Bebaskan Remaja dari Maksiat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Peni Sartika (Muslimah Palembang)

“Wahai kalian para pemuda ingat-ingat masa muda mu akan lekas pergi dan kalian tau tua itu tidak pasti sebab malaikat kematian bolak balik menghampiri. Syarat mati bukan tua dan sakit tapi mati adalah sampainya ajal seseorang. Sebelum masa hidup mu terblokir maka persiapkanlah bekal yang terbaik untuk bertemu dengan Raabmu Allah SWT.”

Gambaran pelajar yang seharusnya menyibukkan diri memburu ilmu dan mengejar prestasi. Kini seolah pudar dengan banyaknya kasus yang mencoreng dunia pendidikan banyak remaja terjerembab dalam perangkap dosa.

Atas nama cinta kesucianpun di berikan begitulah adanya. Sungguh miris dan memilukan fakta remaja hari ini telah bergeser keimanan di dalam dada di gerus oleh pernak pernik kesenangan dunia yang fana.

TRIBUNNEWS.COM – 37 pasangan anak di bawah umur diamankan tim gabungan TNI-Polri bersama pemerintah Kecamatan Pasar Kota Jambi saat razia penyakit masyarakat (pekat).

Sebanyak 37 pasangan anak di bawah umur tersebut diamankan saat berada di kamar hotel untuk merayakan ulang tahun.
Mereka merayakan ulang tahun dengan melakukan pesta seks di kamar hotel. Saat dirazia, petugas mengamankan sekotak kondom dan obat kuat yang diduga akan digunakan pasangan ABG itu.

Sebegitu rusaknya remaja hari ini akibat dari adanya sistem rusak sekularisme dan liberalisme yang memberikan ruang kebebasan remaja untuk melakukan apapun. Dalam sistem liberalisme sekuler pacaran di halalkan “maksiat”.

Banyaknya tontonan rusak berseleweran memenuhi jagat media televisi dan smartphone dalam genggaman mudah sekali bagi remaja untuk mengakses situs-situs pornografi dan tontonan rusak lainnya tanpa adanya filter dari negara. Sebab dalam negara kapitalis seperti Indonesia parameter perbuatan benar atau salah dilihat dari manfaat sedangkan itu sangat bertentangan dengan islam yang parameternya adalah ridha Allah dan murkaNya.

Contohnya saja film “dari jendela SMP” lolos tayang yang sama sekali jauh dari gambaran pelajar yang teladan. Sama halnya film ini mengkampanyekan maksiat agar ditiru oleh kalangan pelajar. Film ini telah berhasil ikut andil merusak generasi hari ini di perparah minimnya edukasi bahkan pelajaran agama ikut direduksi. Hingga masyarakat dibiasakan untuk menerima segala bentuk kemaksiatan innalillahi.

Padahal peran agama sangatlah dibutuhkan hari ini untuk membendung kerusakkan remaja yang teramat parah. Namun, sungguh sangat di sayangkan nyatanya isu radikal dielu-elukan ”yang katanya” berbahaya adalah tuduhan yang tidak dapat di bukti. Yang ada sebaliknya dengan direduksinya pelajaran agama akan membuat masalah semakin bercabang.

Remaja rusak karena minimnya pemahaman agama, faktanya banyak anak-anak remaja yang telah baligh masih belum bisa mengaji , tidak bisa sholat, dan tidak mengerti agama. Bukankah ini adalah fakta pahit yang harus kita terima, maka kita harus siap menghadapi konsekuensi kehancuran generasi islam jika hal ini terus menerus dibiarkan.

Bayangkan untuk lima tahun kedepan jika tidak ada upaya untuk menyudahi maka kita akan sama-sama menyaksikan kerusakkan demi kerusakkan yang teramat parah. Maka negaralah yang bertanggung jawab atas kehancuran generasi.

Inilah bukti ketika negara mengadopsi sistem yang bertentangan dengan fitrah manusia, yang terbukti gagal menjaga akidah, akal, dan kehormatan. Bahkan manusia hari ini layaknya seperti hewan yang berbicara sebab hati dan akal tak lagi digunakan sehingga hawa nafsu yang selalu diperturutkan keimanan telah luntur dari jiwa-jiwa kaum muslim khususnya para pemuda inilah yang diinginkan orang-orang kafir merusak generasi-generasi islam.
Sebab kafir penjajah mengerti betul kekuatan dan kelemahan kaum muslimin, seperti pernyataan William Ewart Gladstone (1809-1898), mantan Perdana Menteri Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasinya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”.

Sungguh berbeda generasi yang di bangun dalam bingkai islam. Islam benar-benar menjaga akal, akidah dan kehormatan hingga tidak boleh sedikitpun virus-virus jahat mendekat dalam tubuh umat sebab khalifah akan cepat-cepat membasmi virus-virus jahat dengan kekuatan syariat.

Sehingga kita temui kala itu generasi islam tumbuh menjadi generasi unggulan yang berhasil mengukir prestasi yang tak tertandingi pada masanya dan mereka telah mewariskan banyak sekali kitab-kitab yang menjadi rujukan umat hari ini sebut saja seperti imam syafi’i yang hafal Al Qur’an sejak usia belia Muhammad Al Fatih sang legendaris penakluk benteng konstatinopel Sahaluddin Al Ayyubi pembebas Yerussalem belum lagi ilmuwan-ilmuwan muslim yang telah mewarnai bumi dengan ilmu dan keimanan sebut saja Ibnu Sina sebagai Bapak Ilmu Kedokteran Modern, Jabir bin Hayyan Pakar bidang kimia, Al Khawarizmi ahli ilmu matematika dan banyak lainnya semua ada di dalam islam.

Dalam islam jelas pelaku zina merupakan perbuatan kriminalitas yang hina, hingga dalam memberikan hukumannya harus memberikan efek jera bagi pelaku dan pencegahan bagi yang lain. Maka kasus zina yang belum menikah adalah cambuk sebanyak 100 kali di dunia sebagai penebus hukuman di akhirat.

Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk memutus rantai kemaksiatan, islam mengajarkan kita untuk beramar makhruf nahi mungkar yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan, maksiat dalam bentuk apapun itu harus kita lawan , membina remaja dengan iman dan tsaqofah islam hingga terciptalah kepribadian islam yang khas dan membangun kesadaran para pemuda betapa islam sangat membutuhkan pemuda-pemuda yang saleh dan tangguh sebab di pundak-pundak merekalah masa depan islam.

Dan ini adalah tantangan para pemuda bagaimana mereka melewati ghazul fikr “petarungan pemikiran” yang tengah berkecamuk ikut dalam barisan taat atau maksiat itu adalah pilihan yang pasti Setiap diri akan mempertanggung jawabkan setiap apa yang dilakukan oleh kedua tangannya ingatlah sekali-sekali Alllah tidak menyukai manusia yang terus berada dalam dosa.

Mengutip pernyataan yang mashur dari Imam Syafi’i “Sesungguhya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak di anggap ada dalam kehidupan (mati).”

Begitu pula pernyataan seorang pemikir dari Beirut, Musthafa Al Ghalayaini berkata “Adalah terletak di tangan pemuda juga kehidupan umat ini”. Kemudian Mustafa kamil, pemikir dari Mesir berkomentar: “Pemuda yang bodoh, beku (tidak punya ruh jihad) untuk memajukan bangsa, matinya lebih baik daripada hidupnya.” Semoga kita dapat meneladani mereka yang telah berhasil menggunakan masa muda untuk ilmu dan takwa.

tentu ini adalah upaya sederhana yang bisa kita lakukan, sebab seyognya ini adalah kewajiban negara negaralah yang memiliki peranan penting dalam menjaga dan melindungi masyarakat tapi, ini tidak bisa dilakukan oleh indonesia sebagai pengekor negeri-negeri barat yang memusuhi syariat.

Begitulah islam dengan syariatnya yang agung memberikan kehidupan dan memuliakan manusia sehingga benar islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Wallahu ‘alam bisshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *