Oleh: Rohmatullatifah (Aktivis Dakwah)
Indonesia kembali dikejutkan dengan aksi serangan terorisme. Peristiwa bom bunuh diri ini terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pukul 10.30 WITA. Aksi tersebut mengakibatkan dua orang yang diduga pelaku tewas dan 20 orang luka-luka.
Dari CnnIndonesia.com, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut pelaku bom bunuh diri di depan Katedral Makassar, yaitu pasangan suami istri milenial yang baru menikah. Mereka disebut tergabung dalam Jemaah
Ansharut Daulah (JAD) (28/3).
Publik tentu berharap, dengan adanya aksi terorisme ini tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu dalam rangka menebarkan Islamphobia dan radikalisme di tengah-tengah masyarakat.
Satu hal yang menarik perhatian, dimanapun aksi terorisme ini berada, nampaknya identik dengan simbol agama tertentu, sehingga yang terpojokkan dalam hal ini adalah keyakinan tertentu. Padahal keyakinan manapun tidak pernah mengajarkan yang namanya kekerasan apalagi aksi terorisme.
Aksi kecaman pun dilakukan oleh berbagai tokoh, termasuk pimpinan pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Dilansir dari liputan6.com, Haedar menegaskan agar tidak mengaitkan tindakan bom tersebut terhubung dengan agama dan golongan umat beragama tertentu. Bisa jadi aksi bom Makassar ini menjadi adu domba bagi masyarakat terlebih lagi antar sesama umat beragama.
“Boleh jadi tindakan bom tersebut merupakan bentuk adu domba, memancing di air keruh, dan wujud dari perbuatan teror yang tidak bertemali dengan aspek keagamaan,” tegas Haedar (29/3/2021).
Mengancam persatuan dan keamanan
Kasus bom bunuh diri ini sebagai pengingat ke masyarakat terhadap isu terorisme yang dianggap benar-benar masalah besar bangsa dan dunia. Sementara jaringan teroris faktanya belum mampu diberantas secara tuntas. Maka tentu kita khawatir, hal ini menjadi ajang dalam rangka memecah belah dan menggiring opini untuk kepentingan pihak tertentu.
Mengaitkan aksi bom tersebut dengan agama dan golongan umat beragama tertentu adalah hal yang menyesatkan. Bisa jadi aksi yang demikian mendiskreditkan keyakinan tertentu. Terlebih yang sangat disayangkan, dimana ajaran suatu agama dianggap sebagai sumber yang melahirkan aksi kekerasan dengan istilah terorisme tersebut.
Sehingga seolah menjadi sasaran untuk isu radikalisme yang diangkat kembali ke permukaan dan menimbulkan keresahan bagi kehidupan masyarakat dan bangsa.
Ustaz Muhammad Ismail Yusanto mengatakan war on terrorism (WoT) hanyalah kedok, sebenarnya adalah war on Islam (WoI) Sabtu (3/4/2021) di kanal Youtube Pusat Kajian Dan Analisis Data (PKAD).
WoT sendiri bermula dari tragedi 9/11 runtuhnya menara kembar WTC. Banyak pengamat menyatakan bisa jadi hal tersebut hanya rekayasa kafir Barat sendiri dalam rangka memunculkan islamofobia di tengah-tengah umat.
Isu terorisme yang mencuat belakangan ini pun, bisa jadi tidak lepas dari rancangan barat sebagai pengemban Ideologi kapitalisme. Ajaran Islam seperti Khilafah dan jihad akan selalu dicap negatif oleh kafir Barat. Dicap radikal, ekstrimis, bahkan teroris. Semua istilah tidak senonoh disematkan pada islam dan ajarannya.
Padahal, sebenarnya sama sekali tidak berasal dari islam. Bahkan, dengan banyaknya “label” istilah yang disematkan kepada islam dan pemeluknya, maka sangat dikhwatirkan aksi terorisme ini menjadikan umat terpecah belah dan saling curiga antara sesama mereka. Mengikis bahkan menghilangkan keharmonisan diantara mereka, menjadikan celah bagi perpecahan dan hilangnya ukhuwah islamiyah yang mulia.
Penerapan pandangan hidup yang bukan bersumber dari ajaran Islam, menjadikan islam mudah diskreditkan bahkan dicap radikal maupun ekstrimis, padahal islam dan ajarannya sama sekali tidak mengajarkan kekerasan dalam mengajak manusia kepada Allah swt.
Patut kita sadari jika pondasi kehidupan bukan berasal dari Islam, maka mengharapkan keadilan akan sangat jauh dari kenyataan, meski katanya Hak Asasi Manusia itu dijunjung tinggi, tapi faktanya kejahatan semakin menjadi, aqidah umat seolah begitu diuji, bahkan bisa jadi adu domba ditengah-tengah umat sedang terjadi dengan maraknya kejahatan disertai aksi kekerasan yang dilakukan dengan mengidentikkan tindakan tersebut pada faham goongan islam tertentu, seperti faham radikal atupun ekstrimis, Sungguh miris.
Inilah buah penerapan sekularisme atas negeri muslim yang hingga kini masih mengakar kuat, dijauhkannya peran islam dari kehidupan menjadikan pemahaman yang salah kaprah terhadap islam mudah merasuk ke dalam individu yang mengaku muslim.
Faktanya, adanya aksi terorisme yang terjadi dengan mengatasnamakan “jihad” tentu sangat mencoreng kesucian ajaran islam, sebab jihad harusnya difahami sesuai dalil-dalil yang syar’i, bersumber dari Al-qur’an dan As-sunnah, dengan demikian penerapannya akan membawa rahmat bagi umatnya, bukan malapetaka sebagaimana yang terjadi saat ini.
Perjuangkan islam kaffah
Islam sendiri sebagai ajaran yang agung nan mulia sama sekali tidak membenarkan adanya kekerasan, islam telah diturunkan oleh Allah swt dengan membawa rahmat dan perdamaian bagi seluruh alam, serta memerintahkan umatnya agar mengajak manusia ke jalan islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik, sebagaimana firman Allah swt :
اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-nahl :125).
Ketika Islam tidak diterapkan secara Kaffah maka hal semacam ini bisa saja selalu terulang kembali, dengan kejadian-kejadian serupa yang mengganggu ketertiban dan keamanan umum.
Seharusnya umat bisa secara bersama-sama mengawal aksi semacam ini agar tidak lagi terjadi di tengah-tengah kehidupan mereka, dengan memberikan pemahaman yang utuh mengenai islam yang kaffah kepada masyarakat.
Sudah seharusnya pengemban dakwah menggambarkan kepada umat mengenai ajaran Islam yang sesungguhnya, yakni Islam yang mencintai perdamaian dan tanpa kekerasan, umat juga tidak boleh teralihkan dengan isu-isu terorisme yang ada, tetapi haruslah memfokuskan perhatiannya dalam mengakaji islam yang sesungguhnya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Beliau membina para keluarga dan sahabatnya dengan tsaqofah islam, meski terjadi fitnah yang banyak di tengah perjuangan dakwahnya dalam menyebarkan risalah Islam saat itu.
Islam adalah agama yang sempurna, karena posisinya sebagai sistem kehidupan yang mampu mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik muslim maupun non muslim. Islam bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual semata, tapi sebuah aqidah yang memancarkan peraturan dari Sang Pencipta, Allah SWT.
Penting bagi kita sebagai umat Rasulullah saw mempunyai kesadaran politik Islam. Yaitu memahami Islam sebagai akidah siyasiyah yakni akidah yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita, menyelesaikan seluruh permasalahan serta menghentikan segala bentuk diskriminasi dan istilah-istilah baru yang tidak ada hubungannya dengan Islam seperti radikal, ekstrimis, fundamentalis dan sebagainya.
Menjadi tugas kaum muslimin untuk mendakwahkan Islam yang benar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga akan muncul kesadaran politik Islam di tengah benak umat dan dengan penuh kesadaran mau untuk bersama-sama memperjuangkan tegaknya Islam kaffah di bawah naungan Khilafah.
Karena sistem ini telah terbukti selama 13 abad mencapai kegemilangan peradaban dan pelindung utama umat Islam dan manusia sedunia. Karena hanya dengan Khilafah, umat akan terlindungi dari kezaliman negara kafir Barat. Sehingga terorisme hanya tinggal cerita basi yang tidak ada artinya.
Wallaahu a’lam bishshowab.