Palestina Meronta, Negeri Muslim Diam Seribu Bahasa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Palestina Meronta, Negeri Muslim Diam Seribu Bahasa

Oleh Jumratul Sakdiah

Kontributor Suara Inqilabi

 

Sepanjang kurun waktu 75 tahun sampai dengan sekarang. Palestina masih dalam belenggu penjajah. Rudal-rudal zionis begitu masif ditembakkan ke wilayah jalur Gaza. Ribuan anak-anak menjerit, terdengar sayup suara tangisan ibu yang kehilangan anggota keluarganya. Hanya dalam hitungan menit ratusan syuhada lenyap dibombardir di tempat tinggal mereka atau bahkan di rumah sakit, tempat yang harusnya tak boleh dihancurkan. Namun, apalah daya. Israel adalah penjajah dan teroris yang sebenarnya.

Pemberitaan di media terus berseliweran. Memenuhi ruang jagat raya sosial media. Ada yang menanggapinya dengan hanya sekadar kasihan, ada yang bahkan acuh tak acuh dengan anggapan bahwa itu urusan Palestina dengan Israel dan ada juga yang tak tidur memikirkan nasib Palestina dan upaya untuk memerdekakannya. Beragamnya tanggapan umat Islam saat ini karena mereka masih disekat dengan banyaknya negara. Sehingga tak heran pikiran mereka pun terkotak-kotak tanpa ada persatuan.

Teriakan rakyat Palestina agaknya tak menjadikan dunia Islam peka. Mereka lupa dengan solusi hakiki untuk mengusir entitas Yahudi dari negeri Palestina. Para pemimpin Islam saat ini hanya bisa menyaksikan ribuan korban berjatuhan dalam hitungan hari. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sebanyak 6.546, termasuk 2.704 anak-anak menjadi korban tewas di Gaza. Sementara korban tewas di wilayah Tepi Barat ada 103, termasuk 30 anak-anak dan 1 perempuan (cnbcindonesia.com, 26/10/2023). Belum lagi berbicara korban luka berat yang jumlahnya puluhan ribu. Sungguh, ini bukan angka yang sedikit. Dan tidak menutup kemungkinan angka ini akan terus bertambah sampai Palestina benar-benar telah dibebaskan.

Pembebasan Palestina menjadi impian seluruh kaum muslimin. Pasalnya, pembebasan ini seolah hanya tanggung jawab rakyat Palestina saja. Padahal sejatinya tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin. Banyak jejak-jejak para nabi terukir disana. Ditambah lagi terdapat masjid suci, Masjidil Aqsha yang sama kemuliaannya dengan Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Harusnya ini menjadi amanah besar yang harus dijaga oleh umat Islam di seluruh dunia

Namun, yang terjadi adalah kaum muslimin tidak bersatu untuk membela tanah para nabi itu. Mereka terpecah belah tanpa ada kekuatan. Tercerai berai tanpa junnah dicabik-cabik bagaikan makanan yang dihidangkan di atas meja dan orang kafir siap menyantapnya dengan serakah dan tamak. Hasilnya, saat saudara muslim dibantai, disiksa dan dirampas tanahnya. Umat Islam dan para pemimpinnya hanya diam seribu bahasa. Tak ada yang mereka lakukan kecuali sekadar menonton dan memberikan makanan kepada korban kekejaman zionis penjajah kemudian setelahnya dibiarkan kembali mereka meronta.

Lain halnya dengan Israel, negara penjajah yang bersikap brutal dan sadis. Negara yang jelas-jelas salah dalam konflik ini malah disokong dengan kekuatan yang luar biasa. Didanai dan dibantu dalam hal persenjataan untuk membumihanguskan tanah Palestine. Siapa lagi kalau bukan negara kampiun demokrasi yakni Amerika Serikat beserta antek-anteknya. Mereka menyatakan berdiri bersama Israel untuk melenyapkan Palestina.

Na’uzubillah, kebrutalan Yahudi Israel kian membabi buta. Kini musuh-musuh Islam bersatu melawan Palestina. Apakah umat Islam hanya diam saja? tidak! Harus ada solusi jitu untuk melawan para musuh Allah.

Masalah umat terbesar saat ini adalah terpecahnya persatuan umat Islam yang dulu pernah ada. Sehingga solusi adalah tegaknya sistem Islam yang akan mempersatukan kaum muslimin di seluruh dunia, dipimpin oleh seorang Khalifah yang akan menjalankan Islam secara Kaffah. Sehingga dengannya negara akan membentuk pasukan jihad yang kuat, balatentara yang tak pernah terkalahkan sepanjang masa. Maka umat Islam hendaknya menyambut seruan ini dengan berjuang untuk tegaknya khilafah Islamiyyah ‘ala minhajin An-Nubuwwah. Takbir!

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *