PAYUNG (DEMOKRASI) TAK LAGI DAPAT MEMBENDUNG DERASNYA BADAI

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

PAYUNG (DEMOKRASI) TAK LAGI DAPAT MEMBENDUNG DERASNYA BADAI

 

Oleh : Widya (mahasiswi surabay

 

Diawali dengan pembicaraan mengenai demokrasi, memang ini merupakan tema yang menarik untuk dibahas saat ini. Telah banyak catatan-catatan sejarah melalui berbagai banyak warna-warni goresan yang telah dilukiskan oleh demokrasi disepanjang eksistensinya. Maka wajar, saat ini saya pun tertarik untuk membahasnya. Pun tak lupa saya mengajak teman-teman semua untuk bersama-sama kita kupas satu persatu apa yang menjadi buah bibir dari demokrasi itu sendiri. Dan tentu saja kita tidak lupa untuk menjadikan pandangan Islam sebagai dasar dalam berpija

 

Sebelum kita menyentuh pembahasan mengenai demokrasi, saya tertarik untuk membahas apa yang sebenarnya sering terlewatkan dibenak kita. Banyak orang sepakat bahwa semua agama itu benar menurut keyakinan dan kepercayaan kita masing-masing. Tapi dilain sisi, umat Islam semua bersepakat bahwa yang bisa masuk ke dalam Surga hanyalah orang Islam saja. Maka sebenarnya ini merupakan dua pernyataan yang saling bertentangan. Artinya, keduanya tidak mungkin benar. Yang benar hanyalah salah satu diantara keduanya. Maka kemungkinannya hanya ada dua, yang pertama; setuju bahwa yang masuk ke dalam Surga hanyalah umat Muslim saja, dan tidak membenarkan bahwa semua agama itu benar. Yang kedua; setuju bahwa semua agama itu benar, maka kita setuju pula bahwa nanti di Surga tidak hanya umat Muslim saja tetapi ada juga umat yang lain karena setiap agama percaya akan keberadaan Surga dan Neraka. Dan mohon maaf, tidak ada pilihan ketiga, tidak ada pilihan kedua-duanya, ataupun tidak ada pilihan diantara keduanya. Yang ada hanyalah memilih antara satu atau dua, selesa

 

Kemudian, saya juga kembali bertanya-tanya mengenai fenomena dimana ketika umat Muslim yang menjadi minoritas di suatu wilayah pasti kehidupannya akan terancam, contohnya Muslim Uyghur di China, Rohingya di Mianmar, dan masih banyak lagi. Akan tetapi ketika umat non Muslim (minoritas) yang ada di wilayah Muslim yang mayoritas kehidupannya aman dan baik-baik saja, contohnya di Indonesia sendiri. Sebenarnya, ini merupakan hal yang sudah wajar terjadi di masa sekarang dan sudah dianggap sebagai hal yang tidak perlu dibesar-besarkan lagi

 

Maka permasalahan-permasalah inilah yang kemudian mendasari argumen saya dalam mengkritik sistem demokrasi sekarang ini. Kita ketahui bersama apa yang menjadi slogan dalam demokrasi itu sendiri ialah “Government by the people, for the people, and to the people” artinya kebijakan-kebijakan yang ada dalam sistem demokrasi memihak secara penuh kepada rakyat, atau dengan kata lain rakyat menjadi penguasa tertinggi dalam  pemerintahan

 

Selanjutnya, kembali saya ingatkan di dalam sistem demokrasi telah banyak melenggangkan berbagai kebebasan, seperti kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan bertindak dan berperilaku, dan kebebasan berekonomi. Mari kita buktikan, yang pertama kebebasan beragama, dalam UUDN RI 1945 dalam Bab XI tentang agama membahas tentang kemerdekaan tiap-tiap penduduk dalam memeluk suatu agama. Yang kedua, kebebasan berpendapat, sudah jelas dalam Bab XA tentang hak asasi manusia dari pasal 28A sampai 28J yang membahas tentang berbagai macam kebebasan atau hak termasuk juga kebebasan bertindak dan berperilaku. Kemudian yang keempat kebebasan berekonomi, sedikit yang menyadari memang tentang kebebasan berekonomi ini ternyata ada dalam sistem demokrasi, contoh nyatanya yang bisa kita lihat dari dulu sampai sekarang adalah kepemilikan sumber daya alam yang bebas dimiliki oleh siapa saja baik itu warga negara sendiri maupun asing. Tidak bisa kita nafikkan bahwa orang yang kaya raya bisa dan boleh membeli sebuah pulau. Tidak bisa dinafikkan pula, alasan membantu mengelolah sumber daya negeri secara tidak langsung membuka lebar-lebar kepada asing untuk memiliki sedikit demi sedikit sumber daya alam yang ada di Indonesia. Bagaimana ? sudah mulai tergambarkan ? atau semakin bingung ? Tenang, saya akan bertanggungjawab setiap perasaan and

 

Pembahasan selanjutnya mengenai kenapa saya menjelaskan permasalahan Islam dan menyangkutpautkannya dengan demokrasi, apa hubungan antara keduanya ? Ya, jelas tentu ada. Tapi, sebelum menjawab pertanyaannya mari kita pikir bersama-sama mengapa setiap orang yang menyuarakan Islam dalam sistem demokrasi pasti akan ditolak, bahkan saya menjamin orang tersebut pasti akan mendapat banyak label-label negatif seperti intolerasi, anti pancasila, anti nkri, radikalisme, memecah belah bangsa, dan yang sudah tentu jelas pasti akan diawali dengan pertanyaan menohok “kamu kira di Indonesia ini yang hidup cuma Islam?” seolah-olah dengan diterapkannya aturan Islam, orang-orang non Muslim semakin dikucilkan dan Islam dianggap sebagai agama yang mau menang sendiri. Maka, wajar kita melihat penolakan ini bukan hanya datang dari non Muslim saja tapi orang-orang Islam sendiri pun menentangnya, dan mereka menganggap inilah yang dinamakan dengan rasa nasionalisme

 

Begitu juga sebaliknya, tak luput dari kesadaran kita tentang kasus-kasus yang ada dalam sistem demokrasi itu sendiri. Mulai dari presiden pertama sampai dengan presiden saat ini kasus korupsi seolah-olah menjadi permasalahan turun temurun atau warisan nenek moyang. Tidak luput juga, utang luar negeri yang tidak kalahnya dengan kasus korupsi yang saya sebutkan tadi, dan masih banyak kasus yang lainnya yang sama nasibnya dengan kasus korupsi dan utang luar negeri. Maka dapat kita simpulkan, semua permasalahan dalam sistem demokrasi bukanlah masalah yang baru muncul ataupun karena pengaruh pemimpin melainkan permasalahan yang ada sudah diwariskan atau sudah turun temurun dan mendarah daging. Dan mohon maaf, sampai sekarangpun belum terlesaikan satu masalahpu

 

Nah, di sinilah letak hubungan keduanya. Ketika berbagai kebebasan yang diatur dalam sistem demokrasi ternyata tidak berlaku bagi umat Muslim. Ternyata, demokrasi yang katanya memihak kepada rakyat nyatanya sangat-sangat mengancam nyawa rakyat itu sendiri, Dan parahnya lagi ternyata, permasalahan dalam sistem demokrasi itu tidak bisa diselesaikan dengan cara yang demokratis. Maka inilah yang dinamakan dengan payung (demokrasi) tidak lagi dapat membendung hujan yang deras. Jika hujan yang turun sudah sangat lebat, kemudian mengakibatkan badai yang berkepanjangan, tetapi di lain sisi tidak ada lagi akar pohon yang kokoh yang dapat menyerap volume air, yang ada hanyalah payung yang kian hari akan sobek dan bolongnya akan semakin membesar. Jika badai diibaratkan sebagai permasalahan yang kompleks, pohon diibaratkan sebagai kebijakan, pun payung itu sendiri adalah demokrasi maka kita sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi ? ya, kita akan hanyut dalam badai, kita akan mati tenggelam dalam banjir, dan hidup kita selesai, semua masalahpun selesai, tama

 

Jangan sesedih itu, tenang kita masih bisa hidup. Dengan satu syarat, hidup dengan cara yang berbeda. Sehingga kita tidak mati sia-sia dalam badai demokrasi. Apa maksudnya ? Apa kita bisa menghentikan badai ? Badai mungkin bisa datang kapan saja, dan itu hal yang wajar. Tapi pepatah mengatakan “Sediakan payung sebelum hujan” maka inilah satu-satunya cara. Ketika payung kita sobek maka solusinya bukan menambalnya karena bisa jadi badai akan semakin besar dan tambalannya pun akan terbuka. Maka, yang kita lakukan adalah mengganti payungnya dengan yang lebih kokoh, menanam pohon yang banyak sehingga membantu menyerap air hujan. Sehingga kita sudah merasa aman dengan datangnya badai

 

Dan berita gembiranya, badai datang ketika sudah musim hujan tiba. Tapi kita tau ini tidak berlaku dalam sistem demokrasi, permasalahan tidak datang secara musiman. Tapi yang berlaku adalah api tidak akan membesar jika kayunya sedikit. Maka untuk memadamkan api, jangan tambah kayunya karena kayu adalah bahan bakar api. Begitupun juga dengan solusinya, bukan melenyapkan kayu tapi kita pastikan kayu yang ada jangan sampai terbakar oleh api

 

Mengakhiri permasalahan yang ada, sebagaimana yang saya tekankan bahwa sudah saatnya untuk mencari payung yang kokoh dan mencari pohon yang banyak untuk ditanamkan kelak. Dan seperti kesepakatan kita diawal bahwa kita harus menjadikan pandangan Islam sebagai dasar kita dalam berpijak karena kita ini adalah seorang muslim. Pun, saya akan menjawab berbagai kebimbangan maupun penolakan kita terhadap penawaran sistem Islam ini. Kita ketahui bersama bahwa yang menawarkan solusi Islam sudah ada sejak dulu bahkan dari terbentuknya negara ini. Dan yang menjadi keraguan dari dulu sampai sekarangpun juga sama, bahwa di negara Indonesia ini yang hidup tidak hanya Islam saja. Maka di sinilah sebenarnya letak kekeliruan yang fatal, jika kita bersama-sama sudah sadar akan kerusakan dalam sistem demokrasi maka sebenarnya kita tidak pantas untuk menolak dan mengatakan sistem Islam tidak pantas untuk Indonesia. Mengapa demikian ? karena kita sama-sama belum tau, sama- sama belum bisa membuktikan segala keraguan kita tentang sistem Islam apakah memang akan terjadi seperti demikian jika sistem Islam diterapkan. Yang kita takuti selama ini hanyalah ketidaktoleransinya sistem Islam jika diterapkan

 

Lebih lanjut saya jelaskan, sebenarnya kita lupa dan dibuat lupa tentang sejarah Islam. Tidak diragukan lagi Islam pernah berjaya dengan menguasai hampir 2/3 dunia dengan menerapkan sistem Islam selama kurang lebih 13 abad lamanya, saya tekankan lagi Islam pernah berjaya selama kurang lebih 13.000 tahun. Apa kita lupa ? atau bahkan baru tahu ? sangat-sangat disayangkan sekali. Kembali saya ingatkan bahwa ketika Rasulullah Shallahu’alaihi Wasallam menjadi pemimpin Madinah, yang hidup di Madinah bukan hanya umat Islam saja, tapi ada juga Yahudi, Nasrani, Majusi, bahkan orang yang tidak mempunyai agamapun ada. Dan semua hak mereka di jamin dalam Piagam Madinah. Saya rasa, jangan-jangan selama ini orang-orang yang  menolak sistem Islam karena memang belum paham apa sebenarnya yang ada dalam sistem Islam itu, jangan-jangan orang-orang yang menolak sistem Islam karena hasutan atau bahkan karena suruhan orang lain ? dan saya rasa pula orang-orang yang menolak sistem Islam karena banyaknya suara akan penolakan itu sehingga menjadi ikut-ikuta

 

Menjadi pertanyaan yang menarik pula, ketika kita tetap teguh dengan sistem demokrasi tapi sebenarnya kita tahu bahwa demokrasi bukanlah ide dari Islam, melainkan ide yang datang dari pemikiran-pemikiran manusia, yang kita tahu bahwa semua manusia tidak ada yang sempurna. Tidak ada manusia yang tidak akan menjadikan dirinya rugi demi membuat orang lain untung. Maka sebenarnya jika kita jeli, inilah yang terjadi sekarang. Elit-elit politik di atas sana sedang menguntungkan dirinya sendiri dengan membuat berbagai kebijakan yang melenggangkan perutnya untuk bisa tetap kenyang tanpa memikirkan pihak yang dirugikan. Maka apalagi yang kita harapkan dari sistem demokrasi ini

 

Oleh karena itu, dapat kita simpulkan dari pembahasan panjang di atas bahwasanya sekarang saatnya kita untuk bertindak, menentukan pilihan apakah kita tetap bertahan dengan payung yang semakin sobek atau menggantinya dengan yang lebih kokoh ? apakah kita masih mau bertahan dengan sistem demokrasi yang semakin hari semakin mengonfirmasikan kegagalannya atau mulai menyadari bahwa Islamlah solusi yang pantas ? Tentukan pilihanmu sekarang juga atau kamu akan mati dalam ganasnya badai demokras

i.? n.. . . t.n.. a.. . i.k.a)alam ganasnya badai demokrasi.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *