Remaja dan Moderasi Beragama 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Remaja dan Moderasi Beragama 

Oleh: Riris Dwi

(Mahasiswi Pascasarjana di Surabaya)

 

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan remaja masa kini, tak dapat dipungkiri bahwa banyak di antara mereka yang terjebak dalam berbagai permasalahan serius. Mulai dari perundungan di sekolah, seks bebas, aborsi, penyalahgunaan narkoba, hingga kriminalitas geng motor, semua ini seakan telah menjadi “makanan sehari-hari” bagi generasi muda. Fenomena ini begitu mencemaskan, terutama ketika kita menyaksikan dampaknya terhadap karakter dan masa depan para remaja.

 

Salah satu upaya yang sering ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan ini adalah program **moderasi beragama**. Program ini diperkenalkan sebagai solusi untuk membentuk remaja yang beragama secara “moderat,” tidak terlalu ekstrem ke kanan ataupun ke kiri. Moderasi beragama di kalangan remaja diharapkan mampu menjadi jembatan yang menjaga mereka tetap terbuka, toleran, dan terhindar dari radikalisme.

 

Namun, kita harus jeli dalam menilai solusi ini. **Apakah benar radikalisme dan intoleransi merupakan masalah utama di kalangan remaja?** Faktanya, sebagian besar masalah yang dihadapi remaja bukanlah konflik antaragama atau intoleransi terhadap tradisi lokal. Sebaliknya, budaya liberal dan kebebasan tanpa batas lah yang telah mencemari pemikiran dan perilaku mereka. Inilah yang mendorong mereka terjebak dalam gaya hidup bebas yang berisiko.

 

Ketika kita berbicara tentang radikalisme, kita harus menyadari bahwa label ini sering kali digunakan sebagai propaganda Barat untuk melabeli umat Islam yang ingin menjalankan syariat secara sempurna. Sebagai remaja Muslim, kita harus memahami bahwa **Islam bertentangan dengan ideologi sekuler**, di mana aturan agama dikesampingkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang membuat moderasi beragama terlihat absurd—karena pada akhirnya, ia mengarahkan umat Islam pada pemilahan syariat dan lebih dekat kepada budaya sekuler.

 

Di tengah seruan moderasi, ada jalan lain yang lebih terang untuk remaja Muslim. Sebagai pemuda yang beriman, kita dituntut untuk menjalankan Islam secara **kaffah**, yaitu mengambil seluruh perintah Allah tanpa memilah-milih. Hanya dengan berpegang teguh pada ajaran Islam secara utuh, kita bisa benar-benar menjaga diri dari pengaruh negatif budaya liberal yang merusak.

 

Para remaja Muslim bisa meneladani sosok-sosok inspiratif seperti **Mushab bin Umair**—seorang pemuda yang dikenal karena keteguhan iman dan dakwahnya. Sebagai duta Islam, Mushab menjadi contoh bagi kita semua tentang bagaimana menyebarkan kebaikan dan menjadi role model yang membawa perubahan di lingkungan sekitar.

 

Dengan demikian, penting bagi remaja Muslim untuk menolak moderasi beragama yang hanya akan menjauhkan mereka dari prinsip Islam yang sesungguhnya. Sebaliknya, kita harus memperkuat dakwah, mengambil Islam secara kaffah, dan menjadi generasi yang berperan dalam kebangkitan Islam yang sejati.

Wallahua’lam bishowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *