Mental Health Gen_Z

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Mental Health Gen_Z

 

Agung Andayani

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Kini Gen_Z hidup di era moderen dengan ditunjang kecanggihan teknologi, sarana dan prasarana yang memanjakan jasmani. Namun hal tersebut tidak menjadikan pontensi yang dimiliki Gen_Z melejit. Sebaliknya yang kita dapati fakta yang membuat miris. Salah satunya yaitu 52 pelajar di Bengkulu telah mensayat tangan sendiri. Hanya karena mereka terpengaruh oleh konten yang sedang viral di TikTok. Selain mengikuti tren di media sosial, Gen_Z dalam melakukan aksi itu juga karena para pelajar sedang mencari jati diri. (detikNews, 12/03/2023).

Perilaku menyakiti dirinya sendiri (self harm) bisa menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa, seperti virus cepat menyebar. Selain itu self harm dapat mengakibatkan kecenderungan sakit secara fisik dan mental yang menggiring pemikiran untuk bunuh diri.

Mental Gen_Z yang lainnya adalah maraknya bunuh diri. Kasus bunuh diri ini pelakunya bisa meramba berbagai usia. Ini dapat menjadi cerminan menunjukkan terganggunya kesehatan mental masyarakat.

Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa angka bunuh diri di Indonesia mungkin empat kali lebih besar daripada data resmi. Kurangnya data telah menyembunyikan skala sebenarnya dari persoalan bunuh diri di Indonesia. Karena bunuh diri sendiri masih dianggap aib dan tidak baik serta haram dalam pandangan Islam. Merujuk data SRS pada tahun 2018, yang sudah disesuaikan dengan estimasi kelengkapan survei 55%, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia pada 2018 adalah 267,1 juta jiwa. Ini berarti ada 2.992 kematian akibat bunuh diri di tahun tersebut. (BBC News Indonesia, 25/01/2023). Jumlah yang terbilang besar dikalangan mayoritas penduduknya beragama Islam.

Kasus-kasus tersebut yang pasti memiliki banyak faktor yang mempengaruhi mental health Gen_Z saat ini. Mulai dari sedikitnya jam pelajaran agama, sepekan cuma dua jam itu pun jika tidak kosong. Masalah kurikulum yang bermasalah hingga pada pola asuh yang salah sehingga generasi menjadi rapuh. Dan semua itu mengerucut pada buruknya sistem yang diadopsi dan penguasa yang abai atas rakyat.

Sistem yang diadopsi dunia sekarang adalah sistem kapitalis demokrasi. Termasuk Indonesia juga mengadopsinya. Sistem kapitalis ini berakidah sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Yang menjunjung tinggi kebebasan. Sak bebas-bebasnya jadi bablas semuanya. Sistem ini berpikiran bahwa manusialah yang ber hak membuat aturan, mulai dari aturan yang berhubungan dengan dirinya sendiri sampai aturan negara. Alloh SWT hanya mengatur terkait ibada mahdhoh (sholat,zakat,puasa,haji) saja. Dengan kata lain Tuhan hanya ada di dalam tempat ibadah dan majelis taklim/pengajian.

Dan dampak dari penerapan sistem kapitalis tersebut membuat mental health Gen_Z rapuh, begitu juga mental masyarakatnya. Pertanyaannya kapan kita buang sistem yang rapuh ini diganti dengan yang lebih baik? Memangnya ada sistem yang lebih baik dari sistem kapitalis? Dan jawabnya adalah ada, yaitu sistem yang sudah teruji selama 13 abad, sistem warisan Rasulullah Saw sistem Islam.

Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *