Jihad fii Sabilillah, Solusi Penderitaan Palestina 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Jihad fii Sabilillah, Solusi Penderitaan Palestina 

Oleh Dwi Sri Utari, S.Pd

(Guru dan Aktivis Politik Islam)

 

Kondisi Gaza semakin memprihatinkan seiring gempuran Israel yang terus menyerang pemukiman dan tempat pengungsian penduduk di Gaza, Palestina. Terhitung sudah lebih dari sebulan Israel meluncurkan agresinya ke tanah Palestina dan masih terus berlangsung. Dengan dalih membalas serangan Hamas, rudal-rudal Israel meluluhlantahkan pemukiman penduduk Gaza secara membabi buta. Dilansir dari databoks.katadata.co.id pada 13/11/2023, Sampai hari ke-37 perang, yakni 12 November 2023, warga Palestina yang meninggal dalam konflik ini sudah melampaui 11.200 orang, sekitar 9 kali lipat lebih banyak dari korban jiwa Israel.

Potret-potret kondisi jasad korban yang banyak berasal dari anak-anak dan wanita berseliweran di berbagai media telah membuka mata setiap orang betapa bengisnya Israel. Aksi solidaritas membela Palestina pun muncul dari berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, pada 5 November 2023 lalu, ratusan ribu masyarakat dari berbagai daerah dan kalangan, termasuk jajaran petinggi negara dan tokoh masyarakat, menghadiri Aksi Akbar Bela Palestina di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Mereka menyerukan dukungan untuk Palestina dan menyuarakan harapan agar pemerintah Indonesia menunjukkan langkah konkret untuk mendorong perdamaian.

Dukungan terhadap Palestina datang pula dari Bupati Bandung H M Dadang Supriatna. Dilansir dari Kompas.com pada Rabu 1/11/2023, Bupati Bandung H M Dadang Supriatna mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Bandung untuk berempati atas perang yang terjadi di Gaza, Palestina. “Saya mengajak seluruh masyarakat untuk memberikan dukungan kepada warga di Gaza Palestina melalui doa agar konflik dapat segera berakhir dan perdamaian dapat terwujud,” kata Bupati yang akrab disapa Kang DS itu.

Persoalan Palestina sudah berlangsung puluhan tahun. Sudah tak terhitung banyaknya bantuan kemanusiaan digelontorkan. Tak terhitung perundingan dan perjanjian damai diselenggarakan.

Namun hingga kini Palestina masih saja mengalami penderitaan di bawah penjajahan. Sebab, selama Palestina masih berada dalam kependudukan Israel, solusi apapun yang ditawarkan tak akan bisa menyelesaikan persoalan Palestina. Kecaman yang dilontarkan oleh negeri-negeri lainnyapun tak dapat menghentikan kepongahan Israel dalam menjajah Palestina.

Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah lama dipandang sebagai benteng utama dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Namun, kenyataan berbicara lain. Resolusi yang dihasilkan PBB terkait konflik ini, seperti Resolusi 2334 yang mengecam pemukiman Israel di wilayah Palestina, sering hanya bertahan di atas kertas. Eksekusi dan implementasinya di lapangan terhambat oleh berbagai faktor, termasuk veto dari anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Bahkan resolusi terbaru yang dikeluarkan Majelis Umum PBB menjelang akhir Oktober—yang mengecam segala aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan menyerukan gencatan senjata untuk jeda kemanusiaan—pun gagal dieksekusi karena diveto Amerika Serikat (AS).

Hakikatnya, serangan Israel tidak akan berhenti dengan kecaman, kutukan, ataupun perundingan internasional. Namun hanya bisa ditundukkan dengan bahasa perang, bukan basa-basi politik dan formalitas diplomatik. Jika saja para pemimpin dunia Islam peduli dengan muslim Palestina, bisa saja mereka mengirimkan militer mereka untuk melawan agresi militer Israel. Para pemimpin negara muslim tidak berkutik dan malah bersembunyi di balik ketiak penguasa kapitalis.

Palestina pun makin menderita tanpa adanya bantuan riil dan ketegasan para pemimpin negara muslim terhadap penjajahan Israel. Ditambah lagi sistem sekuler kapitalisme yang mewujudkan sekat-sekat nasionalisme, menjadikan umat Islam bercerai-berai. Paham ini telah membuat para pemimpin muslim lumpuh untuk bertindak tegas di hadapan para musuh Islam. Menurut pengamat politik internasional, Farid Wadjdi, dengan diakuinya Israel sebagai sebuah negara oleh dunia internasional, terutama oleh negeri-negeri Islam, Israel memiliki hak melakukan apa pun untuk menghentikan perlawanan rakyat Palestina. Ketika Israel melakukan pengeboman atau melakukan pembangunan pemukiman di wilayah-wilayah Palestina, hal itu akan menjadi sah dengan alasan menjaga keamanan Israel.

Jalan satu-satunya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel tidak lain adalah dengan agresi militer dari negeri-negeri muslim yang bersatu di bawah komando seorang Khalifah. Namun, pemimpin-pemimpin negeri muslim faktanya tidak melakukan itu disebabkan sekat negara-negara bangsa. Inilah akibat tidak adanya kesatuan di antara negeri-negeri muslim di dunia. Oleh karenanya, bersatunya negeri-negeri muslim merupakan solusi atas persoalan Palestina dan negeri muslim lainnya. Ini merupakan perkara yang mendesak dan sangat penting. Di mana kemuliaan dan kehormatan Islam dan kaum muslim hanya akan terwujud dalam ikatan akidah Islam serta penyatuan negeri-negeri muslim.

Palestina hanya butuh tentara-tentara dari negeri-negeri muslim untuk melakukan jihad fii sabilillah. Dengan semangat jihad fii sabilillah mengusir Israel dari tanah Palestina. Sebab, selama Palestina masih dalam kependudukan Israel, selama itu pula penderitaan warga Palestina akan terus terjadi. Sungguh, menolong kaum muslim Palestina, termasuk Gaza, bukan hanya karena keyakinan akan adanya kewajiban moral, lebih dari itu merupakan konsekuensi akidah dan ukhuah Islam sebenarnya.

Maka, Palestina tidak hanya butuh bantuan logistik dan kemanusiaan lainnya saja, apalagi sekadar kata-kata. Yang mereka butuhkan adalah hadirnya kekuatan riil berupa memobilisasi kekuatan yang dimiliki kaum muslim dunia, termasuk senjata dan tentara. Demikianlah, kepongahan Israel harus dijawab dengan jihad semesta. Caranya dengan berupaya keras mewujudkan kepemimpinan yang akan menyerukannya.

Wallahualam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *