Menjaga Diri dari Memerangi Ayat-Ayat Perang

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Naila Dhofarina Noor S.Pd
Pengajar MI Kota Malang

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya : Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Apa yang terlintas dalam benak kita saat membaca ayat diatas? Seringkali kita mendengar untaian hikmah, atau kata-kata mutiara yang isinya mengajarkan kesabaran, kadang juga nasihat-nasihat agar berbuat baik dan toleransi. Sehingga dengan dalih tersebut ada sebagian umat Islam yang mencoba membalut Islam dengan gaya yang moderat hingga akhirnya salah kaprah memaknai ajaran Islam. Bahkan bisa kita saksikan saat ini ada sebagian kaum muslimin yang mencoba menghapus ayat perang agar tidak diajarkan ke siswa sekolah sebagaimana ungkapan Kemenag beberapa waktu yang lalu.

Sangat miris rasanya ketika membaca laman republika.com (13/09/2019) yang mengabarkan bahwa Kemenag akan hapus materi perang dari kurikulum madrasah. “Kita akan hapuskan materi tentang perang-perang di pelajaran SKI tahun depan. Berlaku untuk semua jenjang. Mulai dari MI sampai MA,” kata direktur Kurikulum Sarana Parsarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSSK) Madrasah Kementrian Agama, Ahmad Umar, di Jakarta, Jumat (13/9). “Kami ingin menghapuskan pandangan-pandangan orang yang sealu saja mengaitkan Islam itu dengan perang. Kita juga ingin mendidik anak-anak kita sebagai orang-orang yang punya toleransi tinggi kepada penganut agama-agama lainnya”.

Ungkapan dari Kemenag ini patut kita cermati bersama, karena Allah Swt telah jauh-jauh hari bahkan berabad-abad lamanya telah berfirman seperti yang selama ini kita dengar tersebut dalam firman Allah SWT QS. Al-baqoroh ayat 216.

Sayangnya, itu hanyalah potongan ayat yang entah sengaja atau tidak sengaja, sebagian dari kita melupakan bagian awalnya yaitu kutiba ‘alaikumul Qital yang bermakna “ diwajibkan atas kamu berperang”.

Adakah yang berani menasakh ayat ini? Adakah yang berani menghapus satu lafadz saja dalam ayat ini? Sungguh tidak sampai hati menemukan orang yang mengaku muslim , mengaku hafal alquran, mengaku paham Islam bahkan, yang berani menutup-nutupi ayat ini, baik sebagian maupun seluruhnya. Hanya karena ada lafadz qital nya yang berarti perang.

Jika kita telaah lebih jauh , firman Allah Swt yang membahas tentang perang nyatanya termaktub dalam beberapa ayat. Diantaranya Albaqoroh 216, Albaqoroh 218, Albaqoroh 273, Alimron 142, Annisa 95, Almaidah 35, Almaidah 54, Alanfal 72, Alanfal 74, Attaubah 16, Attaubah 19, Attaubah 20, Attaubah 24, Attaubah 41, Attaubah 44, Attaubah 73, Attaubah 81, Attaubah 86, Attaubah 87, Attaubah 88, Attaubah 90, Attaubah 91, Annahl 110, Alhaj 78, Alfurqon 52, Alankabut 6, Alankabut 69, Muhammad 31, Alhujurot 15, Almumtahanah 1, dan Asshof 11.

Sebagai salah satu pengajar MI, saya berpandangan bahwa kebijaksanaan tersebut tidaklah bijak jika tujuannya untuk mendidik anak supaya toleransi. Bukankah ayat tentang perang itu Allah Swt yang berfirman dan dipraktekkan langsung oleh Rasulullah SAW? Lalu apa yang salah jika seorang guru atau ustad atau kyai mengajarkan ilmu Allah Swt dan sunnah Rosulullah SAW? Sedangkan dalam Islam ada anjuran agar kita berisalm secara kaffah, sehingga kita tidak boleh hanya mengambil ayat-ayat yang sesuai nafsu kita tapi menolak ayat-ayat yang lain. Sebagai muslim yang kaffah seharusnya kita juga tetap mengajarkan ayat-ayat perang karena hal tersebut adalah firman Allah Swt.

Terkait toleransi terhadap agama lain, memang Islam mengajarkan toleransi tapi bukan berati harus menghapus ayat perang. Demikian juga patut kita renungi apakah ada bagian dari ajaran Islam yang mengajarkan semena-mena memaksa penganut agama lain tidak melakukan ritual peribadatannya? Ternyata tidak ada dalam Islam pemaksaan terhadap umat agama lain. Toleransi dalam Islam adalah dengan tidak mengganggu umat agama lain ketika mereka beribadah di tempat ibadah mereka. Bentuk toleransi yang lain adalah umat Islam tetap menghormati mereka jika ada perayaan hari besar agama mereka tapi bukan berarti umat Islam ikut dalam perayaan ibadah atau hari besar mereka.

Terkait perang di dalam Islam pun juga ada aturannya, tidak langsung perang begitu saja, dilihat dulu sejauh mana permusuhannya kepada Islam , dan ada hal-hal lain sebelum langkah perang (qital, jihad) diambil. Juga tidak serta merta menghancurkan bangunan warga juga membunuhi perempuan dan anak-anak.

Sungguh dengan menutup-nutupi sebagian ajaran Islam dihadapan generasi muda muslim, sama halnya mengajari kaum muslim menjauh dari kitab sucinya. Sehingga adik-adik muslim-muslimah yang masih mengenyam bangku pendidikan formal disekolah tidak punya gambaran yang utuh perihal Islam yang mereka miliki. Walhasil, pemikiran dari luar Islamlah yang menggerogoti akal mereka dan kehidupan bermasyarakat kita. Fakta sudah nampak di depan mata saat ini. Campur baur dalam pensi, santri pacaran, tawuran pelajar karena persoalan ego antar geng, konsumerisme remaja, LGBT, sikap individualisme mengejar prestasi pribadi, tak peduli persoalan masyarakat dan lain sebagainya adalah buah dari pendidikan yang sekuler, yang tidak mendasarkan pada keutuhan pengkajian Al-quran dan as-sunnah.

Lebih jauh dari itu, fakta hari ini perintah qital-jihad yang mampu mengobarkan heroik perjuangan menggentarkan musuh-musuh Islam dan memenangkan dien Allah Swt, justru diperangi dengan dalih mencitrakan Islam yang damai, toleran, tidak radikal . Lucunya -sekali lagi- tidakkah dipikirkan bahwa apa dan siapa yang sejatinya membuat dunia ini hari ini penuh ketidakadilan, kerusuhan, juga kerusakan sosial generasi. Nyatanya hal tersebut terhadi bukanlah karena Islam tapi karena justru hal tersebut berasal dari kaffir penjajah dan pemikiran dari Barat yang memisahkan agama dari kehidupan.

Sebagai bahan muhasabah diri, mari kita resapi firman Allah Swt dalam surat al-baqarah ayat 85 dan an-nisa ayat 77 berikut:

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Apakah kamu beriman kepada sebagian kepada sebagian yang lainnya? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu diantara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Alloh tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan”.

 

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka : “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”

Maha benar Alloh dengan segala firmanNya. Semoga Alloh mengampuni kekurangan daya upaya kita dalam memahami kalamNya dan menjadikan kita hamba-hambaNya yang faqih dalam memahami kalamNya. []

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *