BENARKAH MASJID, TEMPAT BERSEMINYA TERORIS ATAU PARA MUJAHID?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

BENARKAH MASJID, TEMPAT BERSEMINYA TERORIS ATAU PARA MUJAHID?

 

Oleh A. Ahmadah, S.M

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Bagi umat muslim, Masjid adalah pusat dari segala aktifitas. Masjid adalah rumah Allah, tentu banyak sekali keberkahan yang akan diperoleh ketika kita beraktifitas di Masjid. Masjid adalah institusi terpenting dalam Islam. Setelah rumah dan tempat kerja, Masjid adalah tempat yang paling sering dikunjungi. Di sana, mereka menghidupkan kembali spiritualitas mereka, memperkuat hubungan mereka dengan Pencipta mereka, bertemu saudara-saudara sesama muslim, dan menjadi bentuk dari silaturahmi.

Pada zaman Rasul SAW, masjid dengan segala aktivitasnya menyatu dengan realitas kehidupan. Tetapi seiring berjalannya waktu, fungsi Masjid mulai mengalami pergeseran di kalangan masyarakat muslim, sehingga Masjid lebih banyak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah shalat 5 waktu saja.

Tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun kampanye ini, beberapa masyarakat pendukung salah satu parpol ada yang memasang bendera salah satu partainya di Masjid, dengan tujuan untuk menggalang massa dari kalangan umat muslim.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan masjid maupun rumah ibadah lainnya harus bebas dari kepentingan partai politik maupun lainnya. Ini disampaikan Ma’ruf usai adanya pengibaran bendera salah satu partai politik di wasjid wilayah Cirebon yang menuai kritik masyarakat.

“Saya pikir itu sudah ada aturannya ya, bahwa tidak boleh kampanye di kantor pemerintah, di tempat-tempat ibadah, dan di tempat pendidikan. Itu saya kira sudah ada (aturannya),” ujar Ma’ruf dalam keterangan persnya usai menghadiri acara Haul ke-51 K.H. Tubagus Muhammad Falak Abbas bin K.H. Tubagus Abbas di Pondok Pesantren Al-Falak Pagentongan, Bogor, Sabtu (07/01/2023) malam.

Sistem sekulerisme telah membatasi peran agama hanya dalam ranah privat saja. Demikian pula membatasi fungsi masjid hanya sebagai tempat ibadah saja. Hal ini tentu saja mengkerdilkan fungsi masjid. Seperti penyataan wakil presiden di atas, yang hanya memandang bahwa fungsi masjid adalah sarana dan tempat untuk mendulang suara guna kepentingan politik. Bahkan fungsi Masjid dibatasi untuk kegaitan dakwah, karena dikhawatirkan mengarah pada pembentukan generasi yang radikal.

Kekhawatiran terpecah belahnya umat akibat masjid untuk kegiatan politik muncul karena lemahnya pemahanan umat akan politik yang hanya membatasi dalam politik praktis, sebagaimana juga yang diamalkan oleh parpol hari ini. Ancaman terpecah belahnya umat, sejatinya sudah muncul sejak partai Islam bukan lagi partai ideologis Islam. Umat hakekatnya sudah terpecah belah ketika parpol Islam mengejar kepentingan pribadi dan golongan, dan bukan kepentingan umat secara keseluruhan.

PERAN MASJID DI ZAMAN RASULULLAH SAW

Hal ini berbeda dengan fungsi masjid sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pada masa itu masjid adalah pusat berbagai kegiatan, mulai ibadah hingga pendidikan, juga tempat melakukan kegiatan politik, dengan makna politik yang dipahami kaum muslimin, bukan politik praktis seperti yang dipraktikkan saat ini.

Masjid pada masa Rasulullah SAW, masjid memiliki peran yang sangat penting untuk pembinaan aqidah umat. Selain sebagai tempat beribadah, masjid digunakan sebagai tempat Pendidikan, tempat menyampaikan dakwah, tempat bermusyawarah, tempat kegiatan social, tempat pembentukan akhlak hingga sebagai tempat untuk berpolitik yang sesuai dengan pandangan Islam.

Pada masa tersebut, fungsi masjid bisa dimanfaatkan dengan optimal, sehingga generasi muda juga akan semakin sering berkumpul di masjid untuk menimba ilmu keislaman dan berdiskusi memecahkan persoalan umat. Menghasilkan banyak kemaslahatan untuk umat. Inilah yang bisa membentengi generesi dari pengaruh buruk lingkungan di luar masjid.

MASJID ADALAH TEMPAT BERSEMINYA PARA MUJAHID

Berbeda dengan masa sekarang, fungsi masjid seolah dibatasi hanya sebagai tempat sholat saja. Bahkan beberapa waktu lalu masjid dicurigai sebagai tempat lahirnya generasi radikalis dan teroris. Sungguh miris, padahal rusaknya generasi bukanlah berasal dari masjid, tetapi karena pengaruh lingkungan dimana terapkannya sistem sekuler-kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga tercipta masyarakat yang abai terhadap aktivitas amar makruf nahiy mungkar pada saat mereka melihat kemaksiatan.

Dari sinilah muncul generasi-generasi yang abai dan minus akhlak seperti yang banyak menjangkiti para generasi muda kita. Jika hal ini terus kita biarkan, maka kerusakan generasi tinggal di depan mata.

Maka saatnya kita mengembalikan fungsi masjid yang sebenarnya, sebagai tempat membina akhlak, tempat menuntut ilmu, tempat bermusyawarah untuk kemaslahatan umat dan sebagai tempat untuk memecahkan persoalan-persoalan umat melalui politik Islam. Agar generasi-generasi bermental pejuang, generasi-generasi mujahid bisa lahir dari masjid ini.

Wallahu a’lam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *