Viralnya KDRT: Saat Rumah Tangga Kehilangan Tuntunan Ilahi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Viralnya KDRT: Saat Rumah Tangga Kehilangan Tuntunan Ilahi

Penulis: Selvi Sri Wahyuni S.Pd.I (Mahasiswi Pascasarjana UIKA Bogor)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali menjadi sorotan publik setelah kasus yang menimpa seorang selebgram terkenal viral di media sosial. Fenomena ini bukan hanya sekadar tragedi individu, tetapi juga mencerminkan krisis moral yang lebih mendalam dalam masyarakat kita. Dalam Islam, hubungan suami istri merupakan salah satu bentuk perjanjian yang sakral, di mana masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sesuai dengan syariat Allah. Sayangnya, banyak dari kita yang telah melupakan atau bahkan sengaja meninggalkan tuntunan-Nya, sehingga kehidupan rumah tangga menjadi rusak dan penuh konflik.

Bagaimana Islam Mengatur Hubungan Suami Istri?

Islam menekankan pentingnya perlakuan yang baik dan penuh kasih sayang antara suami dan istri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 19)

Ayat ini menegaskan bahwa suami harus memperlakukan istrinya dengan baik, tidak hanya ketika semuanya berjalan lancar, tetapi juga ketika ada perbedaan pendapat atau ketidaksenangan. Nabi Muhammad SAW juga bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi).

Dari sini jelas bahwa Islam mendorong suami untuk menjadi pemimpin yang adil, penyayang, dan penuh pengertian. Suami harus memahami bahwa istrinya bukan hanya pasangan hidup, tetapi juga amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Penyebab Kekerasan: Jauh dari Syariat Allah

Namun, mengapa begitu banyak suami yang melakukan kekerasan terhadap istri atau anaknya? Salah satu penyebab utamanya adalah jauhnya kita dari syariat Allah. Ketika agama tidak lagi menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari, norma-norma yang mengatur perilaku mulai terkikis, dan manusia lebih cenderung mengikuti hawa nafsu dan egoisme.

Selain itu, budaya sekuler yang mengagungkan kebebasan individu sering kali mengabaikan nilai-nilai keluarga. Banyak orang lebih mengutamakan kepuasan pribadi daripada tanggung jawab mereka sebagai suami atau ayah. Mereka tidak lagi melihat istri sebagai pasangan yang harus diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang, melainkan sebagai objek yang bisa diperlakukan sesuka hati.

Tidak hanya itu, media dan lingkungan sosial yang permisif terhadap kekerasan juga berkontribusi terhadap meningkatnya kasus KDRT. Tayangan-tayangan yang menampilkan kekerasan sebagai hal yang biasa, bahkan kadang dianggap sebagai solusi konflik, semakin memperburuk situasi ini.

Kembali pada Syariat Allah sebagai Solusi

Islam memberikan solusi yang jelas terhadap masalah ini: kembali pada syariat Allah. Suami harus menyadari bahwa perannya bukan hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam rumah tangga. Mereka harus menjadi teladan dalam akhlak dan perilaku, serta menjaga keluarganya dari pengaruh negatif yang dapat merusak tatanan rumah tangga.

Pendidikan agama juga harus menjadi prioritas dalam keluarga. Anak-anak perlu dibekali dengan pemahaman yang kuat tentang Islam sejak dini, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang menghargai dan menghormati orang lain, terutama keluarganya sendiri.

Dalam menghadapi kasus KDRT, masyarakat juga perlu lebih aktif dalam menegakkan nilai-nilai Islam. Kita tidak boleh membiarkan kekerasan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan dan meluruskan ketika melihat ada yang menyimpang dari ajaran agama.

Kasus KDRT yang menimpa selebgram ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kehidupan tanpa syariat Allah akan selalu membawa kerusakan. Hanya dengan kembali kepada-Nya, kita bisa menciptakan rumah tangga yang penuh dengan kedamaian, kasih sayang, dan kebahagiaan. Suami dan istri yang saling menghormati dan mencintai karena Allah akan melahirkan keluarga yang kuat, yang menjadi fondasi bagi masyarakat yang beradab dan berakhlak mulia.

Wallahu a’lam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *