Wajah Baru, Akankah Jadi Harapan Baru ?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Nurul afifah

Menjelang akhir pergantian tahun, publik dikejutkan dengan kejutan akhir tahun. Presiden Joko Widodo tiba-tiba mengumumkan susunan kabinet barunya.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, (22/12/2020) . Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju.

Menteri-menteri baru yang akan duduk di Kabinet Indonesia Maju adalah, pertama Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial. Kemudian yang kedua Bapak Sandiaga Stalahuddin Uno sebagai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ketiga Bapak Budi Gunadi Sadikin, sebagai Kementerian Kesehatan. Keempat adalah bapak Yaqut Cholil Qoumas, sebagai Menteri Agama. Kelima Bapak Sakti Wahyu Trenggono, sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Terakhir bapak Muhammad Lutfi, sebagai Menteri Perdagangan.

Reshuffle dilakukan setelah melakukan evaluasi terhadap kinerja para menteri. Apalagi ada dua menteri tersandung kasus korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jokowi berharap pergantian enam posisi menteri ini memberi semangat dan harapan baru. Akankah perombakan kabinet membawa harapan baru ?

Jika kita perhatikan menteri-menteri baru ini mengundang kontroversi. Hal ini karena :

Pertama, digantinya menteri kesehatan ini tak lepas dari karut marutnya penanganan covid-19 . Apalagi Menteri Kesehatan yang baru tidak mempunyai latar belakang di bidang kesehatan ini bisa membuat masalah dan akan menambah buruk kondisi .

Kedua, munculnya nama Sandiaga Uno sebagai menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menambah luka lama umat islam . Pasalnya, masuknya Sandiaga Uno kedalam kabinet Jokowi-Ma’ruf meneguhkan ungkapan tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dalam politik demokrasi ini wajar, karena politik demokrasi berubah sesuai kepentingan.

Dan yang terakhir, baru dilantik menjadi Menteri Agama baru, Yaqut Colil membuat pernyataan kontroversional . Beliau mengatakan bahwa dia adalah Menteri Agama untuk semua agama.

Resuffle bukan peristiwa baru dalam pemerintahan indonesia. Presiden Jokowi sempat melakukan 2x resuffle besar. Namun bisa dilihat, alih-alih memperbaiki kondisi namun sebaliknya resuffle tidak banyak berdampak pada perubahan. Korupsi masih menjadi , Pandemi tidak teratasi .

Permasalahan yang muncul saat ini tak lepas dari diterapkannya sistem demokrasi. Hal ini seharusnya mampu menyadarkan umat, bahwa masuk ke dalam demokrasi bukanlah jalan untuk perubahan hakiki. Pasalnya, setelah masuk ke dalam politik demokrasi bukan suara rakyat yang didengar melainkan kepentingan golongan. Alhasil gagal membawa perubahan dan memberi kesejahteraan pada rakyat.

Seharusnya kita sebagai umat islam harus berani hijrah total menuju sistem islam. Tak ada solusi lain selain menerapkan umat islam, karena sudah terbukti kurang lebih 13 abad membawa perubahan baik kepada umat. Karena, jika masih menggunakan demokrasi, siapa saja yang masuk didalamnya akan ikut terbawa arus lingkaran setan yang telah dibuatnya . Tak ayal harapan baru untuk umat tidak akan pernah terwujud.

Wallahu’alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *