Dunia Sedang Tidak Aman, Apa Solusinya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Dunia Sedang Tidak Aman, Apa Solusinya?

Oleh Susilawati
Aktivis Muslimah

Ramainya pemberitaan yang sedang hangat diperbincangkan seperti yang dikutip dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, saat ini dunia membutuhkan rumah yang aman. Indonesia terus mendorong ASEAN untuk menjadi jangkar stabilitas kawasan di Indo-Pasifik. Jakarta: Indonesia berharap agar dunia menjadi satu keluarga besar yang saling membangun dan memiliki tujuan bersama untuk menciptakan perdamaian. Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat mengikuti sesi kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India yang digelar di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India, Sabtu, 9 September 2023.

“Saya setuju, jika dunia ini layaknya satu keluarga besar, namun, keluarga yang Indonesia harapkan adalah keluarga yang saling membangun, saling peduli, dan memiliki satu tujuan bersama yaitu menciptakan kehidupan yang damai dan makmur. ” tuturnya. Jokowi menekankan mengenai pentingnya mewujudkan stabilitas global, salah satunya menghentikan perang. “Kita harus hentikan perang, berpegang teguh pada hukum internasional, dan bahu-membahu wujudkan inklusivitas. Dengan cara mengetengahkan dialog dan kerjasama. “ucapnya. Sebab, dunia saat ini menurutnya membutuhkan rumah aman atau safe house atau penetral di tengah persaingan geopolitik.

Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia terus mendorong ASEAN untuk jadi jangkar stabilitas kawasan yang miliki habit of dialogue dan habit of cooperation di Indo-Pasifik karena dunia butuh penetral, butuh safe house,” jelasnya. Untuk itu, Presiden menyebut bahwa kerja sama dan ruang dialog dapat dilakukan semua pihak. Hak semua negara, tegasnya, tidak boleh dikesampingkan. Indonesia tegasnya, akan terus menyampaikan suara dan kepentingan negara-negara yang ada di bagian selatan bumi atau global south.

Fakta yang ada saat ini terjadi banyak sekali problem dunia yang bermunculan membuat rakyat tidak aman, bahkan sengsara. Bukan hanya peperangan tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti: ekonomi, politik, sosial budaya. Dalam hal ekonomi misalnya, terjadi krisis kemiskinan yang terus berulang dan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Di dalam negeri, stunting dan gizi buruk masih menjadi potret buram. Faktanya, kekurangan makanan masih terjadi di negeri ini, padahal negara kita memiliki kekayaan alam yang melimpah-ruah. Di bidang sosial-budaya pun tak kalah buramnya. Berbagai konflik horizontal maupun vertikal terus terjadi. Kriminalitas kian merajalela tanpa ada satu kekuatan hokum pun yang bisa mencegah. Pergaulan bebas, aborsi di kalangan remaja, pornografi-pornoaksi, perilaku seks menyimpang tumbuh subur tak terkendali. Di lain pihak, para penguasa dan politisi seolah tak berdaya menghadapi semua keadaan ini. Secara politik, mereka dikungkung ketidakberdayaan menghadapi tekanan asing yang memaksa mereka menjadi pengutang dan pengobral aset milik rakyat. Menjadi komprador yang setia menjaga kepentingan imperialis kapitalis, dan selalu siap melayani mereka sekalipun harus mengorbankan rakyatnya sendiri. Kepedulian mereka hanya menjadi bagian ‘ritual’ seremoni ‘pesta rakyat’ lima tahun sekali.

Umat Islam saat ini terhina, ditimpa kemiskinan, marak tindakan kriminal, bermoral rendah dan berpredikat buruk lainnya, jelas bukan merupakan hakikat citra diri umat Islam. Hakikat umat Islam adalah umat terbaik, khairu ummah. Terlebih sepanjang sejarah peradaban manusia, umat Islam terbukti mampu bangkit menjadi umat nomor satu dan menjadi pionir peradaban manusia. Selama belasan abad pula umat Islam berhasil memimpin dunia menuju ketinggian martabat kemanusiaan dengan menghapuskan budaya jahiliyah yang primitif semacam paganisme, menuju cahaya hidayah dan kebahagiaan hakiki melalui dakwah dan penerapan aturan Sang Khalik al Mudabbir, Allah SWT. Hingga sepanjang masa itu, umat Islam dan seluruh manusia bisa merasakan hidup sejahtera dalam naungan Islam. Saat ini Indonesia jauh dari kata aman, nyaman dan makmur. Demokrasi dituding menjadi penyebab kerusakan, karena memposisikan manusia untuk diatur oleh hukum yang dibuatnya sendiri, bukan dengan hukum allah SWT yang menciptakan manusia.

Mereka hidup dalam sistem yang jauh dari nilai-nilai Ilahiyah. Sistem yang mengungkung umat Islam hari ini, bahkan mengungkung umat manusia secara keseluruhan. Sistem kapitalis sekuler yang menolak tegas campur tangan agama dalam kehidupan. Sistem ini menolak hak prerogatif Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur umat manusia. Dari paradigma berpikir inilah muncul pemikiran bahwa manusia lahir dalam keadaan bebas, bebas mengatur diri dan kehidupannya, bebas berperilaku, bebas berpendapat, bebas beragama dan bebas memiliki. Artinya bebas menciptakan aturan hidup bagi dirinya. Wajar, jika sistem buatan manusia yang sekuler mengandung banyak cacat dan kelemahan. Sudah saatnya kita campakkan sistem buatan manusia ini.

Berbeda dengan kapitalisme, Islam adalah sistem yang manusiawi, yakni sesuai dengan fitrah manusia secara keseluruhan. Karena Islam datang dari Allah SWT, Dzat yang telah menciptakan manusia, karenanya aturannya pun pasti sempurna dan bisa menjadi solusi bagi permasalahan manusia. Dengan menjadikan aturan Islam sebagai solusi atas dasar keimanan kepada Allah, dipastikan akan menghantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan hakiki, lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Demikianlah, hanya dengan sistem Islam yang mampu mengembalikan kemuliaan umat sekaligus meraih kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki. Karena Islam, baik pada tataran konsep maupun praktik telah terbukti mampu menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik, umat yang sejahtera, umat yang mulia. Saatnya mencampakkan aturan-aturan hidup sekuler kapitalis dan kembali kepada aturan-aturan Islam.

Wallahua’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *