Sistem Islam Bukan Lagi Tuntutan, Tetapi Sudah Menjadi Kebutuhan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Tutik Indayani (Komunitas Muslimah Rindu Jannah)

 

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), menegaskan selama bulan Ramadhan 2021 ini, siaran televisi diperketat. Lembaga penyiaran diminta untuk tidak menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual dan transgender ( LGBT), kedonistik, mistik/horor/supra natural, praktik hipnotis atau sejenisnya.

 

Aturan itu tercantum dalam Surat Edaran KPI 2/2021, berdasarkan keputusan pleno 16 Maret 2021. Tujuannya untuk meningkatkan kekusyukan menjalankan ibadah puasa.

“Sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai agama, menjaga dan meningkatkan moralitas,” tulis Ketua KPI Pusat, Agung Suprio dalam surat tersebut.

 

Memang tidak dapat dipungkiri, di bulan Ramadhan ini, selain sektor perdagangan yang mengalami peningkatan, dunia hiburan termasuk pertelevisian juga mengalami peningkatan rating dengan tayangan religiusnya.

 

Peraturan diterapkan bukan saat dibutuhkan

 

Masyarakat untuk sesaat merasa lega dan tenang dengan dikeluarkannya surat edaran dari KPI Pusat. Seperti mendapatkan air ditengah padang pasir yang gersang.

 

Yang menjadi pertanyaannya, apakah peraturan tersebut hanya berlaku selama bulan Ramadhan? Lalu bagaimana dengan bulan-bulan berikutnya, apakah tayangan yang mengandung unsur kemaksiatan bebas tayang. Mungkinkah tayangan yang terkontrol selama satu bulan dapat menjaga iman dan aqidah umat?

 

Memang benar, Ramadhan menjadi momentum bagi kita untuk membentuk kepribadian Islam terbaik. Kita bertobat dari dosa dan kesalahan langkah kita sebelumnya dalam hidup. Lalu kita memulai kembali hidup yang bersih.

 

Kemuliaan dan keistimewaan Ramadhan telah

disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits melalui Abu Hurairah ra.

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارُ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ

“Jika Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu ( HR. Muslim).”

 

Tetapi semua itu tidaklah cukup untuk meningkatkan ketakwaan kita. Karena keimanan seseorang itu ibarat sebuah baterai yang perlu diisi daya, agar tetap menyala.

 

Demikian juga dengan keimanan seseorang, yang harus diisi daya setiap waktu, agar keimanannya tetap terjaga, sehingga dapat mengontrol tingkah laku seseorang.

 

Umat membutuhkan sistem Islam

 

Mereka faham bahwa disaat-saat seperti ini, tingkat religius umat meningkat. Informasi-informasi dan ilmu yang berhubungan dengan keimanan dan ketakwaan banyak dicari.

 

Para kapitalis tidak tinggal diam, mereka melihat ada peluang mendapatkan keuntungan bisnis yang dapat menghasilkan pundi-pundi uang.

 

Yang semula mereka benci dengan tayangan-tayangan yang bernuansa Islam, kemudian di bulan mulia ini mereka berlomba-lomba merebut simpati umat muslim dengan menghadirkan tayangan religiusnya.

 

Hadirlah mereka seperti pahlawan yang seakan-akan perduli pada Islam, tetapi sesungguhnya semua yang dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata.

 

Itulah sistem kapitalis dalam mengatur urusan umat, hanya berdasarkan pada asas manfaat untung dan rugi, tidak benar-benar tulus dalam meriayah umat.

 

Dengan mengeluarkan surat edaran tentang apa yang boleh dan tidak boleh ditayangkan selama bulan Ramadhan, itu bukanlah cara meningkatkan nilai ibadah dan moralitas.

 

Apalah artinya, setelah usai puasa, kemaksiatan kembali dipertontonkan, tempat-tempat seperti pelacuran, perjudian dan lain-lain dibuka kembali secara bebas.

 

Memahami keimanan manusia yang naik turun, dengan hanya mengontrol perilaku kemaksiatan selama satu bulan belumlah cukup. Karena  perilaku dan perbuatan manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya.

 

Hanya dengan sistem Islamlah, semua solusi dapat terselesaikan. Hanya pemimpin yang menerapkan Islam secara kafah yang dapat mencetak umat beriman dan bertakwa.

 

Selama berabad-abad sistem Islam diterapkan, sikap kaum muslim tidak hanya dibatasi dengan bagi-bagi takjil gratis, tarawih dan panggilan untuk menggerakkan berbuka puasa.

 

Kaum muslim berjuang dan berkorban untuk memastikan bahwa Islam diterapkan di semua bidang kehidupan, individu dan kolektif, termasuk ekonomi, kebijakan luar negeri dan pendidikan. Karena itu Ramadhan dalam sistem Islam telah menyapa umat dengan seluruh kemanfaatan yang besar atas penerapan syariah Islam.

 

Khalifah menjaga keamanan seluruh rakyatnya. Kaum miskin dibebaskan dari beban mereka. Kehidupan keluarga dipenuhi dengan ketenangan dan keharmonisan.

 

Seharusnya umat muslim menjadikan Ramadhan sebagai bulan kebangkitan, persatuan dan kesadaran yang berujung pada perjuangan yang ikhlas hanya untuk Allah Swt.

 

Saatnya umat muslim memutus sistem kapitalis dan mengganti dengan sistem yang benar-benar sesuai dengan fitrah manusia yaitu sistem Islam.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *