Oleh : Ratna Kurniawati (Aktivis Remaja)
Web series “Layangan Putus di We TV yang tayang baru-baru ini telah menyedot publik tanah air karena kisahnya di adopsi dari novel yang di tulis oleh mom ASF berdasarkan kisah nyata. Serial yang diperankan oleh Putri Marino (Kinan), Reza Rahardian (Aris) dan Anya Geraldine (Lidya) yang mengkisahkan perselingkuhan pada keluarga mapan dan sosok suami yang dianggap sempurna di mata istri, namun ternyata tidak bisa menempatkan naluri syahwatnya dengan benar.
Kisah ini membuat geram warganet hingga berbagai kecurigaan terhadap pasangannya dan berpikiran negatif dengan pasangan.
Selain itu, untuk kalangan milenial yang belum menikah menimbulkan efek phobia dan ketakutan terhadap dunia pernikahan.
Bayang-bayang akan ketakutan apabila memiliki suami atau pasangannya yang selingkuh.
Dampak dari tayangan serial “Layangan Putus” sungguh luar biasa menghipnotis penikmat serial tersebut.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Dampak dari serial drama tersebut memang luar biasa karena sebagian penikmat serial seolah masuk dalam dunia mereka.
Serial tersebut memang berbeda dari novel karena disesuaikan dengan naskah dari sutradara yang menambah cerita yang cerita komersial dan sesuaikan kebutuhan dunia perfilman yakni demi rating yang bagus.
Bacaan dan tontonan memang sangat mempengaruhi tingkah laku dan pemikiran diri kita karena segala yang kita baca dan tonton akan menjadikan file informasi yang terkumpul di otak. Kemudian file tersebutlah yang akan menjadi tolak ukur dalam berpikir dan bersikap. Bahasa kerennya, kita kenal dengan nama maklumat tsabiqoh.
Maklumat Tsabiqoh adalah informasi yang terkumpul dan tersimpan dalam benak kita dan akan berperan penting atas terbentuknya pemikiran yang akan tereksplorasi dalam perbuatan atau mempengaruhi perbuatan dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting sekali untuk memilih bacaan dan tontonan yang akan membawa pengaruh yang besar terhadap diri sendiri tidak hanya sekedar untuk mencari hiburan semata. Pastikan semua bacaan dan tontonan akan membawa kebaikan dan mengantarkan kepada ketakwaan.
Hal ini memang akan sulit dijumpai di Negara kapitalis karena Negara cenderung abai dan tidak peduli apakah tontotan tersebut baik atau buruk dampaknya bagi penonton. Para kapital atau pemilik modal hanya mementingkan rating yang bagus dan menghasilkan materi. Ini tentu berbeda kalau kita hidup di Negara yang menerapkan syariat Islam secara keseluruhan atau kita kenal dengan nama Khilafah Islamiyah disini fungsi Negara sebagai filter atau penyaring media dan tontonan yang mana yang layak dan tidak untuk di tayangkan di tengah masyarakat.
Bukan hanya mementingkan kepentingan materi semata.
Jadi hanya tayangan yang mendidik dan membawa dampak yang baik yang layak untuk di tayangkan di tengah-tengah masyarakat. Wa’lahu alam bishawab.