Kepemimpinan Baru adakah Membawa kesejahteraan
Oleh: Fitriyah Agustina
(Aliansi Penulis Rindu Islam)
Presiden dan Wakil Presiden baru telah terpilih dan dilantik pada 20 Oktober 2024, dan baru saja telah membentuk kabinet dengan Nama “Kabinet Merah Putih”. Sejumlah nama telah menduduki menteri. Bahkan terdapat nama-nama lama yang menjabat di sana. Banyak yang menyebut bahwa dalam pemerintahan Prabowo merupakan koalisi gendut. Semua partai berkoalisi bahkan tidak ada sama sekali yang ada pada posisi oposisi.
Banyak kalangan yang menaruh harapan besar pada pemerintahan ini. Bahkan pada pemerintahan sebelumny yakni pemerintahan Joko Widodo, menaruh harapan penuh bahwa pada pemerintahan yang akan datang akan memenuhi harapan besar rakyat.
Pemerintahan jokowi juga yakin bahwa pemerintahan setelahnya yakni pemerintahan Prabowo Subianto akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yakni bisa mencapai 8% (metronewstv.com 12/10/2024). Keyakinan inilah yang juga menjadikan PKS untuk merapat dan memutuskan mendukung pemerintahan Prabowo. Partai yang digadang sebagai partai yang pro rakyat, ternyata juga masuk dalam pemerintahan. Mereka mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo merupakan harapan baru setelah 10 tahun dipimpin oleh Presiden Jokowi. Mereka juga mengklaim bahwa dari hasil survei 85-90% masyarakat Indonesia menyambut baik pemerintahan yang akan datang (Antaranews.com 27/10/2024).
Bersikap optimis terhadap pemerintahan baru sangatlah wajar. Namun kita juga jangan sampai lupa berbagai persoalan bangsa yang ditinggalkan oleh rezim sebelumnya. Seperti benang kusut yang sulit sekali terurai karena persoalan bangsa ini sangat berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Dari awal kita merdeka, sampai sekarang, persoalan bangsa ini seakan tambah berat, tiap ganti pemimpin (presiden) bukan malah menyelesaikan persoalan tetapi persoalan bangsa ini semakin bertambah besar dan bertambah runyam. Para pemimpin negeri ini hanya menyelesaikannya dengan tambal sulam. Tidak menyelesaikannya dengan tuntas.
Perubahan pemimpin diharapkan membawa perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Harapan ini memang sangatlah wajar, karena mereka hanya melihat bahwa maju tidaknya suatu bangsa dilihat dari pribadi pemimpin. Padahal kalau kita lihat bangsa ini sudah dipimpin dari berbagai macam kalangan, dari politikus, militer, ilmuan, ulama, wanita bahkan dari yang mengklaim dirinya pro rakyat. Namun persoalan bangsa ini tidak juga terselesaikan.
Berbagai macam persoalan bangsa ini terus bertambah. Seiring bergantinya pemimpin baru tetap saja bangsa ini dicengkeram penjajahan ekonomi oleh para kapital. Negeri ini sudah dalam posisi tergadai karena hutang riba luar negeri yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 8.473,9 triliun per 30 September (Investor.id 11/11/2024). Pajak yang semakin tinggi, gempuran PHK terjadi di berbagai daerah, biaya sekolah dan rumah sakit yang melambung tinggi. Adanya politik dinasti, politik transaksional dan rakyat semakin sengsara. Kenakalan remaja yang terjadi di mana – mana sungguh di luar nalar. Negara seakan abai dengan berbagai permasalahan di negeri ini. Belum lagi moral dan agama yang sangat minim di kalangan generasi muda.
Dalam pemerintahan sekarang ini, yang nyata tidak ada oposisi, semua partai ikut andil masuk dalam pemerintahan. Koalisi gemuk sangat rentan terjadinya kepemimpinan yang diktaktor. Padahal oposisi sangat dibutuhkan dalam kepemimpinan untuk muhasabah dan memberi nasehat kepada pemimpin. Anggota Kabinet yang super banyak juga berpeluang membengkaknya anggaran negara. Dengan setumpuk persoalan yang belum terselesaikan, akankan muncul optimisme yang besar, seakan semuanya akan terselesaikan dengan cepat dan mudah.
Umat harus tahu dan faham bahwa keberhasilan sebuah kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh individu pemimpin saja tetapi juga dipengaruhi oleh sistem yang digunakan. Jika sistem yang digunakan adalah sistem batil, maka sangat mustahil mampu menyelesaikan permasalahan umat yang sangat komplek.
Sistem kepemimpinan sekarang ini yang digunakan adalah sistem demokrasi kapitalisme. Sejatinya sistem ini adalah sistem yang batil, karena sistem ini tidak berasal dari Allah SWT sebagai Alkholiq ( pencipta), Almudabbir ( pengatur kehidupan). Sistem demokrasi adalah sistem dimana manusia berhak untuk membuat undang undang untuk mengatur kehidupannya. “Suara Rakyat adalah Suara Tuhan” dan “kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat” adalah slogan yang sering digaungkan oleh sistem ini, justru akan menjadi sumber kerusakan terbesar. Dimana semua aturan yang dibuat akan bersandar pada akal. Padahal akal manusia sangat terbatas.
Sistem ideologi kapitalisme akan mengambil sistem demokrasi sebagai sistem politik untuk eksistensinya dalam penjajahan ekonomi oleh para kapital melalui undang undang. Para kapital akan dengan mudah mengatur undang undang yang sesuai dengan kepentingannya. Jadi selama sistem demokrasi kapitalisme ini masih digunakan maka rakyat akan tetap merasakan ketidakadilan, kesengsaraan dan kesewenang wenangan. Sistem ini adalah sistem yang batil sejak lahirnya, sistem yang merusak dan sudah terbukti menjauhkan umat dari kebahagian kehidupan.
Sistem kepemimpinan Islam adalah satu satunya harapan, karena sistem ini lahir dari Ideologi Islam. Dimana Ideologi inilah yang sesuai dengan fitrah manusia, karena sistem dan ideologi ini lahir bukan dari buatan manusia melainkan diturunkan dari Allah SWT sang pencipta kehidupan. Jika dilaksanakan dan ditegakkan dengan sempurna akan membawa kemaslahatan dan keberkahan bagi manusia.
Allah berfirman dalam QS Al A’raf ayat 96,
“Sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertaqwa niscaya akan Kami bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (para Rasul dan ayat – ayat Kami). Maka kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang mereka kerjakan.
Islam memiliki kreteria bagi seorang pemimpin. Dalam kitab Nidham Alhukmi fii Islam hal 50-53 karya syaikh Abdul Qodim Zalum, dikatakan ada 7 syarat in’iqod (pengangkatan) seorang Kholifah.
1. Muslim
2. Laki -laki
3. Baligh
4. Berakal
5. Merdeka ( bukan budak atau kekuasaan pihak lain)
6. Adil ( bukan orang fasiq atau ahli maksiat)
7. Mampu( mempunyai kapabilitas dalam memimpin).
Tugas utama seorang pemimpin adalah menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam setiap sektor kehidupan. Memastikan bahwa semua rakyatnya hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Karena makna pemimpin dalam Islam adalah sebagai pengurus dan penjaga. Bukan seperti sekarang dimana umat hidup dalam sistem yang batil sistem demokrasi kapitalisme.Kepemimpinan dalam Islam sejatinya adalah amanah yang sangat besar dan meminta pertangungjawaban kelak dihadapan Allah terhadap kepemimpinannya.
” Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya” HR Bukhori.
Saat ini Umat Islam mengalami keterpurukan, keterjajahan dan ketidakadilan semenjak tidak adanya payung Khilafah. Sejarah mencatat bahwa umat Islam berada dalam posisi khoiru ummah (ummat terbaik) selama belasan abad lamanya ketika berada dalam naungan negara Khilafah. Namun sekarang ketika sistem ideologi Islam tidak diterapkan, khilafah tidak tegak, umat jauh dari kata terbaik. Oleh sebab itu umat harus segera sadar bahwa keberkahan hidup hanya bisa diwujudkan manakala diterapkannya sistem Islam. Umat harus sadar akan tipu daya sistem demokrasi kapitalisme, dan kembali kepada aturan Allah yang sempurna dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dengan begitu menuntut kita semua untuk terus berjuang berdakwa memahamkan umat agar semua yang mimpikan bisa terwujud.
Wallahu a’alam bish-showab.