Tragedi Bosnia, Sebuah Memori Ringkas untuk Seruan Perjuangan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rumaisha 1453 (Aktivis BMI Kota Kupang)

Ibarat anak ayam yang kehilangan induknya, begitulah keadaan umat saat ini yang hidup tanpa kepemimpinan Islam yang berperan sebagai raa’in dan junnah bagi umat. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan bertanggung jawab atas pengurusan rakyat.” (HR al-Bukhari). Dan sudah hampir satu abad kaum Muslimin berada dalam posisi yang terpuruk dari berbagai aspek baik tatanan sosial kemasyarakatan sampai perpolitikan.

Melihat realita bahwa hari ini umat Islam dikucilkan, dibantai, bahkan diusir dari negaranya sendiri. Hal ini bukan hanya terjadi saat ini, akan tetapi ada sejarah dimana kaum muslimin dibantai. Setiap bulan juli kaum muslimin diingatkan kembali pada peristiwa besar yang menimpah ribuan warga muslim Bosnia, tahun 1995 silam yang menjadi sejarah kelam yang melingkupi Eropa. Pembantaian ini terjadi usai runtuhnya Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Diketahui ada 8.373 warga tewas akibat peristiwa ini. (https://news.detik.com, 10/07/2020).

Umat Muslim Bosnia menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica pada Sabtu (11/7) waktu setempat, ditengah pandemic covid-19. Pembantaian itu adalah bagian dari genosida yang dilakukan terhadap umat muslim oleh pasukan Serbia. Pada saat itu NATO sendiri pun dipanggil untuk membantu, akan tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak untuk meredakan serangan. Serbia sudah meminta maaf atas kejahatan tersebut tetapi masih menolak untuk menerima bahwa itu adalah genosida. (http://www.bbc.com, 11/10/2020).

Inilah peristiwa bersejarah yang dialami kaum Muslimin, darah kaum Muslim seakan tidak ada artinya bagi para perenggut kekuasaan. Disaat umat Islam menjadi korban pembantaian, PBB yang katanya menjadi payung hukum serta keadilan internasioanal pun bungkam. Bungkam dengan berbagai macam alasan, karena keadilan seakan-akan tak pantas untuk umat Islam. Bahkan PBB menjadi alat melegitimasi kebengisan segelitir penjahat untuk memuaskan nafsu kedengkiannya terhadap Islam dan Kaum Muslim. Belum lagi nafsu materialis yang ditawarkan oleh sistem bengis ini.

Ketidakadilan PBB saat memberikan iming-iming menyelesaikan masalah umat Islam, membuat penjajah semakin berani untuk membantai kaum Muslimin. Ditambah kaum Muslimin yang hidupnya saat ini disistem sekuler. Rasa nasionalisme yang disekat dengan nasion state sangat memberikan efek. Efeknya hari ini yaitu sesama Muslim tidak bisa saling membantu, karena itu adalah urusannya sebuah negara. Sesungguhnya ajaran Islam melarang yang namanya fanatisme termasuk nasionalisme untuk digunakan sebagai identitas umat Islam mengalahkan ikatan persaudaraan Islam. Allah SWT berfirman yang artinya: “seungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara…” (TQS. Hujurat [49]: 10).

Ketidakadilan BPP, kaum Muslimin tersekat dengan nasion state, ditambah tidak adanya perisai dan pelindung politik, lengkap sudah penderitaan umat Islam hari ini. Negara Muslim akan terus menjadi medan pertarungan kepentingan negara besar yang tak segan mengorbankan ribuan nyawa kaum Muslimin. Seperti yang terjadi pada Muslim Bosnia pada masa lalu, dan kaum Muslim Rohingya, Suriah, Palestina, dan Negeri Muslim lainnya hari ini.

Umat Islam hari ini membutuhkan perisai dan pelindung, tidak lain dan tidak bukan yaitu Kepemimpinan Islam dalam naungan Khilafah. Mengapa khilafah? Tentu karena umat Islam di berbagai wilayah mengetahui bahwa keselamatan meraka hanya ada pada Islam, juga pada kekuasaan Islam. Sebab Khilafah adalah perisai dan pelindung sejati kaum Muslim. Dalam kepemimpinan Islam seorang Khalifah disebut sebagai perisai (junnah) karena dialah satu-satunya yang bertanggung jawab atas segala urusan umat. Seorang Khalifah harus kuat, berani, dan terdepan dalam membelah kepentingan umat. Kekuatan ini bukan hanya pribadinya, tetapi pada institusin negaranya yaitu Khilafah.

Khilafah satu-satunya harapan. Sebab khilafalah pelindung yang hakiki umat sekaligus penjaga agama, kehormatan, darah, dan harta kaum Muslimin. Khilafah pula yang menjadi penjaga kesatuan, persatuan, dan keutuhan wilayah kaum Muslimin, yang sekarang sudah disekat-sekat dengan nasion state. Jika kaum Muslimin bersatu maka tidak mudah para penjajah untuk menjajah bahkan membantai kaum Muslimin.

Kembalinya Khilafah tidak serta merta ada tanpa perjuangan. Disaat umat Islam bercerai-berai menjadi negeri-negeri kecil tanpa kekuatan, menjadi santapan bangsa-bangsa penjajah imperealis, disaat seperti itulah umat Islam bangkit. Berjuang penuh keyakinan bahwa Islam kan dimenangkan. Mari berjuang penuh keyakinan untuk mewujudkan tegaknya institusi pelaksan syariah, pemersatu umat, penjaga Ukhuwah, penebar dakwah dan rahmat. Khilafah Rosidah yang dinantikan dan diperjuangkan berpuluh tahun lamanya. Saat ini cahaya kehadiranya mulai memancar, harum kemuliaannya mulai tercium, gelegar kehadirannya semakin membahana. Wahai umat sambutlah Khilafah, tidakkah kaum Muslimin merindukannya?

WalLahu a’lam bi ash-shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *