Bobroknya Sistem Kehidupan Sekulerisme, Budaya Kekerasan Pada Generasi
Vina Meilany
Aktivis Muslimah
Masalah budaya kekerasan pada pemuda sudah terang benderang, yaitu asas kehidupan sekulerisme yang membelenggu umat Islam.
Tindakan kekerasan pada generasi muda baru baru ini yang terjadi pada kasus penganiayaan Mario Dandy terhadap David Ozora.
Sederet Fakta Baru Kasus Mario Dandy Aniaya Brutal David dilansir dari laman Republika.com, Indonesia– Kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David, memasuki babak baru.
Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB.
Semenjak ulah Mario Dandy terungkap dan menjadi pembahasan publik, sederet fakta terkuak baik terkait tindak kekerasan tersebut hingga keterlibatan dan dampak terhadap sekelilingnya.
Remaja pada rentang usia 12 sampai 18 tahun. Pada masa ini mereka mengalami krisis identitas. Fisiknya seperti orang dewasa, jiwanya seperti anak-anak. Sehingga rawan terjadi konflik atau perselisihan dengan teman sebayanya.
Banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh pemuda menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini, mulai dari gagalnya sistem pendidikan untuk membentuk anak didik yang berkepribadian Islam, hingga lemahnya peran keluarga untuk meletakan perilaku terpuji, rusaknya masyarakat dan negara abai.
Semua itu adalah buah dari kehidupan yang mengandung paham sekulerisme. Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Aturan agama hanya diterapkan dalam urusan personal, sedangkan aturan di kehidupan umum berasal dari akal manusia yang terbatas. Alhasil tatkala akal dijadikan penentu hukum tentu aturan yang terbentuk menjadi syarat yang dibuat untuk kepentingan manusia.
Contohnya pada bidang pendidikan, sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme menjadikan orientasi sekolah anak-anak bukan lagi untuk menimba ilmu namun bagaimana bisa untuk mencetak buruh terdidik.
Kebijakan ini akibat penerapan sistem kapitalisme, maka tak heran anak-anak kurang pemahaman agama sehingga rusak moralnya dan sering berbuat kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan terbaik, jika sedari dini mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarga akan tumbuh menjadi sosok yang matang pada usia baligh. Pendidikan keluarga adalah benteng terbaik untuk mencegah pemuda berbuat kekerasan. Sayangnya benteng ini telah hancur seiring dengan rapuhnya institusi keluarga.
Tidak hanya itu, kesibukan orangtua bekerja termasuk dorongan kaum ibu yang keluar rumah untuk bekerja demi nafkah keluarga, telah mencabut peran utama ibu sebagai ummu warabbatul bait yaitu sebagai ibu dalam pendidikan utama bagi anak-anak dan pengatur rumah tangga.
Selain hancurnya benteng keluarga, benteng masyarakat juga hancur. Kontrol sosial tidak berjalan karena sistem hidup kapitalisme menjadikan manusia jaman sekarang bersikap individualis. Serta beratnya beban hidup dalam kapitalisme yang menjadikan setiap orang memikirkan dirinya sendiri sehingga abai terhadap permasalahan sekitar.
Negara abai dalam memberikan pendidikan yang membentuk kepribadian pemuda yang kokoh dan berakhlak islam. Negara justru menjauhkan agama dari kurikulum pendidikan, sekularisasi pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah tetapi juga madrasah. Para pemuda yang ingin belajar islam kaffah justru dilabeli radikal.
Abainya negara membekali ilmu pengasuhan pada calon orangtua, semakin memperparah kenakalan remaja. Remaja yang jauh dari orangtua atau yang selalu dimanja oleh orangtua cenderung mengedepankan ego, sehingga akan mudah berbuat anarkis untuk memuaskan rasa ego tersebut.
Dan juga negara, hanya menindak pelaku kriminalitas tanpa adanya upaya pencegahan, bahkan negara sekuler kapitalisme menjadikan paham liberalisme yang menggerogoti jiwa pemuda, maka tak heran semakin hari semakin banyak kasus kekerasan pada remaja semakin marak.
Islam adalah solusi
Berbeda dengan sistem Islam. Karna kehidupan dalam sistem Islam didasari dengan akidah Islam. Yang akan menuntut manusia untuk menyadari bahwa dunia adalah tempat menanamkan kebaikan untuk ditanam di kehidupan akhirat kelak.
Pemahaman seperti ini akan menjaga setiap individu untuk menjaga perilaku agar sesuai dengan aturan Allah Ta’ala dan Rasul Shalallahu’alaihi wassalam. Oleh karena itu menjaga kualitas generasi sangatlah penting.
Masalah budaya kekerasan pada pemuda sudah terang benderang, yaitu asas kehidupan sekulerisme yang membelenggu umat islam.
Asas kehidupan berupa sekulerisme harus dicabut dari pemikiran umat islam. Selanjutnya diganti dengan asas yang sahih yaitu asas akidah Islam. Dengan demikian seluruh pemikiran dan aturan yang terpancar di tengah masyarakat akan berdasar pada akidah Islam. Akidah Islam sebagai asas kehidupan adalah suatu kewajiban dan sekaligus sebagai solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan yang dihadapi. Firman Allah Ta’ala, dalam QS.Al Ma’idah : 48, Artinya;
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.”
Sistem islam membangun sistem pendidikan berdasarkan akidah Islam yang bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam yaitu memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan kepribadian Islam ini para pemuda akan menjadi orang yang taat pada syariat Islam dan terhindar dari budaya kekerasan.
Sistem Islam memfasilitasi peran keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak, dan juga peran masyarakat sebagai pelaku amar makruf nahi mungkar.
Semua itu untuk melindungi generasi muda dari berbuat kriminal, jika sudah baligh akan diberi sanksi tegas sesuai syariat Islam. Dengan solusi Islamlah, budaya kekerasan akan hilang dan generasi muda akan menjadi pemuda harapan umat, pembangun peradaban Islam.
Wallahu’alam bishawab.