Umat dan Perjuangan Melanjutkan Kehidupan Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Anisa Rahmi Tania

Bagai mengurai benang kusut, begitulah gambaran cerita hidup umat manusia. Puluhan tahun berselang setelah 3 Maret 1924. Tahun dimana dunia mulai diselubungi awan hitam dan berlanjut dengan kehidupan penuh nestapa.

Tahun itu, bukan hanya kaum muslim namun dunia ikut terluka. Khilafah Islamiyah diruntuhkan dengan jalan licik. Mustafa Kemal Attaturk, yang tercatat di buku sejarah sebagai pahlawan kemerdekaan Turki, pada faktanya adalah biang keladi dari terpuruknya nasib umat Islam dan umat manusia secara umum.

Ya, ibarat lingkaran setan, umat manusia hari ini seakan tidak selesai didera berbagai kemelut. Umat manusia, tidak hanya kaum muslimin, pun alam merasakan jeratan masalah ini.

Mulai dari permasalahan kesejahteraan yang tak pernah kunjung dirasakan. Ekonomi yang semakin terpuruk, membuat kelaparan dan malnutrisi terjadi tidak hanya di daerah pedalaman. Yang bertetangga dengan istana pun turut merasakan. Kesehatan yang dibisniskan menambah beban hidup masyarakat. Tatkala subsidi satu persatu dicabut, kenaikan bahan pokok tak terkendali. Yang paling merasakan adalah masyarakat kecil dan menengah.

Tidak selesai sampai di sana. Keamanan pun semakin kehilangan bentuknya. Kriminalitas kian merajalela. Hari ini harga sebuah nyawa begitu murah. Hampir setiap hari terjadi kasus yang memilukan hati. Perampokan, pembunuhan, pencurian, dll.

Pergaulan bebas menjadi hal biasa. Sehingga pembuangan janin aborsi menjadi lumrah di telinga. Berangkat dari sana penyakit HIV-AIDS merebak ke seluruh wilayah negeri.

Kondisi ini diperparah dengan semakin beraninya pelaku LagiBete. Bahkan pernikahan sejenis telah diakui di beberapa negara.

Yang tak kalah menyesakkan dada adalah masalah kaum muslimin. Di beberapa negara, baik di timur maupun di barat, tragedi kemanusiaan terjadi secara terang-terangan. Sebutlah Suriah, Palestina, India, China, Myanmar, dan Filipina. Upaya genosida terhadap mereka telah berlangsung. Sementara para penguasa muslim hanya bisa membela dengan lontaran kecaman dan kutukan.

Begitupun dengan nasib kaum muslimah. Di negara minoritas, acapkali penganiayaan terjadi, hanya karena kerudung dan jilbab yang mereka kenakan. Keluarga yang menjadi benteng pertahanan terakhir generasi pun diporakporandakan. Melalui ide gender yang diusung gerakan feminisme, para ibu semakin kehilangan jati dirinya. Sehingga KDRT dan perceraian yang menjadi sebab dari kenakalan remaja tak bisa dibendung lagi.

Subhanallah. Jika diuraikan satu persatu, tidak cukup dibahas 3 hari 3 malam. Karena saking banyaknya masalah yang terjadi.

Sistem kehidupan yang telah memasung agama telah memperlihatkan sosok aslinya. Tatkala dulu dia seakan menjadi solusi atas kediktatoran para gerejawan dalam mengatur pemerintahan, kini dia tak ubahnya penyakit kanker yang menghabisi dunia sedikit demi sedikit.

Dengan tidak lagi melibatkan agama dalam aturan negara dan kehidupan, para korporasi dengan senang hati membuat perundang-undangan. Tentu UU tersebut disesuaikan dengan kepentingan mereka. Keserakahan mereka menjadikan seluruh manusia diselimuti sengsara. Karena dengan sistem kapitalnya, mereka telah mengambil kekayaan masyarakat.

Jauh berbeda dengan gambaran kehidupan ketika Islam yang dijadikan sistem kehidupan. Dengan diterapkannya Islam dalam institusi Khilafah, dunia dibawa dalam peradaban mulia dan gemilang.

Aturan Islam yang menjadi satu-satunya aturan Daulah telah membuktikan kesempurnaannya. Karena kesesuaiannya dengan fitrah manusia pula menjadikan manusia hidup.

Buktinya pada masa itulah terlahir ilmuwan2 yang memegang erat ajaran Islam. Sehingga selain mereka penemu berbagai teknologi, mereka pun seorang ulama.

Para penguasanya hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai pelayan dan pelindung. Penampilan mereka tak berbeda dengan masyarakat biasa karena keluhurannya imannya.

Islam telah menggariskan bahwa setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, sehingga siapapun dia yang menjabat sebagai pemimpin maupun penguasa mereka akan bertindak atas dasar takut pada Allah Swt.

Oleh karena itu, tidak ada jeda dalam meniti jalan perubahan. Sistem yang rusak dan merusak ini harus dihentikan. Hanya sistem Islamlah yang layak dan mampu menyelesaikan permasalahan umat.

Umat harus sadar, perjuangan menegakkan kembali khilafah sebagai institusi diterapkannya hukum syariah adalah tanggung jawab bersama. Mau tak mau kaum muslim harus mengeraskan suaranya untuk semakin menegaskan perjuangan ini. Berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam.

Karena pada dasarnya, Khilafah adalah janji Allah Swt dan bisharoh Rasulullah Saw. Ingatlah pada firman-Nya:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur ayat 55).

Wallahu’alam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *