Hilangnya Moral dan Jati Diri Guru, telah Merusak Generasi Masa Depan
Oleh : Shintia
(Aktivis Muslimah)
Kasus pelecehan seksual terhadap siswa, yang dilakukan oleh seorang guru terulang kembali, seperti yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, seorang oknum guru kesenian ditangkap setelah melakukan tindakan pelecehan.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo menerangkan, oknum guru kesenian yang berinisial K (54) ditangkap karena tindak pidana persetubuhan kepada anak didiknya yang masih di bawah umur, dikutip dari tribunjabar.id.
“Menurut keterangan, saat itu korban ASA (14) sedang menunggu ruko orang tuanya berdagang bakso, setelah itu tersangka memanggil korban ASA untuk ke dekat masjid SMP,” ujarnya kepada Tribun Jabar pada Senin (14/10/2024).
Ketika korban ASA datang ke masjid sekolah, oknum guru tersebut langsung melancarkan aksi bejatnya. Tindakan pidana pelecehan ini terjadi di masjid sekolah saat sore hari seusai belajar mengajar selesai, pada bulan juli 2024 lalu.
Banyaknya kasus mengenai guru pendidik yang sering terbukti melakukan tindak kekerasan seksual terhadap siswa, bukti bahwa guru telah kehilangan moral dan jati dirinya. Seharusnya, seorang guru menjadi panutan bagi anak didiknya, tapi pada faktanya justru malah sering berbuat hal-hal yang di luar nalar.
Kita bisa telaah lebih dalam, bahwasanya kerusakan moral guru dan siswa saat ini dikarenakan faktor sistemik, yaitu buah dari diterapkannya sistem yang rusak dan merusak, yaitu sistem kapitalis sekuler liberal. Di mana sistem ini menjauhkan peran agama dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan demikian, agama hanya ada dalam ranah pribadi dalam perkara ibadah ritual saja, tidak ada peran agama untuk mengatur kehidupan dan negara. Lebih jauh lagi, tidak adanya kontrol masyarakat yaitu amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat, maka wajar jika moral dan jati diri guru sebagai pendidik generasi akan hilang. Hal ini terbukti melalui banyaknya kasus pelecehan seksual yang dilakukan guru hingga berujung pada kematian. Sungguh memalukan!
Berbeda halnya dalam Islam, Islam mempunyai konsep mampu mendidik guru-guru yang berakhlak Islami yang berkualitas, sehingga mampu mendidik peserta didik menjadi generasi muda yang bertakwa dan berakhlak Al-Quran. Hal ini tentunya dicapai melalui sistem pendidikan Islam, khususnya yang berlandaskan akidah Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah menghasilkan individu yang mempunyai Syakhsiyah Islamiyyah (kepribadian Islam). Inilah tugas dan kewajiban seorang khalifah (pemimpin negara) dalam Islam. Khalifah adalah pengelola urusan rakyat dan bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan mereka. Seorang pemimpin sadar sepenuhnya bahwa apa yang diperbuatnya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt.
Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan, terutama dalam membentuk generasi masa depan dibutuhkan kualitas guru dalam mengajar anak didiknya. Maka pentingnya penguatan dari sisi aqidah, pengontrolan masyarakat dan peran negara dalam meriayah. Sehingga tidak akan ada seorang guru yang tidak bermoral dan hilang jati dirinya. Karena telah dibangun kesadaran dalam dirinya akan hubungannya dengan Allah Swt. Dari sini, akan lahirlah generasi yang penuh ketaatan dan berakhlak Al-Quran.
Oleh karena itu, sistem pendidikan dalam Islam akan menjamin dari segala sisi, baik penguatan akidah, pembentukan kepribadian Islam, dan keamanan bagi kehidupan masyarakat. Hanya dengan adanya sebuah negara yang menjalankan syariat Islam secara kaffah, maka perubahan nyata dapat dicapai. Dengan itu permasalahan dunia pendidikan, termasuk hilangnya moral dan jati diri guru, akan dapat teratasi dengan baik.
Wallahu’alam bissawab