Generasi Millenial Semakin Liberal

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Puput Hariyani, S.Si (Pemerhati Remaja)

Ketika mendengar kata “masjid” apa yang terbesit dalam benak kita? Pasti secara spontan kita jawab bahwa masjid itu tempat ibadah, tempat sholat, tempat suci bagi kaum muslimin, dll. Namun, hal itu sepertinya tak lagi berlaku bagi sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.

Sebut saja Maman dan Mimin (nama samaran), mereka justru berani melakukan aksi mesum di halaman sebuah mushola di Kota Banyuwangi. Bahkan keduanya hampir dimassa warga yang geram melihat perbuatan tak senonoh mereka di tempat peribadatan (KabarRakyat.ID).

Beragam pertanyaan menggelayut dalam pikiran setiap orang yang mendengarnya. Apa yang merasuki dua sejoli ini hingga berlaku nekat? Tidak adakah sedikit etika dan moral yang tersisa? Matikah urat malu mereka? Dan sederet ungkapan tak percaya atas apa yang mereka saksikan di depan mata.
Kalau dipikir-pikir, apa sih sebenernya yang membuat remaja berlomba untuk pacaran? Dari hasil investigasi penulis kepada para remaja, “katanya” mereka melakukan itu sekedar happy-happy saja, refresing, gak bisa nolak kalau ada yang menyatakan cinta, suka ada yang memperhatikan, sekalian penjajakan barangkali berjodoh. Jiwa mereka lembek seperti bebek, tak punya pendirian teguh, hidupnya hanya ikut-ikutan dan terbuai dengan janji manis kebebasan.

Selain juga berbagai rangsangan senantiasa menghiasi jagad sosmed tempat mereka bergelut. Berbagai tayangan berwujud sebuah film romantika remaja siap menyapa. Semakin mudah mereka adopsi dan ikuti. Derasnya arus liberalisasi begitu cepat merenggut akal sehat mereka.
Dalih “hidup-hidup gue, suka-suka gue, bukan urusan loe” manjadi mantra paling cespleng sebagai legitimasi millenial untuk bertindak sesuai kemauan tanpa harus ada penghalang.

Pada saat yang sama negara seperti tak berdaya untuk mengendalikan arus liberalisasi. Karena sistem liberal yang mengagungkan kebebasan tengah diadopsi di tengah-tengah manusia. Perhitungannya bukan lagi maslahat atau mudhorot, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa dirasa.

Keimanan generasi yang lemah dilepas untuk bertarung di medan laga kehidupan yang penuh kepalsuan tanpa bekal. Benteng penjagaan masyarakat yang rapuh tak lagi mampu menjaganya. Keluarga sebagai unit terkecil sebuah peradaban mandul dari perannya. Lengkap sudah penderitaan mereka.

Millenial Berdaya Dengan Islam

Perhatian Islam terhadap generasi muda begitu besar. Mereka dipersiapkan menjadi pejuang pelanjut estafet perjuangan. Manifestasi kekuatan umat dan negara. Salah satu aset terbesar bagi setiap peradaban.

Untuk itu penting membina mereka dengan Al’quran. Menjadikannya pecinta sunnah, pelaksana syariah. Dijaga dengan penjagaan berlapis. Mulai dari keluarga, lingkungan yang positif, aturan negara yang memihak mereka dan seperangkat aturan yang mendukung tumbuh kembang mereka secara kondusif.

Betapa generasi yang terlahir dari rahim Islam menjadi contoh generasi terbaik dengan berjuta talenta. Islam memaksimalkan dan memfasilitasi potensi mereka untuk kemaslahatan umat manusia.

Tentu untuk mewujudkannya butuh aturan yang tersistematika secara sempurna. Aturan siapa lagi kalau bukan dari Dzat yang Maha Sempurna, yakni Allah SWT. Saatnya kita kembalikan urusan kehidupan kita kepada Dzat Pencipta. Wallahu’alam bi ash-showab

-Photo Hanya ilustrasi-

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *