Benarkah, Program Magang Membajak Potensi Mahasiswa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Benarkah, Program Magang Membajak Potensi Mahasiswa?

Sumarni

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Mahasiswa mana yang tidak akan senang jika mendapatkan kesempatan bisa bertandang keluar negeri. Apalagi telah diimpikan sekian lama menjadi cita-cita mereka untuk mengenal budaya dari suatu negara. Rupanya hal ini dialami ratusan mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari mendapatkan kesempatan untuk bekerja (magang) Ke Jerman.

Sebagaimana dilansir dari laman (sultra.tribunnews.com, 05/05/2023) Ratusan Mahasiswa asal Universitas Halu Oleo Kendari mendapat tawaran magang di Jerman. Ratusan Mahasiswa itu akan dipekerjakan pada perusahaan ternama seperti Amazon, DHL, Pabrik Tekstil, Pabrik Buah, Pabrik Coklat dan lainnya selama 3 bulan. Melalui program kampus merdeka yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan tinggi menjadi alasan program magang ini berlangsung. Tentu hal itu membawa angin segar bagi mereka.

Alat Bajak!

Dengan banyaknya mahasiswa yang terjun dalam dunia magang, menunjukkan bahwa para pelajar ini hanya dijadikan dalam tanda kutip buru kasar pasar Kapitalisme. Karena sejatinya keberadaan mahasiswa itu hanya menjadi tidak lebih sebagai mesin perah kaum pebisnis kakap untuk memanfaatkan potensi pemuda ini sebagai pundi-pundi kekayaan.

Tak hanya itu pemberdayaan mahasiswa melalui magang itu, sebenarnya mematikan potensi mahasiswa ini sebagai agent of change dan agent of control di tengah-tengah masyarakat, beralih menjadi budak-budak corporate. Sehingga pemuda tidak lagi menyadari peran mereka di tengah masyarakat sebagai bagian dari garda terdepan membangkitkan rasa optimisme akan rusaknya suatu bangsa. Dari sini nampak pula potensi mahasiswa ini dibajak hanya untuk memuaskan para pengusaha. Tanpa sadar hal ini menyibukkan mereka terjebak pada cara pandang dan orientasi hidup mereka dipenuhi dengan materi dan cuan belaka. Melupakan idealisme mereka sebagai pemuda.

Pada sisi lain pemerintah hari ini memang tak henti-hentinya terus menyibukkan mahasiswa untuk terus terlibat dengan program-program kampus yang membajak potensi mereka. Tidak heran banyak mahasiswa yang ikut serta ke dalamnya karena tergiur dengan keuntungan yang diperoleh. Seharusnya pemerintah fokus dengan kebijakan pendidikan sesuai dengan tujuan dan harapan, yaitu menjadikan generasi unggul yang cerdas dan bertakwa. Namun, dalam program magang ini terlihat jelas adanya liberalisasi pendidikan dan justru berpihak pada kepentingan korporasi dan asing.

Magang di perusahaan adalah salah satu program dalam kurikulum MBKM, semua program studi pada suatu PT diarahkan agar diikuti oleh mahasiswanya. Pada sejumlah prodi, program ini masih ditemukan kendala yakni kesesuaian tempat magang dengan kompetensi/kebidangan mahasiswa. Sebab, magang di sebuah perusahaan adalah aktivitas bekerja yang harus selaras dengan budaya dan sistem kerja perusahan tersebut.

Oleh karena itu, jelas terlihat pendidikan tinggi hari ini telah melenceng jauh dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Tridharma perguruan tinggi yang bertumpu pada pengabdian kepada masyarakat sudah tak terlihat. Yang ada malah mengabdi dan tunduk pada pengusaha.

Di sisi lain kurikulum yang ada sekarang disusun hanya berfokus pada nilai materialistik. Akhirnya kualitas output sistem pendidikan hari ini hanya diukur seberapa besar kemampuan mereka dalam hal literasi dan numerasi serta seberapa besar serapan mereka dalam dunia kerja. Sistem sekuler kapitalis ini hanya fokus mencetak SDM dalam rangka mencetak calon mesin-mesin industri. Sehingga wajar jika saat ini banyak sosok-sosok yang dihasilkan dari pendidikan bagaimana menjadi mesin uang, tetapi minus akhlakul karimah. Ini menunjukkan keadaan dunia pendidikan sedang tidak baik-baik saja. Alhasil, inilah produk pendidikan kapitalisme yang tak terlepas dari asas yang menaunginya yakni sekularisme.

Islam Menumbuhkan Potensi Pemuda

Sistem pendidikan tinggi dalam Islam tak melumpuhkan peran dan potensi pemuda untuk menjadi garda terdepan mengawal kebangkitan generasi. Sebab pendidikan dalam Islam mendukung mahasiswanya untuk mengembangkan kualitas intelektual dan peranan mereka secara maksimal. Tanpa melenceng dari tujuan pendidikan dan tetap melek pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sistem pendidikan Islam wajib berlandaskan pada akidah Islam. Pendidikan di dalam Islam adalah membentuk pola pikir dan pola jiwa Islami. Maka seluruh mata pelajaran disusun berdasarkan strategi tersebut.

Tujuan pendidikan dalam Islam harus menciptakan beberapa aspek berikut. Pertama, memiliki kepribadian Islam. Kedua, handal menguasai pemikiran Islam. Ketiga, menguasai ilmu pengetahuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Keempat, memiliki keterampilan tepat dan daya guna. Pembentukan kepribadian ini dilakukan pada semua jenjang pendidikan yang sesuai dengan proporsinya. Melalui berbagai pendekatan setelah mencapai usia baligh (SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi) materi yang diberikan bersifat lanjutan, yakni pembentukan, peningkatan, dan pematangan.

Hal ini dimaksudkan untuk memelihara sekaligus meningkatkan keimanan serta keterikatannya dengan syariat Islam. Indikator anak telah berhasil melaksanakan seluruh kewajiban dan mampu menghindari tindak kemaksiatan kepada Allah Swt. Dari sini akan dihasilkan individu generasi yang memiliki kepribadian yang mulia dan paham makna kehidupan. Sehingga kelak akan dirasakan perannya di masyarakat. Bukan hanya sekadar anak didik yang menyelesaikan soal-soal hots dengan kesulitan tingkat tinggi, tetapi minim dari sisi kepribadian.

Melalui pendidikan Islam akan melahirkan output generasi berkualitas, baik dari sisi kepribadian maupun dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan. Perannya di tengah masyarakat akan dirasakan baik dari menegakkan kebenaran maupun menerapkan ilmunya. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem pendidikan Islam akan menghasilkan generasi mulia. Sekaligus mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat.

Oleh sebab itu, wajarlah bila pada abad pertengahan Islam menjadi pusat peradaban dan rujukan ilmu pengetahuan. Mampu menjawab persoalan-persoalan kualitas generasi bahkan mendorong terwujudnya peradaban yang mulia dan agung. Harus diingat bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam di masa lalu, tidak bisa dilepaskan dari tegaknya sistem kekhalifahan. Memastikan pemberdayaan pemuda pada idealismenya untuk kebangkitan generasi ke depannya. Bukan pendidikan yang membebek pada korporasi. Apalagi membajak potensi mereka dari kualitas intelektual dan peranan mereka pada masyarakat. Inilah sistem pendidikan yang kita dambakan.

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *