Sekulerisme Ciptakan Individualisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Sekulerisme Ciptakan Individualisme

Oleh Mariah 

Aktivis Muslimah

Warga Jakarta di gegerkan dengan penemuan jasad seorang ibu serta anaknya seperti yang dilansir dari JAKARTA, KOMPAS.com – Jasad seorang ibu berinisial GAH (68) serta anak laki-lakinya berinisial DAW (38) ditemukan telah membusuk di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023). Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Hengki Haryad berujar, kepolisian bakal melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) usai menemukan sebuah surat dalam sebuah laptop.

Penemuan jasad GAH dan DAW bermula saat warga hendak mengajak acara jalan santai yang digelar perangkat RT setempat. Tetangga korban, Ratna Ningsih Trinyoto (71), mengaku merupakan panitia acara jalan santai tersebut. “Saya panitianya, ada empat orang. Mau ngajak (GAH) buat jalan santai,” tuturnya ditemui di Perumahan Bukit Cinere, Jumat (8/9/2023) Menurut Ratna, dia dan panitia lain berdiskusi pada Kamis pagi. Saat mendiskusikan jalan santai itu, Ratna mengaku hendak mengajak GAH karena sudah lama tidak bertemu. Ratna dan panitia lain sekaligus warga setempat akhirnya mengujungi rumah GAH. “Tapi, ketika saya ke pagarnya (kediaman GAH), itu digembok. Kami di situ sudah mulai curiga,” urai Ratna.

Miris, ketika mendengar berita seperti ini. Hidup di sistem sekuler yang individualistis menyebabkan tidak terjalinnya komunikasi satu sama lain. Bahkan, tidak hanya dalam suatu lingkungan warga saja terjadi hal seperti ini, di dalam satu keluarga pun sudah banyak ditemukan kasus semacam ini. Komunikasi antar keluarga tidak terjalin dengan baik dan harmonis.

Kasus ini memberikan pembelajaran bagi kita bahwa potret buram dari sistem sekuler telah menghasilkan individu yang tidak peka dalam lingkungan. Bahkan, antar tetangga pun tidak ada kepedulian satu sama lain. Sampai tidak mengetahui kondisi tetangganya sendiri.

Sistem sekuler yang diterapkan di negeri ini menciptakan individualisme yang telah memberikan dampak yang sangat suram dan mengkhawatirkan. Seharusnya antar tetangga saling memperhatikan sekaligus mengasihi dan menyayangi layaknya keluarga sendiri, akan tetapi mirisnya itu tidak terjadi dalam sistem ini.

Tuntutan lingkungan di zaman ini yang menjadikan pribadi yang individualistis, sehingga menghancurkan eksistensi untuk saling berbagi dan saling peduli. Dalam kasus seperti ini, tidak hanya terjadi antar tetangga saja, bahkan konsep individualistis ini pun telah masuk dalam ranah keluarga. Mulai terjadi ketidakpedulian satu sama lain sekalipun itu masih satu rumah bahkan terikat saudara.

Dalam sistem sekuler, hubungan antar tetangga tidak terjalin kepedulian dan hubungan sosial masyarakat. Hal ini sudah merambahnya konsep mementingkan diri sendiri atau individualisme yang makin merenggut citra pribadi seorang muslim. Umat muslim harusnya saling peka, peduli dan mengasihi, akibat tergerus oleh lingkungan yang sekuler, identitas itu lenyap dan bahkan tidak lagi diterapkan dalam kehidupan. Negara pun tidak hadir dalam ranah kehidupan sosial masyarakatnya. Sehingga kejadian seperti ini terus berulang terjadi. Baik dari segi penegakkan hukum, pencegahan, maupun dari pemecahan kasus tidak ada solusi yang pasti.

Dalam Islam, hubungan antar kerabat dan tetangga sangat diperhatikan. Adapun hak dari seorang muslim ada juga hak muslim lain yang harus ditunaikan seperti yang tercantum dalam pelaksanaan zakat fitrah, zakat harta, dan lain sebagainya. Juga kehidupan dalam bertetangga pun diatur seperti halnya adab dalam bertetangga agar saling menghargai, menghormati, dan juga saling memperhatikan, agar tidak ada tetangga yang kelaparan, atau ketika tetangga sakit maka sudah menjadi kewajiban tetangga yang lain untuk menjenguk. Sehingga tidak mungkin terjadi kasus seperti itu dikarenakan masyarakat sudah terdidik melalui proses penanaman akhlak yang baik dalam bertetangga yang kemudian melahirkan sikap kepekaan antara satu individu dengan individu yang lain. Saling memantau akan keadaan lingkungan sekitarnya. Jika ada tetangga yang kesusahan maka secara otomatis akan di beri pertolongan. Karena rasa empati merupakan wujud keimanan.

Dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At-Thabrani)

Dari hadis lain, dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)

Aturan Islam sangat sempurna, tidak hanya mengatur dalam ranah ibadah ritual saja, melainkan lebih dari itu, aturan Islam mengajarkan empati antar tetangga dan masyarakat agar saling peduli. Sudah saatnya negeri ini menerapkan aturan Islam yang bersumber dari Sang Khaliq agar jaminan kehidupan aman dan nyaman dapat tercipta.

Wallahua’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *