Generasi Penakluk Peradaban

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Seorang remaja yang seharusnya menikmati masa-masa bahagia dan ceria, terpuruk di sudut kota. Tempat tinggalnya sebuah kota besar nan damai kini berdiri di tengah padang rumput yang gersang agak tandus. Banyak hewan kelaparan bahkan orang hampir gila karena dehidrasi.

Nun disana, gelombang debu pekat membumbung ke udara, merangsak mendekatinya dengan sangat cepat. Derap langkah sekelompok robot perang mendekati kota remaja itu. Huh… sampai juga di kota ini, kata para robot.

Seluruh rakyat terdiam. Kemudian para robot itu angkat senjata. Puluhan juta serangga mati di tempat. Robot perang itu mengeluarkan gas beracun seperti buang angin pada system tubuh manusia.

Seluruh masyarakat menggunakan masker untuk menutupi hidung mereka. Namun tidak mengurangi bau tak sedap dari gas beracun yang keluar dari senjata para robot tempur pembasmi serangga.

Tak lama setelah pembantaian massal para robot terhadap serangga di kota besar itu, mengakibatkan kerusakan ekosistem pada rantai makan. Termasuk dampak resiko basarnya kepada kepunahan manusia dikota tersebut. Tak terkecuali keluarga sang pria remaja ini. Ia dirudung ketakutan. Ibu dan ayahnya meningal karena keracunan, diawali mual dan muntah-muntah akibat bau dari pembantaian massal oleh para robot. Kini, remaja itu sebatangkara, ia bernama Anda. Bagi yang tahu tokoh utama di anime one puch man, dia sangat mirip dengan [saitama].

Setelah meninggal orang tuanya, ia mewarisi seluruh harta orang tuanya. Ia bertekad untuk membalaskan dendam orangtuanya ke pada robot-robot itu. Tak lama berselang setelah kematian orangtuanya ia membuat sebuah baju zirah yang sangat luar biasa. Haah…selesai juga, baju ini akan kuberi nama‘babue [baju buatan eke]’ kata Anda.

Anda mulai eksen, tekadnya telah bulat. Membasmi para robot sebagaimana mereka membasmi serangga dengan senjata biologisnya.Dalam perjalanannya, berbagai rintangan telah ia lewati. Mulai dari dikejar tikus hingga di serempet semut, namun semua itu tak melemahkan semangatnya melawan para robot itu. Satu persatu robot terkapar dan off karena kehabisan energi, bukan karena keampuhan dari baju zirah yang dipakainya. Kini ia berhadapan dengan komandan robot.

“Setelah sekian lama akhirnya kita bertemu juga pak robot” kata Anda. Puluhan zirah aku korbankan untuk ini. Kau tau berapa harganya? Satu koma nol koma nol rupiah (hayooo pada bingungkan? Saama).

Anda melanjutkan kata-katanya, “ ini adalah warisan dari keluargaku yang telah kau bunuh. Ini semua, untuk semua korban jiwa dan raga dikota ini, rasakan ini, hiaaaaaa” dengan penuh percaya diri ia menyerang. Serangan demi serangan ia arahkan ke robot itu, hingga akhirnya ia memenangkan pertarungan, ia sangat bahagia.

Kebahagiannya itu telah melambungkan dirinya ke udara. “Broo, mana uang bajunya. Bajunya udah ancur baru dibayar dpnya aja lagi“ suara itu bagai magnet yang menariknya dengan cepat, kemudian menghentakkan dan menghempaskannya ke bumi. Buyar sudah kebahagiaanya akibat kemunculan pria itu yang tiba-tiba.
Babuke, baju buatan eke adalah hasil karya pria alay yang selama ini menyebut dirinya dengan panggilan eke. Dan tidak ada kebohongan dari ucapan Anda bahwa harga bajunya nol koma nol koma nol rupiah karena memang baru dibayar depenya. Akhirnya dengan sangat berat hati ia mengangkat sekuat tenaga dompet disakunya.

“Berat amat ngangkat dompetnya broo…sini eke bantu broo… kayak ngangkat barbel 100 kilo aja!… nah gini dong…senang berbisnis dengan kamu…beli lagi yach…daaah” katanya sambil ngeloyor pergi. Dan… aku? Akupun jatuh miskin tetapi aku bangga dengan apa yang aku lakukan.

Kota besar nan damai masih berdiri di tengah padang rumput yang gersang agak tandus. Namun bau itu telah menguap. Tinggal bebenah membagunnya menjadi benar-benar kota yang rahmatan lil alamin. Dan itu ada dipundakku, dipundakmu dan dipundak generasi penakluk peradaban. Bukan ada dipundak generasi Dilan, yang doyan pacaran, tawuran. Dan bukan dipundak generasi yang doyan narkoba, Kpop, Korean, maupun cerita aminasi seperti diatas.

Generasi penakluk adalah generasi Abdullah bin Zubair yang terkenal sebagai ksatria pemberani. Generasi penakluk adalah generasi Muhammad Al Fatih. Penakluk konstantinopel. Generasi penakluk berikutnya adalah generasi penakluk Roma barat, dan itu adalah aku, kamu dan remaja lainnya yang berpola pikir islam dan berpola tingkah islam.

Para ustadz selalu bilang bahwa remaja merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Remaja hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang. Oleh karena itu hindarilah aktivitas yang sia-sia yang akan melalaikan kalian. Rasulullah Saw bersabda yang artinya “ diantara ciri baiknya keislaman seseorang ketika dia bisa meninggalkan apa yang tidak ada manfaatnya bagi dirinya.” Boleh jadi sesuatu yang tidak manfaat itu mubah, tetapi sia-sia. Waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta yang digunakanpun hilang percuma.

Untuk itu supaya tidak menjadi generasi Dilan, maka yuuuk disibukkan dengan ketaatan. Wallahu ‘alam.

By. yusuf kushandiansyah (pelajar SMP Bina Insan Mandiri Ponpes Al Ihsan Baron nganjuk)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *