Kasus KDRT Terjadi Lagi, Buah dari Sistem Kapitalisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kasus KDRT Terjadi Lagi, Buah dari Sistem Kapitalisme

Oleh Farizatul Ilmi 

(Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah) 

Akhir-akhir ini Kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT terdengar lagi ditelinga, semakin hari ada saja kasus yang berseliweran di media sosial terkait KDRT. Salah satu pemicunya adalah masalah ekonomi. Saat ini yang viral bukan dari kalangan artis melainkan kalangan biasa.

Seperti yang terjadi di Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang, Bekasi Jawa Barat seorang suami tega menghabisi istrinya dirumah kontrakan ketika ada dua anaknya yang masih balita, kejadian ini terjadi karena sang suami kesal ketika ditanya masalah uang belanja. (news.republika.co.id, 12/09/2023)

Kejadian serupa pun terjadi di Dusun Warung Wetan, Ciamis pada Minggu 10 September 2023, Asep Malik yang bekerja sebagai juru parkir tega menganiaya istri hingga meregang nyawa, sama halnya dengan kasus diatas, kejadian ini terjadi karena masalah uang 100 ribu rupiah yang mengakibatkan Asep Malik gelap mata menghabisi nyawa sang istri. (regional.kompas.com, 15/09/2023)

Sungguh miris bukan, melihat berita kasus KDRT yang terjadi tidak selayaknya seorang suami membunuh istri hanya karena uang, karena nyawa manusia tidak sebanding dengan angka, semua bisa dibicarakan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kemarahan dan emosi, bahkan sampai melakukan pembunuhan.

Mengapa KDRT itu bisa terjadi, tentu hal ini disebabkan karena lemahnya pengelolaan emosi, dan daya tahan dalam menghadapi beratnya kehidupan, tentu ini tidak muncul serta merta dalam diri manusia, yang fitrahnya memiliki kasih sayang dan belas kasih.

Namun, semua itu seketika hilang hanya karena sebuah masalah, ini karena emosi yang tidak stabil menjadikan manusia tidak lagi menimbang baik buruk perbuatan dalam bertindak, sehingga kasus kekerasan dalam rumah tangga marak terjadi. Ini adalah potret buram kehidupan kapitalistik yang jauh dari keimanan.

Sistem kapitalisme yang diterapkan ditengah-tengah kehidupan saat ini, membuat mental semakin tertekan, dimana materi menjadi tujuan kebahagiaan, standar kebahagiaan dalam rumah tangga tidak lagi merujuk pada syariat Islam, alhasil lemahnya aqidah dari seorang muslim pun menjadi penyebab terjadinya ketidakharmonisan dalam keluarga.

Padahal, sebagai seorang kepala rumah tangga, sudah menjadi kewajiban memberikan nafkah kepada seluruh anggota keluarganya, memberikan kenyamanan dan keharmonisan dalam keluarga, tentu itu semua harus dibarengi dengan pemahaman agama yang harus ada pada setiap kepala keluarga begitupun para anggotanya, istri maupun anak-anaknya.

Dengan adanya pemahaman agama memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat bahkan sampai melakukan KDRT.

Itulah buah dari sistem Kapitalisme saat ini,menyebabkan beban hidup semakin berat, dimana harga bahan-bahan pokok semakin hari semakin naik, biaya pendidikan pun sama, begitu juga dengan biaya kesehatan. Semua serba mahal sehingga orang-orang saat ini hanya sibuk dengan mencari materi.

 

Berbeda dengan sistem Islam, negara punya tanggung jawab dalam meriayah seluruh rakyatnya, membantu rakyatnya agar hidup tenang aman dan damai dalam suasana keimanan, sehingga di dalam masyarakat pun jauh dari perbuatan maksiat, karena negara wajib berperan menjaga aqidah umatnya agar terhindar dari perbuatan maksiat.

Sistem Islam juga akan mewujudkan kesejahteraan dalam masyarakat termasuk kesejahteraan keluarga, penerapan sistem ekonomi Islam akan memudahkan para kepala keluarga mudah mendapatkan pekerjaan dan bisa menafkahi keluarga, sehingga kasus KDRT dalam rumah tangga karena kekurangan ekonomi tak akan pernah terjadi.

Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berhijrah dari sistem yang bathil ini ke sistem yang lebih baik, yaitu sistem Islam. Sehingga setiap lini kehidupan kita akan diatur dan kesejahteraan akan kita rasakan melalui penerapan Islam secara kafah.

 

Wallahua’alam bisshowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *