Internasionalisasi MBKM Perguruan Tinggi untuk Mengejar Kompetitif ?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Internasionalisasi MBKM Perguruan Tinggi untuk Mengejar Kompetitif ?

 

Eni Oktaviani

Kontributor Suara Inqilabi 

Dalam upaya menuju World Class University termasuk persiapan jurusan menuju akreditasi internasional , Ketua Jurusan KPI UIN Bandung menyambut dan mendukung mahasiswa dalam kegiatan student mobility, menuju rekognisi internasional. 17 mahasiswa UIN Bandung mengikuti pertukaran mahasiswa pada 4 hingga 16 Mei 2023 ke Universitas Zainal Abidin Malaysia , dalam program International Office UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Program pertukaran mahasiswa ini sebagai upaya UIN Sunan Gunung Djati Bandung menuju World Class University di 2025, dengan visi menjadi Universitas Islam Negeri yang unggul juga kompetitif berbasis wahyu memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah di Asia Tenggara pada 2025.

Pihak kampus mendorong para mahasiswa agar berani dan jangan takut gagal untuk mencoba berbagai program internasional termasuk student mobility ini, dalam menjadikan kegiatan tahunan rutin Universitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung bekerjasama dengan Universitas luar negeri (22/5/2023).

Ini merupakan kerjasama Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi bagian dari kesepakatan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) dengan Internasional University di Malaysia yang di fasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, sebanyak 16 PTN digandeng MRPTNI untuk menyukseskan program internasional tersebut.

Rangkaian MBKM selama 24 episode ini pun disampaikan oleh Menteri Nadiem Makarim dalam Hardiknas lalu sebagai gagasan yang mewujudkan sistem pendidikan dengan hasil pendidikan paling dekat dengan apa yang di cita – citakan oleh Ki Hajar Dewantara , yaitu pendidikan yang membentuk manusia bahagia sebagai manusia dan bermanfaat di tengah masyarakat.

Namun pertukaran mahasiswa maupun magang secara internasional yang dilakukan ini merupakan proses untuk melihat pengalaman mahasiswa di instansi maupun perusahaan kerjasama terkait dalam menyiapkan mereka menjadi pekerja yang dapat dipekerjakan dengan posisi yang mudah dan cepat tanpa ada output pengangguran.

Sehingga intelektualitas dan kecerdasan yang dimiliki sekadar menjadikan mereka buruh internasional dalam persaingan internasional, serta dapat mengalihkan orientasi menjadi materi individu dari kebermanfaatan intelektual untuk kemaslahatan masyarakat , sedangkan manusia merupakan mahluk sosial yang akan senantiasa hadir untuk mengubah masyarakat sosial menjadi lebih baik.

Kompetitif yang dilakukan secara internasional dalam pelaksanaan pendidikan ini pun dapat mengaburkan apa yang menjadikan cita-cita mulia dari pendidikan di negeri ini, pasalnya akan senantiasa muncul dorongan untuk mengaplikasikan apa yang dilakukan di luar negeri.

Berbeda dengan mekanisme Sistem Pendidikan Islam, dimana ada pihak yang bertanggung jawab penuh dalam pendidikan mulai dari penyelenggaraan pendidikan, laboratorium pengembangan, dan mendorong para intelektual sebagai Ulul Albab.

Dalam Sistem Pendidikan Islam penyelenggaraan pendidikan mulai dari kurikulum, mekanisme teknis pembelajaran bagi para pelajar diperhatikan hingga terlahir dari mereka profil para sarjana yang akan menjadi sosok pemimpin umat, intelektual, mujtahid, ahli hukum (fukaha), serta hakim yang akan melayani dan menyelesaikan problem vital umat, mengimplementasikan serta memelihara Islam yang sempurna dan mulia dalam kehidupan dengan dakwah dan jihad ke seluruh penjuru dunia.

Laboratorium pengembangan yang di bangun oleh Negara dalam Sistem Pemerintahan Islam senantiasa memfasilitasi secara up to date apa yang dibutuhkan oleh generasi muda muslim. Dalam mengembangkan keilmuan, penemuan dan kecanggihan saintek. Sehingga tidak diperlukan lagi adanya pertukaran pelajar maupun peserta didik dalam rangka melihat perkembangan yang ada di luar negeri. bahkan negara mengutus langsung ahli tertentu dari luar negeri ke dalam negeri jika sangat diperlukan untuk dapat mengajarkan kepada peserta didik pengembangan tersebut. Semua itu didesain oleh Sistem Pendidikan Islam untuk menghasilkan para polimeth / cendekiawan muslim yang unggul.

Pun dalam sistem pendidikan islam ini mendorong para intelektual menjadi Ulul Albab. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.”

(QS. Ali Imron : 190-191)

Imam as-Sa’di, mengartikal Ulul Albâb sebagai orang yang berakal, yang memanfaatkan akal mereka untuk merenungkan dan meneliti kekuasaan Allah, bukan hanya melihat dengan mata tanpa ada pengaruh dan manfaatnya.

Sistem pendidikan Islam bertujuan mencetak Ulul Albab, intelektual yang memiliki kepribadian Islam, menguasai seluruh ilmu kehidupan hingga mendedikasikan apa yang dikuasainya dan dirancangnya sampai pada kemaslahatan manusia, bukan sebaliknya kerusakan manusia maupun alam semesta tempat manusia hidup.

Semua itu merupakan peran Negara yang dapat menciptakan iklim bagaimana para intelektual dapat menjadi Ulul Albab, dan Cendikiawan Muslim yang unggul dengan penerapan Sistem Pendidikan Islam. Maka sudah semestinya kita mendukung terimplementasinya penerapan Sistem Pendidikan Islam ini dalam tatanan kehidupan dan mendorong Negara dalam penerapan Sistem Islam secara kaffah (sempurna) agar menghasilkan kehidupan terbaik dan membahagiakan.

Wallahu a’lam bishshawwab.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *