Waspada Bonus Demografi, Peluang Ataukah Tantangan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Azrina Fauziah (Aktivis Dakwah dan Member Komunitas Pena Langit)

 

Indonesia diprekdisi akan menghadapi bonus demografi pada 20-30 tahun yang akan datang. Jumlah usia produktif itu mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa (kompas.com).

Bonus demografi merupakan kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif, antara 15-64 tahun, lebih besar daripada jumlah penduduk usia non produktif atau usia di bawah lima tahun dan di atas 64 tahun. Tentu saja hal ini akan membawa pengaruh besar bagi negara yang sedang mengalami pertumbuhan penduduk produktif lebih besar daripada non produktifnya.  Apakah akan menjadi peluang ataukah tantangan?

Dikutip dari kompas.com, (23/11) Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono mengatakan, di tahun 2037 Indonesia sudah berada pada posisi bonus demografi. Dia menyebutkan, bonus demografi ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memajukan kesejahteraan serta kemakmuran apabila masyarakat usia produktifnya memiliki kualitas sumber daya yang dapat menunjang serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan negara.

Faktanya pengangguran di Indonesia tiap tahun semakin membludak dikutip dari cnbcindonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, jumlah pengangguran di Indonesia akan bertambah pesat akibat Covid-19. Ada tambahan sekitar 2,6 juta orang yang menganggur. Bahkan sebelum pandemi, pengganguran yang membludak ini sudah banyak sekali.

Kondisi ini pun tak disia-siakan oleh pemerintahan jokowi, dimana sejak resmi dilantik sebagai Presiden RI periode 2019-2024, bonus demografi menjadi salah satu poin yang disampaikan. Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa demi mempersiapkan bonus demografi, Ia menekankan, perlunya membangun SDM. Kita perlu manajemen SDM yang baik. Misalnya, menciptakan infrastruktur yang menghubungkan dan mempermudah akses masyarakat.

Selain itu pemerintah menginisiasi program revitalisasi pendidikan vokasi untuk menciptakan SDM yang dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing global. Namun tepatkah menghadapi bonus demografi di masa depan dengan mengfokuskan pada pendidikan yang ber-output pekerjaan demi meraih tingginya keuntungan negara?

Kebijakan negara memang tidak akan terlepas dari konsep politik yang diembannya. Sistem politik di Indonesia yang mengemban sistem kapitalisme sekuler hanya memberikan kedaulatan kepada segelintir pihak seperti penguasa dan pengusaha. Hal ini merupakan rahasia umum di tengah masyarakat, dimana materi menjadi asas dalam kehidupan sistem ini sedang agama merupakan urusan pribadi. Tak ayal kebijakan dalam menghadapi bonus demografi berujung pada pemenuhan kebutuhan para pemilik modal. Inilah pendidikan kapitalisme sekuler yang hanya ber-output pada pekerjaan. Alih-alih  menciptakan SDM berilmu dan berkarakter justru yang diciptakan sebaliknya.

Berbeda dengan sistem islam, pendidikan dijadikan sebagai pembentuk sosok-sosok yang berkepribadian islam. Negara dan penguasa akan menjalankan  kewajibannya dalam menyelenggarakan pendidikan secara optimal. Maka negara akan menyediakan segala fasilitas penunjang pembelajaran, seperti guru yang bertaqwa dan profesional, fasilitas gedung, fasilitas riset  penelitian dan intensif untuk pembelajar dan pengajar.

Selain itu negara akan memberikan lingkungan terbaik pula untuk para pembelajar, demi tercapainya target pendidikan islam. maka dengan hal ini negara akan menerapkan sistem pergaulan islam, sistem media yang akan memfilter informasi negatif dan mengkokohkan ide islam, sistem ekonomi islam yang akan memberikan jaminan pendidikan gratis kepada rakyat serta sistem sanksi untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Demikianlah sistem islam yang dapat mengarahkan potensi produktif dalam menghadapi bonus demografi di masa depan.

Wallahu’alam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *