Kriminalitas di Kalangan Pemuda Semakin Meningkat 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kriminalitas di Kalangan Pemuda Semakin Meningkat 

Penulis: Masitha S.Pd.I (Praktisi Pendidikan)

Kriminalitas di kalangan pemuda terus mengalami peningkatan bahkan menjadi fenomena sosial yang terus berulang, dengan kejahatan yang semakin parah. Hal itu membuat masyarakat khawatir karena kriminalitasnya berbentuk tawuran yang bisa memakan banyak korban.

Kasus ini mengundang perhatian publik khususnya pihak Polsek Cidaun Cianjur dan kemudian menindaklanjuti laporan masyarakat yang tidak terhitung lagi jumlahnya. Masyarakat khawatir sebab para pelaku seringkali membawa senjata tajam.

Selain itu, kasus yang sama juga terjadi di Semarang. Sebanyak 49 anggota gangster yang masih dibawah umur, dari lima kejadian berbeda terlibat aksi tawuran, juga turut diamankan oleh Polrestabes. Ini bukanlah kejadian yang pertama, melainkan kasus yang terus berulang. Berdasarkan data Polrestabes kota Semarang, sejak Januari hingga September 2024 ada 21 kejadian yang berhasil menangkap pelaku sebanyak 117 orang.

Sebab Terjadinya Tawuran di Kalangan Pemuda

Ketika diteliti secara mendalam ternyata motif mereka tawuran adalah karena menerima tantangan dari warga media sosial. Atas nama pamor grup dan gengsi, mereka rela melakukan tindak kriminalitas dengan senjata tajam atau dengan minuman keras.

Jika menilik lebih jauh ternyata tawuran di negeri ini dipandang sebagai sebuah tradisi khususnya di kalangan pemuda, ada banyak faktor yang menjadi pemicu. Beberapa diantaranya adalah krisis identitas, lemahnya kontrol diri, disfungsi keluarga dan tekanan ekonomi atau hidup, lingkungan rusak, hingga lemahnya hukum dan penegakannya.

Krisis identitas dan lemahnya kontrol diri para pemuda hari ini disebabkan oleh jauhnya mereka dari akidah Islam. Padahal akidah Islam yang mampu membentuk kepribadian mulia pada diri seseorang. Namun, penerapan sistem sekuler kapitalisme telah membentuk para pemuda menjadi orang yang berbuat semena-mena tanpa memikirkan resiko dan dosa. Akibatnya, mereka mencari kesenangan duniawi dengan menyalurkan emosi melalui tawuran. Perbuatan seperti ini telah membuat para pemuda tidak produktif dalam hal kebaikan, sebaliknya lebih produktif pada aktivitas yang sia-sia.

Selain itu, terbentuknya pemuda yang sekuler-liberal juga tidak lepas dari peran keluarga. Keluarga terutama ibu yang berperan mendidik anak justru abai terhadap peran tersebut. Sehingga para pemuda semakin jauh dari Islam. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme telah menciptakan kemiskinan struktural dan memaksa para ibu bekerja membantu ekonomi keluarga. Hal tersebut membuat para ibu abai, dan tidak punya waktu untuk mendalami Islam lewat kajian-kajian karena terlalu sibuk, akhirnya banyak para ibu yang tidak memahami peran dan tanggung jawabnya terhadap anak.

Media juga sangat mempengaruhi para pemuda. Di mana tayangan yang senantiasa ditampilkan lebih mengarah pada hal negatif atau kemaksiatan. Alhasil, potensi mereka lebih banyak mengarah pada kerusakan seperti tawuran dan bukan pada kebangkitan. Hal ini diperparah oleh abainya negara dalam membentuk generasi mulia. Negara dengan kebijakan kapitalisnya justru merusak pemikiran generasi. Kebijakan terkait generasi pun pada akhirnya menyia-nyiakan potensi besar pemuda.

Mekanisme Khilafah Agar Pemuda Terhindar dari Kriminalitas

Berbeda dalam sistem Islam yang disebut Khilafah, Islam menetapkan negara sebagai penanggung jawab penuh segala urusan umat, termasuk pembentukan generasi berkualitas, unggul dan bertakwa. Terlebih generasi diposisikan sebagai pembangun peradaban Islam mulia. Oleh sebab itu, sistem Islam memiliki mekanisme agar generasi terhindar dari berbagai kriminalitas, mekanisme tersebut sebagai berikut:

Pertama, Khilafah akan menempatkan keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak. Ibu adalah guru yang bertanggung jawab mengenalkan anak pada identitas dirinya sebagai muslim. Dengan begitu seorang anak akan berpikir dan beramal sesuai syariat Islam. Hal ini menjadi pengontrol diri anak agar tidak mudah berbuat maksiat.

Kedua, Khilafah memiliki sistem Pendidikan Islam yang akan menghasilkan generasi berkepribadian mulia dan mampu mencegahnya menjadi pelaku kriminal. Sebab inilah tujuan utama pendidikan Islam. Anak tidak hanya disiapkan untuk terjun ke dunia kerja demi mendapatkan materi, tetapi anak juga disiapkan untuk menjadi generasi hebat yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan. Mengkaji islam dan mendakwahkannya.

Ketiga, Khilafah akan menciptakan masyarakat yang Islam menjadi lingkungan yang kondusif bagi anak. Standar-standar yang terbangun adalah standar halal-haram. Apalagi budaya dalam masyarakat khilafah akan membangun budaya amar ma’ruf nahi munkar. Adapun kebijakan khilafah akan menumbuh suburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda.

Keempat, Khilafah menjamin kesejahteraan masyarakat individu-per individu, sehingga fungsi keluarga berjalan sesuai koridor syariat. Ibu akan fokus mendidik generasi dan tidak lagi sibuk dengan mencari nafkah.

Keenam, Khilafah akan menjaga media dari konten-konten yang mengandung unsur kekerasan dan ide-ide yang bertentangan dengan Islam. Sebaliknya, hanya akan menayangkan konten Islami yang membuat masyarakat semakin taat kepada Allah Swt. Demikian sistem Islam mengatur kehidupan ini. Tentu semua ini hanya akan terwujud ketika sistem Islam kembali berjaya. Wallahu A’lam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *