Negara Tanpa Visi Pembinaan Generasi     

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Negara Tanpa Visi Pembinaan Generasi     

Aisyah Humaira

(Aktivis Muslimah)

 

Suasana riuh kalangan manusia pecinta K-Pop dari ragam usia di bumi Indonesia khususnya di Jakarta hingga detik ini masih ramai diperbincangkan. Pasalnya baru-baru ini pada 11-12 Maret lalu Girlband asal Korea (K-pop) Blackpink baru saja mengadakan konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta. Adanya konser tersebut merupakan bagian dari program Blackpink World Tour (Born Pink) yang rencananya akan dilaksanakan di beberapa negara termasuk Indonesia.

Fakta terkait antusiasme masyarakat terlebih generasi muda penggemar blackpink yang dijuluki Blink dalam menyambut konser grup yang terdiri dari Lisa, Rose, Jennie, dan Jesso sungguh mencengangkan. Bagaimana tidak? Mengutip dari laman website Tempo (13/03/23) diketahui mereka berdatangan dari berbagai daerah. Mengorbankan waktu, tenaga dan uang demi menyaksikan idola tercinta. Wajarkah seperti ini?

Untuk diketahui bahwa berdasarkan informasi dari laman website Detik ( 11-3-2023), ternyata oh ternyata harga tiket konser Blackpink dipatok sekitar Rp1.350.000 hingga Rp3,8 juta. Di tangan calo, harga tiket bisa mencapai Rp10 juta. Whaat? Sebegitu sukanya sama idola hingga pola hidup foya-foya tak lagi dianggap bahaya. Astagafirullah. Apa kabar indonesiaku? Semoga sehat.

Wat gawat bin herannya, padahal untuk menonton konser Blackpink, tidak hanya biaya tiket yang harus dikeluarkan, ada biaya printilan yang juga cukup menguras kantong. Misalnya, biaya transportasi menuju GBK, makanan, minuman, hotel untuk penonton dari luar Jakarta, juga aneka aksesori khas Blackpink. Meskipun demikian, para Blink yang didominasi remaja rela demi mewujudkan keinginan bertemu idolanya.

Fakta sungguh kontras dengan kondisi perekonomian Indonesia. Banyak orang miskin dan di-PHK, bahkan kemiskinan ekstrem juga marak terjadi. Namun, hanya demi konser remaja menajdi lupa akan masalah ekonomi negerinya. Fenomena ini sungguh memprihatinkan karena menunjukkan budaya hedonisme sekaligus buruknya prioritas amal para remaja tersebut. Padahal, uang jutaan tersebut menjadi lebih bermanfaat jika digunakan untuk biaya pendidikan ataupun keperluan lainnya yang lebih urgen.

Beginilah cerminan kondisi generasi muda kita saat ini. Mirisnya, mayoritas penonton adalah muslimah. Mereka bahkan asyik dan larut bergoyang mengikuti alunan musik. Padahal, figur publik yang mereka saksikan di panggung mengumbar aurat dan menyajikan koreografi yang menonjolkan kecantikannya. Sungguh kontras, ketika para muslimah menutup auratnya, mereka justru mengelu-elukan perempuan yang mempertontonkan aurat. Sayangnya, sepertinya hal seperti ini dianggap wajar saja. Apalagi mengingat personel Blackpink yang nonmuslim sehingga seolah sah-sah saja buka-buka aurat.

Sebagai seorang muslim yang paham perintah Allah, tentu konser seperti ini sangat berbahaya. Konser yang darinya nampak gaya hidup barat yang diselimuti ide kebebasan diusungkan. Aturan agama diabaikan, yang penting happy. Para muslimah yang seharusnya menjaga kehormatan dan kemuliaannya, justru menanggalkan rasa malunya dan berlenggak-lenggok mengikuti idolanya. Penyebabnya yakni karena dinaungi sistem buruk yakni kapitalisme, peradaban rusak sebab akidahnya memisahkan agama dari kehidupan masyarakat.

Sungguh menyedihkan. Kemana makna muslim khususnya pemuda sebagai khairu Ummah? Faktanya gambaran hadis bahwa umat Islam seperti buih, terjadi hari ini. Umat Islam benar-benar lemah, tidak punya kekuatan untuk melawan. Imam Al-Qari di dalam Mirqat al-Mafatih menyatakan, umat Islam disebut seperti buih karena tidak memiliki keberanian alias penakut, tidak berkualitas, dan tidak memiliki mimpi bernilai tinggi.

Umat Islam terus terombang-ambing mengikuti arus tanpa mengetahui kebaikan maupun keburukannya. Padahal, hari ini, kapitalisme tengah bergerak menuju kehancurannya. Kita bisa menyaksikan, kehancuran generasi di Barat sudah tampak terang benderang. Mulai dari resesi generasi, maraknya aborsi, hingga budaya kekerasan pada generasi muda. Lantas, apakah para pemuda muslim hendak dibawa untuk meniru mereka dan selanjutnya mengalami kerusakan yang sama? Menyedihkan.

Patut kita ingat, kemunduran generasi muda muslim tersebut bukan terjadi semata karena sikap para remaja. Nyatanya, negara memang memfasilitasi terjadinya serangan gaya hidup asing. Dalam konser Blackpink, pemerintah memberikan dukungan penuh berupa izin digelarnya konser, izin menggunakan (menyewa) GBK, juga pengerahan lebih dari 1.000 personel pengamanan. Tidak hanya kepada Blackpink, izin juga diberikan pada artis lainnya, asalkan bersedia membayar biaya sewa.

Namun, sikap berbeda ditunjukkan pemerintah pada para pemuda muslim yang berikhtiar mengkaji Islam. Mereka dicap teroris, radikal, dan aneka stigma lainnya. Kebijakan penguasa ini membuat publik bertanya-tanya, mengapa konser yang jelas-jelas membahayakan kepribadian generasi muda justru difasilitasi, sedangkan kegiatan dakwah Islam dicurigai dan dianggap berbahaya?

Tampak bahwa negara tidak memiliki visi dan misi pendidikan yang jelas terhadap generasi. Akibatnya, negara salah meletakkan prioritas dan kebijakannya justru menumbuhsuburkan praktik hedonisme. Serangan budaya dari luar diterima dan difasilitasi dengan biaya besar, sedangkan ikhtiar sebagian pihak memberi pemahaman yang benar pada generasi muda melalui dakwah amar makruf nahi mungkar justru dilarang dan dikriminalisasi. Jangan sampai dibiarkan demikian, ini dapat merusak masa depan negeri ini.

Sistem yang jelas visinya dan mampu menyolusi problematika umat. Apalagi jika bukan Sistem Islam yakni khilafah sebagai Rahmatn lil alamin. Islam memiliki visi pendidikan yang jelas, yaitu mewujudkan khairu ummah (umat yang terbaik). Hal ini sebagaimana firman Allah Taala dalam QS Ali Imran: 110,

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan generasi berkepribadian Islam yaitu yang memiliki pola pikir dan pola tindak Islam. Didukung oleh dasar pendidikan berupa akidah Islam serta materi ajar berupa tsaqafah Islam dan ilmu sains. Dengan demikian, hasilnya adalah individu yang bertakwa sekaligus unggul dalam iptek. Dibawah naungan Allah Swt., Khilafah akan menjadi junnah (perisai) yang melindungi generasi dari serangan pemikiran, tsaqafah, dan gaya hidup asing.

Diantara upaya penguasa dalam Khilafah adalah melarang berbagai tayangan, konten, kegiatan, bacaan, dll. yang mengusung gaya hidup tidak islami. Sebaliknya, para remaja akan disibukkan untuk ketaatan seperti menuntut ilmu, beribadah, menghafalkan Al-Qur’an, hadis, dan kitab para ulama; melakukan penelitian, membentuk skill mujahid, dan sebagainya yang linier dengan tujuan membentuk sosok berkepribadian Islam. Walhasil, InshaAllah remaja dalam Khilafah tidak akan terjebak dalam budaya hura-hura. Usia mereka produktif untuk melakukan kebaikan dan menyebarkannya.

So, perjuangan khilafah, lindungi muslim dalam fitrahnya sebagai khairu ummah. Allahu akbar

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *