Ayah Sadis, Buah Sistem Sekuler Kapitalis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ayah Sadis, Buah Sistem Sekuler Kapitalis

Oleh: Erna Ummu Azizah

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Entah apa yang telah merasuki seorang ayah di Gresik. Ia tega menghabisi nyawa putri kecilnya saat tertidur, dengan cara menusukkan pisau dapur sebanyak 24 kali di bagian punggung hingga tembus ke jantung. Ya Allah Ya Rabb..

Diduga karena motif tekanan ekonomi, Afan (29), merencanakan pembunuhan terhadap putri kandungnya Z (9) yang masih duduk di bangku kelas 2 SD. Hal itu diketahui pihak kepolisian saat melihat rekam jejak pelaku yang sempat mencari informasi di internet terkait cara menghabisi nyawa anaknya. (kompas.com, 2/5/2023)

Pelaku berdalih agar putrinya tidak merasakan lagi derita hidup di dunia. Dirinya yang hanya buruh konveksi, merasa tak mampu membiayai putri kecilnya. Apalagi tanpa kehadiran sang ibu, yang disebut-sebut telah pergi tanpa kabar.

Mirisnya, pelaku tanpa rasa penyesalan mengungkapkan bahwa ia telah mengantarkan putri kecilnya ke surga. Meski sempat menangis saat melihat gambar yang dibuat putrinya beberapa jam sebelum nyawanya dilenyapkan.

Terlihat di gambar itu kata perpisahan korban kepada teman-temannya. Seolah mengisyaratkan bahwa ia akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Dan benarlah, nyawanya pun kandas di tangan ayah yang dicintainya.

Sakit! Ya, fenomena ‘masyarakat sakit’. Ada yang salah dengan cara berpikir manusia hari ini. Hingga menjadikan seorang ayah tega berbuat sadis. Melenyapkan nyawa anak tak berdosa lantaran tak kuasa melihatnya menderita, jelas itu bukan solusi nyata.

Justru itu lebih nampak seperti jiwa yang putus asa, hingga menghalalkan segala cara. Tak peduli meski harus menyakiti bahkan menghabisi orang-orang tercinta.

Beginilah hidup di sistem sekuler kapitalis. Sang ayah yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi pembunuh sadis. Nurani seakan mati, jangankan takut dosa, bahkan ajaran agama yang mengajarkan kasih sayang pun lenyap seketika.

Ditambah lagi beban hidup yang kian hari kian menghimpit. Membuat si miskin menjerit. Sudah susah makin merana. Tak heran jika kewarasan sirna ditelan keadaan.

Seandainya sistem Islam yang diterapkan dalam kehidupan, mungkin kondisi seperti ini bisa dicegah. Karena Islam mengajarkan bahwa hidup untuk ibadah. Saat ujian melanda, entah itu masalah ekonomi, rumah tangga dan sebagainya, maka solusinya akan dikembalikan kepada hukum syara.

Allah SWT sebagai pencipta sekaligus pengatur manusia, telah menurunkan seperangkat aturan yang sempurna dan paripurna untuk menjadikan hidup manusia harmonis dan bahagia.

Mulai dari masalah akidah, akhlak, ekonomi, rumah tangga, bahkan sampai tatanan negara, itu diatur di dalamnya. Dan setiap maasalah ada solusinya yang sesuai fitrahnya sebagai manusia.

Islam menjelaskan bagaimana negara wajib membuat rakyatnya sejahtera, sehingga tak ada yang namanya stres atau depresi lantaran terbelit ekonomi sulit. Apalagi sampai membuat rakyatnya hilang kewarasan hingga tega melenyapkan nyawa orang-orang tercinta.

Islam pun mengajarkan bagaimana membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Menjalin komunikasi yang baik antara suami dan istri, maupun anak dengan orang tua. Terlebih ketika ujian melanda, semuanya akan saling menjaga hingga jauh dari putus asa.

Di tambah kondisi masyarakat yang akan disuasanakan untuk saling beramar makruf nahi mungkar. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah segala keburukan dan kemaksiatan. Tentu semua ini akan menjadikan hidup kondusif.

Dan sejarah membuktikan, pada masa kejayaan Islam, rakyatnya hidup sejahtera. Saking sejahteranya, negara sampai bingung kepada siapa harus menyalurkan harta zakat. Bahkan, hebatnya lagi angka kriminalitas begitu minim. Dalam kurun waktu kurang lebih 13 abad, hanya sekitar 200 kasus yang terjadi.

Bandingkan dengan kondisi hari ini, ekonomi sulit, angka kejahatan melejit. Bahkan kasus-kasus sadis bermunculan menjadi fenomena yang mengerikan. Suami bunuh istri, ayah bunuh anak, kakak bunuh adik, dan sebagainya.

Tentu kondisi seperti ini tidak boleh kita biarkan berlarut. Mari kita sudahi dengan kembali kepada sistem yang akan membuat manusia hidup sesuai fitrahnya. Campakkan sistem sekuler kapitalis, terapkan sistem Islam!

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Ma’idah: 50)

 

Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *