Wahyu Allah Bukan Tandingan Gagasan Manusia

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Fatih II

 

Di tengah pandemi Covid-19 kita memperoleh hikmah menarik. Betapa luar biasanya sistem pernafasan manusia. Allah SWT tak sekadar menciptakan manusia dengan seluruh sistemnya. Allah SWT pun menurunkan al-Quran untuk menjadi pedoman dan petunjuk hidup manusia.

Al-Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang ditransfer dari generasi ke generasi secara mutawatir. Membaca al-Quran adalah ibadah yang berpahala.

Manusia sebagai makhluk berada pada kondisi tidak sempurna dan penuh keterbatasan. Sehebat-hebatnya manusia dengan akal dan pikirannya, hasilnya tetap terbatas.

Siapa saja yang meyakini dan mengamalkan al-Quran, dia berada di jalan yang lurus, mendapatkan pahala, ridha dan surga-Nya. Itulah Al-Quran dalam akidah atau keyakinan Islam. Jadi, kalau ada orang Mukmin ditanya pilih mana al-Quran atau gagasan manusia, jawabannya tegas: pilih al-Quran!

Respon yang tegas menunjukkan keyakinan Islam yang kuat dan lurus. Ketika sikap tegas lebih memilih al-Quran dianggap sebagai indikator radikalisme, sementara radikalisme dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan membahayakan, itu berarti menuduh al-Quran sebagai sesuatu yang buruk dan membahayakan. Hal demikian dapat dimaknai penistaan terhadap al-Quran.

Al-Quran adalah cahaya petunjuk yang menerangi kehidupan yang gelap gulita. Al-Quran adalah petunjuk bagi manusia dalam semua aspek kehidupan. Faktanya, al-Quran tidak hanya menjelaskan perkara akidah, ibadah, hukum makanan, pakaian dan akhlak.
Semua itu menunjukkan bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Semuanya wajib diterapkan secara kaffah.

Oleh karena itu, sekularisme jelas bertentangan dengan Islam dan harus ditinggalkan. Paham sekularisme inilah yang secara faktual berlangsung di negeri ini mulai rezim Orde Lama hingga sekarang. Bahkan kondisi saat ini lebih parah karena yang berlaku adalah sekularisme radikal. Sekularisme radikal betul-betul mengebiri al-Quran. Syariah Islam dijauhkan sama sekali dalam pengaturan urusan publik di negeri ini. Sekularisme radikal bukan sekadar memisahkan agama dari kehidupan, namun sudah pada taraf memusuhi agama.

Ketika sekularisme diterapkan maka yang terjadi kerusakan. Sebabnya, menerapkan sekularisme—menyingkirkan agama (Islam) dari kehidupan—adalah dosa dan kemaksiatan. Dosa dan kemaksiatan tentu akan membawa kerusakan.

Wahai umat Islam, berjuanglah terus sekuat tenaga untuk memperjuangkan al-Quran dan syariah Islam agar tegak kembali dalam seluruh aspek kehidupan. Tak boleh mundur sejengkal pun walau apa pun yang terjadi. Dengan perjuangan ini semoga kita mendapatkan pertolongan Allah SWT. Allah SWT akan menolong hamba-Nya jika mereka mau menolong agama-Nya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *