Mulianya Seorang Pemimpin dalam Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Tutik Indayani
Komunitas Pejuang Pena Pembebasan

Islam mensyaratkan seorang pemimpin itu seorang laki-laki (bukan wanita), sudah baligh, merdeka (bukan budak), berakal (tidak gila), berilmu, Islam, mempunyai jiwa kepemimpinan, adil.

Mempunyai jiwa kepemimpinan itu harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar kewibawaan seorang pemimpin tetap terjaga dan memberikan rasa aman bagi rakyat dan negaranya dari interfensi asing.

Adil, rakyat mana yang tidak senang memiliki pemimpin yang adil. Karena dengan adil kondisi negara menjadi kondusif, karena tidak ada ketimpangan sosial.

Kemuliaan pemimpin dalam Islam benar-benar terpancar dari sikapnya, pemikirannya terutama dalam ketakwaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah pernah berpesan agar kaum Muslimin senantiasa berpegang teguh pada sunnah beliau dan sunnah para Khulafaur Rasyidin, tentu termasuk sunnah yang berkaitan dengan pemerintahan.

Mungkin yang dapat dijadikan teladan dari salah satu Khulafaur Rasyidin adalah Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq.

Beliau pernah berpidato selepas baiat umum pada pelantikan beliau menjadi seorang khalifah,
” Aku telah diangkat menjadi seorang pemimpin, sementara aku bukanlah orang terbaik dari kalian.
Jika aku berbuat baik maka tolonglah aku.Jika aku berbuat buruk maka luruskan aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan kedustaan adalah khianat. Orang yang lemah ditengah kalian adalah kuat di sisiku sampai aku mengembalikan haknya, insyaallah.
Taati aku selama aku mentaati Allah dan Rasul-Nya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban taat bagi kalian kepadaku. Berdirilah kalian untuk shalat. Semoga Allah merakhmati kalian.”
( Imam ath-Thabari, Tarikh ath-Thabari ) .

Pidato yang sangat singkat, tetapi menunjukkan kemuliaan akhlak beliau. Keilmuannya sudah tinggi, tapi dengan rendah hati mengatakan bahwa beliau bukan orang terbaik.

Rela untuk tidak ditaati rakyatnya, bila melakukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Suatu komitmen kepemimpinan yang sungguh luar biasa.

Pemimpin yang memiliki kesadaran seperti ini, yang akan mendorong rakyatnya berbuat kritis dan akan selalu mengoreksi kebijakan pemimpin dalam menjalankan tugasnya.

Janji yang tidak muluk-muluk yang disampaikan oleh seorang pemimpin untuk menjalankan tugasnya, tetapi dalam janji itu sudah mencakup seluruh aspek tugas dari seorang pemimpin.

Seorang pemimpin bagaimanapun adalah seorang manusia, yang tidak selalu benar, tetapi dapat melakukan kesalahan dan seorang pemimpin harus dapat memposisikan dirinya sebagai pelayan rakyat, bukan junjungan rakyat.

Pemimpin tidak boleh marah kalau ada rakyat yang memberikan nasihat, kritik dan koreksi pada dirinya, justru harus bersedih.

Nasihat atau kritik kepada pemimpin itu juga bukan didasari untuk kepentingan dunia, melainkan untuk kepentingan akhirat, melaksanakan kewajiban Allah Swt, yang nantinya juga berpengaruh pada kepentingan dunia yaitu dapat terhindar dari keburukan (azab) dari kemungkaran penguasanya.

” Mendengar dan taat itu wajib bagi seorang Muslim dalam apa yang ia sukai atau tidak dia sukai selama dia tidak diperintahkan dengan kemaksiatan. Jika diperintahkan dengan kemaksiatan maka tidak ada kewajiban mendengar maupun taat.”
(HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad ).

Pemimpin seperti ini akan terwujud bila sudah menerapkan Islam secara kaffah dalam sistem negara khilafah ala minhaj an-nubuwwah.

Karena tanpa aqidah Islam, seperti saat ini yang menggunakan idiologi kapitalis dengan aqidah sekulerismenya dan cenderung pada komunisme yang tidak mengakui adanya Tuhan, sangat sulit melahirkan pemimpin sehebat para Khulafaur Rhasyidin.

Bukan hanya amanah, tetapi para khalifah ini memiliki kemampuan intelektual yang tinggi dalam memimpin sebuah negara besar atau negara adi daya.

Memiliki kepekaan politik yang tinggi, sehingga mampu membangun pertahanan politik negara dari tekanan negara-negara asing.

Bukan pemimpin yang lemah yang tunduk dan membebek pada pihak asing, yang secara tidak langsung mengkhianati kepercayaan rakyatnya.

Negara dengan pemimpin seperti ini akan membuat kedaulatan negaranya tergadai, karena tidak memiliki kemampuan melawan tekanan pihak asing.

Semoga Indonesia memiliki pemimpin seperti Rasulullah dan para Khalifah Khulafaur Rasyidin, aamiin.

Wallahua’lam bi-ash-shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *