Hanya Islam yang Mampu Menyejahterakan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kemiskinan Belum Tertuntaskan

Hanya Islam yang Mampu Menyejahterakan

Oleh Dede Sri Intan

(Pendidik generasi)

Di Negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA) ini, kemiskinan seolah menjadi polemik yang tidak kunjung menemui titik pemecahan.

Indonesia, adalah salah satu Negara yang memiliki banyak kekayaan alam. Mulai dari hasil bahari, hutani, agraria, sampai yang di hasilkan perut bumi berupa batu bara, emas, minyak bumi dan masih banyak yang lainnya. Namun pada faktanya tidak sedikit rakyat yang ada di dalamnya berkehidupan dalam tingkatan ekonomi yang amat rendah.

Rendahnya Lapangan Pekerjaan Yang Layak, hingga Mahalnya Biaya Pendidikan dalam sistem kapitalisme. Alasan itu tidak luput dari beberapa hal yang sejatinya masih menjadi problem besar di Negara ini. Diantaranya

Sebagian di karenakan kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai, juga taraf pendidikan yang nyaris minim di tengah-tengah masyarakat. Terlebih mereka yang bertempat tinggal di pedesaan pun tidak terkecuali yang bertempat di perkotaan.

Namun lagi dan lagi, alasan minim nya pendidikan ini tidak lepas dari kesenjangan ekonomi yang mereka alami. Ketika biaya pendidikan mahal, otomatis menempuh pendidikan setinggi-tingginya hanya seumpama mimpi bagi mereka yang tidak memiliki perekonomian yang mencukupi.

Padahal dengan segenap kekayaan SDA yang dimiliki Negeri, seharusnya penguasa mampu memberikan kelayakan ekonomi bagi setiap individu dan masyarakat, baik dari segi memfasilitasi pekerjaan yang layak, tunjangan kesehatan, sampai pemberian sarana pendidikan secara cuma-cuma (baca;gratis).

Sebab, kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab bagi pemerintah. Selain itu, peranan penting pemerintah adalah untuk menciptakan ketentraman, keamanan serta memenuhi kebutuhan masyarakat.

Maka sudah seharusnya pemerintah mengambil andil penting dalam memberdayakan dan menyejahterakan rakyatnya. Namun pada faktanya, hingga hari ini peran itu belum kunjung dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. Sebab nyatanya angka kemiskinan di Indonesia masih relatif tinggi.

Dikutip dari Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam laporan bertajuk ‘Indonesia Poverty Assessment: Pathways Towards Economic Security’, Bank Dunia merekomendasikan acuan garis kemiskinan di sesuaikan dengan global, yaitu sebesar US$ 3,2 PPP per hari. Sebab, Indonesia telah mampu menekan angka kemiskinan ekstrem dengan perhitungan US$ 1,9 PPP per hari.

Namun dengan perekomendasian itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, dengan begitu kemiskinan di Indonesia naik menjadi 40%. Dengan begitu rendah standar kemiskinan yang di tetapkan oleh Negara. Sejatinya menunjukkan bahwa mereka telah dzalim kepada rakyat.

Selain kurangnya penggencaran pemberantasan kemiskinan, di samping itu rakyat juga di susahkan dengan tagihan-tagihan kebutuhan dasar yang padahal itu semua berasal dari alam.Salah satunya, sebut saja “air”. Pada sebagian wilayah di Indonesia, air bersih yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat harus berbayar.

Sudahlah miskin, rakyat malah tambah di beratkan dengan tagihan-tagihan semacam itu. Padahaleorang bijak pernah berkata

“Kemiskinan adalah salah satu jalan pembuka menuju kejahatan”

Benar nyatanya, karena setiap individu yang dililit dengan kemiskinan, akan lebih bisa mendorong mereka untuk berbuat kejahatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Apalagi dengan faktor sistem kapitalisme-sekulerisme yang hari ini di terapkan. Dengan sistem ini, manusia seolah kehilangan jati dirinya dan tidak lagi mengenali Ilah nya (baca; Tuhannya). Sebab, Kapitalisme – sekulerisme senantiasa menuntut setiap individu agar memisahkan agama dari kehidupan.

Padahal, sejatinya setiap manusia tidaklah bisa mengatur kehidupannya sendiri. Karena ia bersifat lemah, terbatas dan serba kurang. Ketika aturan sang Maha Pencipta di tinggalkan, maka manusia akan berbuat sesuka hati dan melakukan apa saja sekehendaknya tanpa memikirkan kembali apakah yang dilakukannya akan berbuah maslahat atau madharat.

Hal itulah yang dirasa tepat untuk dinyatakan bagi penguasa sekarang. Maka, berkaitan dengan problem kemiskinan yang belum kunjung teratasi, berharap solusi pada penguasa yang memiliki ide kapitalisme adalah sebuah ketidakbenaran.

Sebab jelas akar dari kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat di tanah air ini adalah sebab penerapan sistem yang salah. Karena sepanjang mereka menjabat, pemerintah hanya akan berpihak kepada para individu yang ber-uang alias para kapital (baca; pemilik modal).

Sehingga tujuan menyejahterakan dan menjadikan pemerataan di tengah-tengah masyarakat bukanlah sebuah keniscayaan.

Para penguasa hanya akan senantiasa bekerja untuk memuluskan misi-misi para oligarki, karena mereka berpikir dengannya mereka akan dapat di untungkan.

Maka lain dengan harapan rakyat miskin yang ingin berkehidupan sejahtera, alih-alih pemerintah mencarikan solusi untuk memecah rantai kemiskinan, yang ada apa yang di pikirkannya hanyalah tentang kepentingan oligarki.

Hanya Islam Yang Mampu Membuat Kesejahteraan Menjadi Keniscayaan. Sedangkan dalam Islam Negara sangat berperan penting dalam memberikan kesejahteraan kepada rakyat.

Islam memiliki mekanisme tersendiri untuk mengatasi problem kemiskinan.

Dan lebih jauh dari itu, karena seorang Khalifah (baca; pemimpin) dengan keimanan kepada Allah SWT yang ia miliki akan senantiasa mendorong ia untuk senantiasa berhati-hati agar tidak berbuat kedzaliman kepada sesiapapun termasuk kepada rakyat yang di pimpinnya.

Sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan

وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه)

Dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah bersabda:

“Setiapkalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut” (Muttafaqun ‘alaih)

Maka penguasa akan senantiasa bersikap amanah dan menjadikan tanggungan yang dipikulnya berupa tugas untuk meriayah umat(masyarakat) akan ia kerjakan secara optimal. Sebagaimana dahulu Islam pernah menorehkan tinta kegemilangan selama kurang lebih tiga belas abad lamanya.

Hingga pada masanya Islam mampu mencetak generasi yang cemerlang dan berkarakter, sebab sarana pendidikan yang memadai pun diberikan secara gratis oleh pemerintah. Tidak cukup sampai disitu, Islam juga mewajibkan kepada Negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan luas bagi tiap-tiap kepala keluarga.

Maka dengan begini para pencari nafkah tidak akan lagi kesusahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan dengan kelayakkan pekerjaan yang sesuai dengan upah yang di berikan oleh Negara juga bisa lebih meminimalisir tingkat kemiskinan di tengah-tengah masyarakat.

Dengan di terapkannya sistem pemerintahan islam yang bersumber langsung dari wahyu sang Khalik. Islam mampu menyejahterakan rakyat. Hingga dalam satu kisah, sejarah islam menyatakan bahwa pada suatu masa dahulu saat aturan Islam di terapkan, pernah ter alami tidak ada satu orang pun yang miskin sehingga sang Khalifah kebingungan membagikan hasil dari pengumpulan zakat.

Saking makmur dan sejahteranya rakyat yang di pimpin di bawah naungan sistem Islam, sehingga tidak ada seorangpun yang menjadi mustahik zakat (baca; penerima zakat).

Itulah sedikit gambaran dari kesejahteraan yang mampu diciptakan oleh Sistem Islam. Sehingga kemiskinan akan mampu di tuntaskan secara sistemis, sebab aturan yang di gunakan adalah aturan dari Allah sang pengatur kehidupan, maka perihal problem kemiskinan akan dapat di tuntaskan.

Dan Allah menjanjikan apabila kita mau untuk taat terhadap aturan-Nya, maka akan Allah jadikan Negeri kita sebagai Negeri yang baik dan rabbun ghafur.

Wallahu a’lam bisshawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *