki dan sebanyak 18.516 korban perempuan. Sedangkan jumlah anak yang menjadi korban kejahatan dan kekerasan pada periode Mei 2023 sebanyak 1.197 anak (kekerasan-kemenpppa.go.id). Undang-undang KDRT yang telah 19 tahun berlaku nyatanya belum mampu menghilangkan ataupun mengurangi kasus KDRT di masyarakat.

Bila dicermati banyaknya kasus kekerasan yang terjadi saat ini dipicu oleh tidak berfungsinya keluarga sebagaimana mestinya. Berbagai faktor yang menyebabkan kasus KDRT tinggi mulai dari persoalan ekonomi, emosi yang meledak-ledak, hingga kerusakan moral dan lemahnya iman kepada Allah swt.

Selain itu, melemahnya kontrol masyarakat akibat gerusan paham individualisme juga berimbas pada tingginya angka kekerasan ini. Minimnya peran negara pun terlihat dengan berbagai kebijakan dan aturan yang sifatnya parsial, tidak memberi efek jera dan semakin menambah beban masyarakat.

Inilah dampak dari sekularisme yang diterapkan dan diadopsi negeri ini. Paham sekularisme ini lahir dari sistem kapitalisme. Dalam sekulerisme agama dianggap hanya sebatas ritual semata, agama tidak dipakai dalam ranah kehidupan sehingga memberi peluang besar perilaku merusak dan menyimpang terjadi. Sekularisme membawa kerusakan karena menghilangkan peran agama dalam mengatur kehidupan manusia, padahal islam sebagai agama sempurna memiliki solusi yang sempurna menyangkut persoalan manusia.

Sekularisme juga membuat orang yang lemah iman lebih memilih kekerasan sebagai solusi instannya ketika tertimpa masalah. Kehidupan ekonomi yang sulit menambah beban hidup masyakat. Maka wajar, solusi yang saat ini dilakukan oleh banyak pihak tak memberi hasil. Bahkan laju kasusnya semakin tak terkendali. Sekularisme adalah paham rusak dan merusak keluarga.

Maka itu, untuk menginginkan adanya rasa aman bagi seluruh anggota keluarga mesti dilakukan dengan mengganti sistem kapitalisme sekularisme yang menjadi lahan subur kekerasan dengan sistem kehidupan yang memuliakannya. Sistem tersebut tak lain adalah sistem kehidupan Islam yakni Khilafah yang memiliki mekanisme dalam melindungi kemuliaan dan kehormatan keluarga.

Hanya sistem Islam sajalah yang sejatinya menjaga dan mengajarkan setiap anggota keluarga agar menjadikan Islam sebagai landasan hidup dan menuntun manusia agar menjadi hamba yang beriman dan bertakwa kepada Allah Taala. Anak dan orang tua saling tolong menolong dan memahami satu sama lain. Dengan begitu fungsi keluarga berjalan dengan baik.

Negara dalam sistem Islam memiliki tanggung jawab sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh rakyatnya baik kaya maupun miskin. Negara juga menjamin keamanan dan ketenangan dalam rumah tangga dengan penyediaan lapangan pekerjaan, kemudahan berusaha, layanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya secara mudah, murah dan berkualitas. Jaminan ini hanya akan diperoleh ketika menjadi Islam sebagai soIusi secara menyeluruh.

Wallahua’lam bishshawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *