Islam Solusi Ampuh Atasi Kemiskinan Sebab Stunting

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Islam Solusi Ampuh Atasi Kemiskinan Sebab Stunting

Oleh Asha Tridayana

(Kontributor Suara Inqilabi)

Kemiskinan menjadi masalah mendasar yang selama ini belum terpecahkan oleh negara ini. Salah satu dampaknya terlihat adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak, yang sering dikenal dengan istilah stunting. Anak stunting akan terlihat lebih pendek dibandingkan dengan standar tinggi badan anak seusianya. Hal ini terjadi karena rendahnya asupan gizi yang berlangsung cukup lama. Imbasnya, terjadi penurunan tingkat kecerdasan, beresiko tinggi mengalami penyakit kronis, hingga produktivitas yang menurun di masa depan. Oleh karena itu, stunting menjadi masalah penting yang mesti segera ditangani.

Hasil Survey Status Gizi Indonesia (2021) terhadap balita yang mengalami stunting mencapai 24,4%. Sementara tingkat kemiskinan pada tahun 2022 sebesar 9,54%. Pemerintah masih terus berupaya menurunkan tingkat kemiskinan karena faktor ekonomi dan kualitas pangan akan berpengaruh pada pembentukan sumber daya manusia. Kebanyakan anak stunting berasal dari keluarga yang tergolong miskin karena tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi anaknya dengan baik. Rendahnya kondisi sosial ekonomi suatu keluarga menjadi penyebab lemahnya ketahanan pangan keluarga dalam memenuhi kebutuhan makan yang cukup dan bergizi bagi seluruh anggota keluarga. (unair.com, 14/01/23)

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengungkapkan bahwa kemiskinan ekstrem dan stunting itu saling beririsan sampai 60 persen. Menurutnya, upaya yang mesti dilakukan pemerintah diantaranya intervensi gizi spesifik yakni terkait peningkatan gizi dan kesehatan yang akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Dan juga intervensi gizi sensitif yang akan melibatkan Kementerian PUPR dan lainnya sebagai pendukung untuk mempercepat penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih, MCK, dan fasilitas sanitasi.

Salah satu wilayah dengan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting tinggi terdapat di Desa Labuhan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data BPS 2022, jumlah penduduk miskin ekstrem Kabupaten Sumbawa sebanyak 15.370 jiwa atau 3,20 persen. Kemudian, prevalensi stunting sebesar 29,7 persen atau 12.765 balita berdasarkan data SSGI, 2021. Muhadjir meminta agar pemerintah daerah bisa mengoptimalkan potensi bahari dari Kabupaten Sumbawa untuk pemenuhan gizi ibu hamil dan anak balita. Selain itu, adanya koordinasi antara pemerintah desa bersama PKK, pendamping KB, pendamping desa dalam melakukan edukasi untuk mencegah stunting. (republika.com, 14/01/23)

Pada 2023 ini pemerintah masih fokus melakukan berbagai program demi mengentaskan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting. Perbaikan kedua masalah tersebut menjadi prioritas karena hingga kini belum terlihat kemajuan yang cukup berarti. Hal ini terlihat dari tahun ke tahun, agenda yang dilakukan pemerintah memang tidak memberikan perubahan.

Bahkan terkesan hanya sebagai program tahunan yang minim pencapaian. Sehingga persoalan kemiskinan ekstrem dan stunting menjadi prioritas di tahun ini pun belum bisa memberikan harapan pada masyarakat.

Keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan pokok masih dialami oleh sebagian besar masyarakat negara ini. Sejahtera menjadi hal langka di tengah-tengah masyarakat. Tidak sedikit yang terpaksa berhutang demi bisa makan atau menahan diri hingga bantuan datang. Kondisi ini berlangsung bertahun-tahun hingga mengancam pertumbuhan dan perkembangan generasi penerus seperti anak balita. Karena pemenuhan gizi seimbang jelas mustahil didapatkan. Perut tidak kelaparan saja sudah menjadi keberuntungan bagi mereka.

Kemiskinan dan stunting hanya secuil potret persoalan kehidupan yang mendera masyarakat negara ini. Selebihnya masih banyak deretan persoalan lain yang tengah dialami. Keterpurukan ini tidak terjadi begitu saja tetapi terdapat hal yang mendasarinya dan menjadi penyebabnya. Tidak lain penerapan sistem kapitalis sekuler yang diemban oleh negara ini. Sehingga perekonomian negara pun menggunakan sistem ekonomi kapitalis dan sistem demokrasi liberal pada pemerintahannya.

Sistem ekonomi kapitalis menjadikan manfaat sebagai asas dan tujuannya. Pemerintah bukan lagi penanggungjawab atas kemaslahatan rakyat tetapi ibarat penjual dan pembeli karena segala fasilitas yang menjadi hak rakyat dikenakan biaya. Pemerintah bekerjasama dengan para pemodal dalam rangka melanggengkan kekuasaan. Pemodal diberikan bermacam kemudahan dalam berinvestasi dan mengeruk sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki negeri ini.

Sementara rakyat hanya dijadikan sebagai pekerja kasar yang pendapatannya minimun di tengah tingginya kebutuhan hidup. Peran pemerintah sebatas memberikan bantuan sosial, itupun ala kadarnya. Jelas saja masalah kemiskinan ekstrem dan stunting menjadi keniscayaan yang sulit dihindari dan teratasi.

Oleh karena itu, masyarakat negara ini membutuhkan sistem alternatif yang mampu menyelesaikan persoalan genting ini. Yakni sistem Islam yang berasal dari wahyu Allah swt dengan seperangkat mekanisme didalamnya termasuk sistem ekonomi Islam.

Dalam penerapannya, sistem ekonomi Islam mengatur pos kepemilikan yang dibagi menjadi tiga yakni kepemilikan individu, umum dan negara. Setiap pos memiliki batasan dan peruntukannya, termasuk cara-cara pengelolaannya sesuai syariat Islam. Sehingga baik individu apalagi negara tidak dapat memonopoli kekayaan alam di wilayah negara tersebut.

Disamping itu, negara bertanggung jawab dalam kepengurusan umat. Rasulullah saw bersabda,

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Tidak ada sistem komersial diantara negara dan umat karena kemaslahatan umat menjadi tujuan yang mesti diwujudkan. Apalagi kerjasama dengan para pemodal yang pastinya akan memberikan intervensi atas kebijakan negara, jelas tidak ada dalam penerapan sistem ekonomi Islam.

Umat dapat terpenuhi hak-haknya sementara negara mampu menjamin kelangsungan hidup seluruh umat dengan baik. Karena sistem ekonomi Islam menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Termasuk menuntaskan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting. Tidak hanya di negeri ini, tetapi juga di seluruh dunia akan terbebas dari segala keterpurukan dan kesengsaraan.

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *