Oleh: Nurul Rachmadhani
Muslim Uighur kembali menjerit, penderitaan bagi muslim di sana tidak berhenti, diskriminasi dan penyiksaan kerap diterima. Sulit ketika ingin menunaikan kewajibannya sebagai muslim. Tentunya hal ini membuat sebagian negara di belahan dunia mengecam tindakan diskriminasi terhadap muslim Uighur, sekalipun mereka bukan negara muslim, mereka masih memiliki rasa kemanusiaan melihat penderitaan yang begitu menyiksa bahkan jauh dari yang katanya HAM. Lalu dimanakah Indonesia, salah satu negeri muslim terbesar tapi diam seribu bahasa?
Bukan hanya Uighur, tapi banyak muslim minoritas di belahan dunia lain yang masih mendapatkan diskriminasi, bahkan masalah Palestina yang masih berada di bawah tekanan tentara zionis Israel. Kita hanya diam. Tak ada rasa simpati sedikitpun dari pemerintah, padahal muslim itu bagaikan satu tubuh harus saling membantu ketika saudaranya mendapat kesusahan. Bukan masing-masing apalagi tak peduli.
Mungkin bukan tak peduli, tapi pura-pura tak mendengar, tutup mata, tutup telinga. Semua karena terpaksa. Ya, terpaksa karena negeri ini sudah berada dalam cengkraman China, di bawah ketiaknya. Sehingga hanya bisa diam dan tak memiliki kuasa apa-apa. Sedangkan umat di sini tak bisa berbuat banyak selain mendoakan saudara muslim lainnya yang sedang dibantai habis-habisan. Tidak bisa memberi bantuan dengan ke aman apalagi melawan.
Sistem Kapitalisme yang mengakar di negeri ini membuat penguasa tak mau mengambil resiko. Takut kehilangan pemodal yang bisa melancarkan kepentingan mereka. Akhirnya akidah tergadai, kepedulian terhadap umat terurai. Acuh. Inilah penyebab dari hilangnya rasa empati penguasa, rasa takut pada sesama manusia melebihi rasa takut pada Sang Pencipta. Mereka lupa bahwa akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan terhadap umatnya yang terzalimi.
Maka sungguh, umat muslim saat ini sudah sangat membutuhkan perisai. Perisai umat sebagai penjaga yang akan melindungi umatnya dari siapa saja yang akan melakukan kejahatan kepada kaum muslim. Saat ini, umat Islam yang berempati kepada saudara seakidahnya bukan diam saja, bukan tak ingin menolong. Tapi mereka juga tak bisa membantu lebih banyak selain doa, karena butuh adanya institusi yang memfasilitasi, yaitu negara.
Negara harus turun tangan, ikut campur dalam menyelesaikan konflik yang terjadi untuk membantu kaum muslim yang tertindas. Berperan serta menyelamatkan mereka dari keterpurukan. Memerdekakan mereka dari penjajahan. Dan semua ini bisa terlaksana apabila negara sudah menerapkan sistem Islam dalam setiap aspek kehidupan. Sehingga akhirnya akan terbentuk pemerintahan Islam yang mana Khilafah-lah yang akan menjadi satu-satunya solusi dalam menyelamatkan muslim tertindas. Karena khilafah adalah perisai, pelindung, penjaga keamanan dan kehormatan jiwa dan harta kaum muslim di seluruh dunia.
Wallahu’alam bishowab